Jumat, 27 April 2012

Three Angels part III (Believe! God has plans ^^)

maaf udah buat readers nunggu beberapa hari *kesela UN sih hehe* menurut aku part3 paling abis-abisan bikinnya. soalnya gamau kecewain readers tercinta kalo sampe penutupnya unexpect :( maaf kalo jelek ya? mungkin kemampuan saya saat ini sampai disini dulu :) tapi saya janji bakal terus nulis buat unggah pengetahuan saya tentang dunia tulis menulis :) happy read :*


“Saudara daksa harus segera diporasi” kata seorang lelaki paruh baya di depan meja dengan sebuah stetoskop terkalung rapi di lehernya.
“apa kondisinya semakin memburuk dok?” jawab lelaki yang berada diruangan sama dengan si dokter.
“penanganan medis harus segera dilakukan pak! Apa bapak membiarkan anak bapak diam tidak bergerak dan terus merasakan kesakitan akibat tulang selangkanya yang remuk? Gagar otak yang dideritanya tidak begitu parah sehingga keadaan kepalanya sudah mebaik, hanya tulangnya yang harus segera ditangani” dokter mempertegas omongannya
“Pa! Mau gak mau daksa harus segera dioprasi. Daksa anak kita! Mama gak akan maafin papa kalo daksa kenapa-kenapa! Lakukan penanganan medis yang terbaik segera untuk anak saya Dok! Permisi” seorang wanita dengan make up lengkap keluar dari ruangan yang bertuliskan “ruang dokter” di pintunya.
***

“ayah model apa kau ini? Tidak tegas sama sekali. Daksa harus segera dioprasi!” seorang wanita turun dari mobil dengan mulut yang tak henti mengomel.
“kok papa terus disalahin? Semua gara-gara mama. Pulang dari bandara haruskah anak yang menjemput? Ibu model apa itu? Sudah tau waktu itu daksa baru pulang sekolah. Kenapa mama memaksanya untuk menjemput nona besar sepertimu?” Pak Deni mengikuti langkah istrinya masuk kedalam rumah dengan tulisan “RUMAH INI TELAH DISITA” dipintunya.
“waktu itu mama sudah telpon papa, tapi papa malah sibuk! Jangan jangan papa sedang kencan dengan sekertaris papa itu lagi?” kini mereka berdua berada di ruangan yang sama. Mewah, guci antik dipajang dimana-mana, hampir setiap mata yang jatuh dipojok ruangan, disitu pula ditemukan guci dengan ukuran super besar yang tentunya berharga tak murah.
“jangan bawa orang ketiga. Selama ini mama memang tak pernah percaya dengan papa!” Pak Deni menjatuhkan tubuhnya tepat diatas sofa besar berwarna cream yang menambah aksen dinamis di ruang tamu rumah Uri.
“kalau papa tak terlibat dalam acara penggelapan uang kantor, pasti daksa sudah berkumpul bersama kita diruang ini!”
“sudah papa bilang berkali kali, papa tak tahu menahu soal itu ma!” suara keduanya meninggi
“mama malu dengan teman kantor dan teman arisan mama, mereka semua men judge mama sebagai istri koruptor dan ini semua gara-gara papa!”
“sudah kubilang! Aku tidak korupsi!” telapak tangan sedang melayang di udara bersiap mengenai pipi wanita cantik di depannya. *Ya, walau sudah berkepala empat, wajah mama uri tetap cantik* Namun tamparannya tertahan.
“Apa, ha? Mau tampar mama? Oh jadi sekarang papa sudah berani main kasar? Oke! Ini tampar mama!” Bu Diah mendekakatkan wajahnya ke tangan Pak Deni yang masih kaku tak bergerak di udara.
“asssh!” Pak deni kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama.
“pokoknya kalau sampe papa terbukti korupsi uang perusahaan. Mama minta cerai!” Brak!! terdengar suara pintu di tutup keras-keras diujung ruangan.
“oke! Lebih baik kita cerai! Tak usah menunggu sampai aku terbukti menggelapkan uang.” Pak deni keluar rumah dan beberapa menit kemudian diikuti suara mobil yang digas penuh emosi. Diluar sepengetahuan mereka, Uri sedang mengintip dari lantai atas, tak kuasa menahan air mata dan luapan emosinya. “bahkan mereka tak sadar masih ada aku disini” suaranya lemah bergetar.
***

                Hazel berdiri di depan pintu kelas X-2, matanya mencari sang pujaan hati yang berhasil dikecupnya semalam. Namun pandangannya terhalang oleh manda yang kini berdiri penuh keganjenan di depannya. “hei pangeranku yang paling tampan. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” seperti biasa tangan manda langsung bergelayot manja di lengan hazel. “sorry Man, gue buru-buru” hazel bersabar. Yah! Dihari pertama jadiannya, hazel tak ingin mempunyai impress jelek di mata Mini. Mini duduk dibangkunya seperti biasa. Yang tadinya menggelora penuh cinta menunggu pangeran bermobil jazznya, Hazel *?* kini meluap emosinya. “sabar mini sabar. Resiko punya pacar cakep, huh!” suara dari dalam hatinya mencoba menyabarkan diri. Beberapa detik kemudian hazel sudah duduk manis disebelah mini. “sorry ya gue telat” hazel mendekatkan mulutnya dan berbisik ke telinga Mini. “yes oke, gue tau kok loe gak bisa tidur setelah kejadian kemaren kan? haha” mini menggoda diikuti tawa manisnya, kini mulutnya yang mendekat ke telinga hazel.  “eittss! Lu ngapain bisik bisik ditelinga cowok gue? Sono minggir putri abu. Lu gak pantes duduk disebelah pangeran hazel milik manda seorang.” Mini hampir akan meluapkan emosinya yang menggunung, tapi hazel menarik tangganya lembut berniat mencegah semua memanas. Untungnya mini berhasil kendalikan emosinya. Hazel dan mini tetap asik berbisik ria yang malah tawa mereka semakin menjadi. Entah sengaja atau? “awww!” teriak mini sakit sekaligus kaget. Manda berani menjambak rambut mini yang tadinya terkuncir rapi. Hazel berdiri, merengkuh mini ke pelukannya dan segera menariknya ke depan kelas. “sekarang Mini milik gue, dia cewek gue dan gak seorangpun boleh pegang dia. Sekalipun itu loe Manda!” tangan kirinya tetap memeluk mini dan telunjuk kanannya tepat menunjuk manda. “gak peduli cewek atau cowok gue bakal bikin perhitungan sama kalian yang bikin Mini gue terluka! Dan sekarang kalian bisa bilang ke seluruh dunia bahwa mini cuma punya gue!” hazel memeluk mini erat seakan tak mau kehilangan putri manisnya itu, mini speechless *tentu* jantungnya, sarafnya, perutnya, otaknya semua sekaan dimatikan oleh ke charmingan (?)  Hazel yang kini hanya miliknya seorang. “wow!! So sweet!!” teriak cewek cewek penggemar hazel yang ternyata sudah berdiri di depan pintu beberapa detik yang lalu, hanya satu tujuan mata mereka, ya Hazel dan mini yang kini berpelukan mesra di dalam kelas X-2. “You’re Su*k” Brakk, manda menggebrak bangku sebelum akhirnya lari menerobos gerombolan cewek di depan pintu yang masih terbius oleh ketampanan hazel.
***

                Hazel menggandeng tangan Mini erat, yah kini mereka jalan ke parkiran sekolah. “Eciiiee, yang lagi berbunga-bunga ni yee” sudah ada seva yang mensejajari langkah mereka dan segera menyenggol mini manja. “eh seva, mau bareng pulang gak? Sekalian gitu kan searah” tawar mini. “eh ngga usah, gue bareng si adsyah aja. Udah kalian duluan gih” mereka berhenti di depan honda jazz merah. Milik siapa lagi? Hazel tentunya. “ok kalo gitu kita duluan yaah?” tangan hazel melambai di kaca mobil yang ¾ membuka diikuti mobil yang sedikit demi sedikit bergerak menjauhi Seva.
Sedetik kemudian *ciiit* pajero putih mengerim tepat di depan mata seva. “eh Kak Zillan” Seva sok kaget. “mulai sekarang, aku yang berkewajiban anterin kamu pulang. Ayo naik” kaca mobil terbuka dan beberapa detik kemudian keluar suara charming dari dalem mobil. Dalam hitungan detik seva sudah rapi dengan sabuk pengaman melingkar di badannya. Mobil mereka melaju. “kak? Langsung pulang aja ya?” seva membuka suara setelah pajero sport putih telah beberapa ratus meter menjauh dari SMA tempat seva sekolah. “bener ni langsung pulang? Engga nyesel gamau lewatin hari kedua kita ketemu gak bareng sama kak Zillan?” tanya kak zilan menggoda. “uhmm...”  seva hanya memainkan gantungan kunci berbentuk hati kado dari kak veve 5 bulan lalu. “gimana kalo kita ke mall dulu. Kak zillan udah lama gak menapakkan kaki di mall jakarta, kamu mau kan temenin kak zillan?” “uhmmm” seva hanya ber “ehem” ria (?) “oke ehem, artinya iya! Kalo gitu kita cabut ke mall” zillan tancap gas, dan seva hanya tersenyum malu malu disebelahnya.

                Mobil ziilan begitu cepat melaju, kini mereka berdua telah berada di salah satu butik gaun pesta di dalam mall tersebut.
“kak zillan mau ngapain ke sini?” tanya seva penasaran setelah hanya mengatupkan bibirnya.
“mau cariin kamu gaun”
“ha? Ngapain? Ga usah kak, buat apa?” Seva menarik tangan zillan keluar dari toko yang dikelilingi kaca tersebut.
“Nanti malem mama aku ulang tahun, kita adain makan malem kecil kecilan dirumah aku nanti, sekaligus hazel mau kenalin mini ke mama aku. Kamu mau aku dateng kan? Atau kamu juga mau aku kenalin ke mama aku sebagai pacar aku?” kak hazel kembali menarik tangan seva memasuki butik gaun yang tentunya dipenuhi gaun charming disana sini.
“ihh, kak zillan bercanda ih, ulang tahun? Jadi kak zillan beliin aku gaun gitu?” Seva hanya menurut saat Zillan menggandeng tangannya erat memasuki butik
“ iya manis, kamu mau pake gaun warna apa?” zillan menjentikkan jarinya dan datang beberapa pelayan butik membawakan gaun untuk Seva. Seva hanya berdiri kaku.

***

Seva melihat tubuhnya elok di depan kaca super besar dikamarnya. Gaun putih elegan yang tadi dibelikan zillan khusus untuk Seva telah dikenakannya. Gaun selutut dengan manik manik permata menghias dan memberi kesan megan di bagian depan. Rambutnya dibiarkan terurai dengan hiasan bunga kecil warna putih. Tidak hanya itu, rambut khas seva yang biasanya hitam lurus sepinggang masih bau salon *haha* rambutnya tidak lurus lagi, melainkan membentuk mie keriting di bagian bawah. Diarahkannya kedepan, beberapa accecoris seperti kalung, gelang dan sepatu hak tinggi tidak lupa semua telah rapi dipakainya dan deng deng seva berubah menjadi cinderella masa kini.  Suara klakson mobil berbunyi dibawah, “itu pasti kak zillan” pekik seva. Segera seva mengambil tas pegangnya di kasur dan kado untuk mama kak zillan yang sudah terbungkus rapi dengan kertas kado warna perak. Ternyata Adsyah dan mamanya sudah menunggu di depan pintu bersama Zillan yang terlihat sangat sangat maco. Beberapa detik kemudian seva sudah berada di samping zillan yang fokus membawa mobil menuju ke rumahnya.
***

Pesta telah usai, makan malam special bagi hazel dan mini juga berjalan tanpa halangan. Semua senang tentunya *kecuali uri* seva bersiap untuk pulang namun tak dilihatnya kak zillan dimana-mana
“Seva” panggil mama kak zillan
“eh iya tante?” seva mendekat ke mama kak zillan yang cantik dengan gaun merah berselendang bersama ayah kak zillan di sebelahnya.
“sudah mau pulang ya?” tanya mama kak zillan lagi
“iya tante, sudah malam. Kan besok Seva sekolah” seva mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mama papa seorang cowo yang berhasil membuatnya mencar hari ini.
“eh mau kemana kamu? Kamu sudah berdandan cantik hari ini jadi jangan langsung pulang ya? Zillan sedang menunggumu di taman belakang. Cepat temui dia” kata pak Richi ramah. Seva bergegas menemui kak zillan di taman belakang rumah. Lilin lilin putih yang menyala menerangi taman yang remang remang. Seva melihat seperti sosok kak zillan duduk di salah satu bangku taman dengan benda di tangannya. “apa itu?” tanya seva. Oh gitar kesayangan zillan ternyata. Zillan mulai menggenjreng gitar di tangannya saat seva mendekat. Jreng jreng...
“beautiful girl where ever you are, i know when i saw u, u had open the door,u said hello and i turn to go, u make me love again after along long while i’d love again” #Beautiful girl-jose mari chan. Zillan bernyanyi dengan iringan gitar di tanganya. Seva tak berkutik tetap berdiri di depan kak zillan dengan matanya yang sejak tadi tetap tak berkedip. Zillan menyelesaikan lagunya, menaruh gitarnya dan kemudian menggandeng seva ke tengah tengah taman rumahnya yang super luas. Ia keluarkan satu mercon panjang dan menyuruh seva memegangnya.
“kembang api? Seva udah lama gak main ini” seva tersenyum mengenggam kembang api dan diarahkannya keatas.
“sudah siap?” tanya zillan. “hum” seva menganggukkan tangannya dan segera melihat ke angkasa. Tak ia duga bahwa zillan memeluknya dari belakang, tangan kanan zillan memegang tangan seva yang menggenggam kembang api sedang tangan kirinya bersiap menyalakan kembang api. Mereka berdua mengadah ke langit dan jedar jedarr... satu demi satu percikan kembang api melambung indah di angkasa. Semakin lama, percikannya semakin pelan keluar. “ah mungkin sudah mau habis” pikir seva. Namun... JEDAAAR!! Suinnggg... satu lagi percikan kembang api yang benar benar melambung tinggi, Jedaaar!!! Wow! Tulisan “ I LOVE YOU” kini mengembang di angkasa.  ini percikan yang paling beda dari yang lain. Seva tak berkutik “apa kak zillan nembak aku malem ini? Wow ini kembang api pasti dibawa jauh dari jerman. Di indonesia mana ada kembang kaya begini? haha” ia termakan oleh pikirannya. Namun dengan segera zillan menggenggam tangan seva “bolehkah aku jadi temen sekaligus pacar yang baik buat kamu seva?” suara kak zillan memecah suasana. Seva masih diam tak tau apa yang harus ia lakukan. Menghilang dari bumi begitu saja, ingin terbang seperti buih atau mengubur diri dalam tanah? “terima, terima, terima” teriak orang orang yang sepertinya seva mengenal suaranya. Adsyah, veve, hazel dan mini berdiri di depan pintu dengan senyum. “ayo seva! Bilang iya sebelum zillan berubah pikiran! Asal kau tau zillan sedikit plin plan haha” teriak Hazel dari kejauhan. Seva hanya dia sebelum kemudian kata “IYA” keluar pelan dari mulutnya. Zillan memeluknya dan mengecup keningnya di bawah cahaya bulan di malam special ini. Yap Seva dan kak zillan resmi jadian!! Yeay! Gak jomblo lagi dong? *tinggal pengarangnya yang jomblo haha*
Seva turun dari mobil kak Zillan, kak adsyah pulang duluan karena harus mengantar veve pulang. Seva bergegas masuk kerumah setelah dilihatnya mobil kak zillan bergerak menjauh. Tapi ada mobil? Mobil siapa? Seva masuk dan dilihatnya excell diruang tamu sedang ngobrol dengan adsyah dan mamanya. “Uri di kamar kamu Seva” kata kak zillan. “kenapa Uri?” tak ia pedulikan excel, adsyah atau siapapun ia segera menanggalkan high hellsnya dan berlari ke lantai atas. Dilihatnya uri terbaring lemah di kasur ungunya. Seva mendekat, “Uri?” suaranya pelan, seva khawatir. Ia takut kehilangan sosok Uri sahabatnya. “Uri mabuk?” seva marah dan kembali berlari ke ruang tamu. “siapa yang bikin uri gini? Uri anti alkohol dan sekarang dia teler? Loe cel?” seva mendorong excel kebelakang. “seva loe sabar dong! Excel tadi lagi manggung di cave, pas dia pulang dia lihat Uri udah dalam keadaan gak sadar di cave yang sama.” Jelas adsyah dan segera memeluk seva untuk menenangnya adiknya yang kini gemetaran. “gue bawa uri kesini karena gue gak tau rumahnya, yang gue tau loe sahabat dia, jadi gue bawa kesini” excel menjelaskan, baju excel kotor sepertinya uri sempat mengeluarkan isi perutnya saat tadi excel menolongnya. “oke kalo gitu gue pamit” excel pamit dan adsyah mengantarnya kedepan.
***

Rumah uri kembali memanas karena pertengkaran mama dan papanya kembali terulang. Suasana dirumah uri semakin mencekam, banyak barang-barang yang pecah *serem ya?* Uri tak kuat menahan semuanya, ia berlari keluar rumah tak peduli apakah ada barang melayang yang akhirnya harus mengenai kepalanya. Ia tak kuat jika harus mendengar pertengkaran mama dan papanya. Uri mau kemana? Ke rumah sakit kak daksa mungkin tempat yang bisa bikin uri lebih baik.”Tak perlu supir, taksi lebih baik” pikirnya. Sampai dikamar kak daksa, dilihatnya kak daksa yang masih pucat dan terbaring lemah diranjang. Hiks hiks... uri berlari mendekat ranjang kak daksa dan menggengam tangan kakaknya. Ia tumpah air mata yang tak bisa tumpahkan dirumahnya yang kini hanya seperti neraka di mata uri. “Adek?” kak daksa bangun. “kakak? Kak daksa gimana keadaannya?” uri menghapus air matanya. “kenapa kamu nangis? Mana uri kecilku yang kuat?” kak daksa menguatkan uri. Hiks hiks.. uri memeluk kak daksa erat, tangisnya kembali menjadi. Daksa biarkan Uri memeluknya erat Uri sepertinya memang butuh pelukan kakaknya setelah selama ini tidak bisa dirasakan Uri selama daksa di rumah sakit. “mama papa bertengkar terus kak” suara uri pelan, daksa tak menjawab apa-apa. Air matanya menetes. Daksa terlalu lemah untuk memeluk uri, bahkan hanya untuk mengatakan sesuatu.
Suara pintu kamar rumah sakit daksa dibuka. Ada seva, Mini dan Hazel berdiri sayu di depan pintu. Mini berlari memeluk uri karena mini tau uri membutuhkan kembali sosok sahabat yang dulu sangat disayangnya. “mini?” suara uri dalam tangisnya. Mereka berpelukan erat, seva mendekat dan beberapa detik kemudian memeluk kedua sahabatnya yang tenggelam dalam haru. “kita udah baikan uri, jadi kamu harus balik kaya uri yang dulu juga ya?” seva membuka suara. “iya uri, kita juga udah cari penggalangan dana untuk membantu operasi kak daksa agar kak daksa bisa sembuh secepatnya.” Kata mini seraya melepaskan pelukannya. “apa?” uri kaget. “iya uriku sayang tidak banyak, kami hanya berhasil mendapatkan setengah dari seluruh dana yang dibutuhkan. Itupun sudah ditambah dengan uang simpanan kami” suara seva pelan. “aku sungguh merepotkan kalian, maafkan aku” suara uri bergetar, mereka bertiga kembali berpelukan.
“Daksa sudah bisa dioprasi Seva” suara kak zillan memecah suasana. Berdiri kak veve, kak excel disampingnya *kenapa kak excel ikut? Cengoo semua bingung -__-  dan seorang laki laki yang tak seva kenal. “maksut kakak?” tanya seva innocence, suasana hening. “ini pak Desta, dia orang yang menabrak daksa waktu itu. Orang ini berjanji akan melunasi seluruh biaya yang dibutuhkan dalam operasi kak daksa.” Jelas adsyah “ha? Sungguh?” tanya uri dan mini berbarengan, sedang seva hanya diam *saking kagetnya* “Iya semuanya, maaf. Yang kemarin menabrak saudara daksa adalah supir saya. Saya tidak tahu apa-apa setelah polisi datang kerumah saya dan menjelaskan semuanya. Saya berjanji saya akan bertanggung jawab. Bahkan sekarang juga daksa bisa dioprasi jika kondisinya memungkinkan.” Jelas pak Desta panjang lebar, ternyata sungguh baik bapak bapak ini. *haha (?)* “siapa yang lapor ke polisi?” tanya uri penasaran. “Gue Uri” jawab Excel pelan. “waktu itu gue lagi ada acara band di tempat kakak loe kecelakaan, gue gak tau bahwa itu daksa awalnya. Tapi ternyata mobil pak desta malah kabur akhirnya spontan gue potret plat nomor mobil pak desta sama HP gue dan ternyata berhasil. Tadi gue cerita ke adsyah tentang kecelakaan seminggu lalu karena gue merasa gue punya tanggung jawab di masalah ini. Akhirnya kita ke kantor polisi, syukurlah pak desta mau bertangungg jawab. Iya kan? Terang excel panjang lebar sebelum uri  dan yang lainnya bertanya semakin banyak lagi. Pak desta segera mengurus administrasi dan beberapa menit kemudian adsyah, veve, pak Desta, Excel  seva dan kedua sahabatnya sudah berada didepan ruang operasi.
***

Orang tua uri masih bertengkar, oh gosh rumahnya benar benar seperti kapal pecah. Guci guci antiknya pecah dan beling dimana mana. *siapa yang mau bersihin?* tok tok tok... suara pintu diketuk diluar sana. Polisi? Mama uri panik, ia semakin yakin bahwa suaminya pasti ikut campur dalam penggelapan dana perusahaan. *tunggu dulu buk! Polisinya mau jelasin sesuatu nih*
“benar ini kediaman bapak deni?” tanya dua polisi berseragam lengkap, tetap menyeramkan seperti polisi dimana mana *menurut gue semua polisi itu serem :p*
“iya benar” jawab pak deni dengan mata sayu, mungkin lelah setelah berperang dengan istrinya.
“bapak tidak terbukti bersalah, kami sudah mendapatkan beberapa bukti dan kami sudah tau pelakunya. Bapak hanya diminta untuk datang ke pengadilan sebagai saksi besok siang sekaligus mengurus kembalinya rumah anda yang untuk sementara di sita”
“jadi suami saya tidak bersalah?” mama uri berjalan gontai menuju pintu utama rumah mewah tersebut.
“iya, suami ibu tidak bersalah. Kalau begitu kami permisi” mama uri memeluk pak Deni “maafin mama ya Pa?” air matanya mengalir tanda ia sangat merasa bersalah, bagaimanapun mereka saling mencintai. “iya ma, maafin papa juga ya?” setelah selesai peluk-pelukannya *dorr! Mobil mereka melaju ke rumah sakit untuk melihat keadaan daksa.
***

Keadaan daksa semakin hari semakin baik, bahkan lusa daksa sudah diperbolehkan masuk sekolah. keluarga uri kembali seperti semula dong tentunya. *gimana gucinya yang pecah?* keluarga uri gak jadi jatuh miskin karena ayahnya difitnah terlibat korupsi atau apalah itu, jadi masih bisa beli guci antik lagi *haha xD
drrrddttt drtttddttt hape Uri bergetar, “siapa jam 10 malem telpon? Gue udah mau tidur!” desah uri kesal, namun matanya langsung melek ketika dilihat nama “EXCEL” terpampang di layar hapenya. “Excel nelpon? Ngapain?” uri mencoba menata detak jantungnya yang semakin lama semakin berlari.
“Halo?” suara orang disebrang ramah.
“hallo? Kenapa kak excel malem-malem nelpon?” uri menyisir rambutnya dan bersiap tidur
“oh udah mau tidur ya? Padahal gue mau ajak loe sepedaan, hehe”
“sepedaan malem-malem gini?” pekik uri *sebenernya hatinya girang, barang kali dia juga bisa PDKT sama excel mengingat kedua sahabatnya yang udah pada punya gandengan*
“oh gamau ya? Yah, padahal gue udah ada didepan rumah loe.” Jawab excel memelas. Uri spechless “oke loe harus turun dalam hitungan kesepuluh! Satu...” uri menutup telpon “what? Gila ini orang” ocehnya dalam hati. Segera dia ambil sweeter dan ia kenakan sambil lari menuruni tangga rumahnya. Di hitungan ke 15 uri baru berada di hadapan excel. “Kak excel mau bunuh uri ya?” uri masih belom bisa menata napasnya, namun segera excel menarik uri duduk di belakang setir sepeda gunungnya. “udah loe gak usah banyak tanya dari pada tar loe gue cium, haha” excel mengayuh sepedahnya. Jantung uri berdebar begitu cepat saking cepatnya sampai ia seakan naik pesawat haha. *ngok? Di jalanan komplek yang sepi excel mengayuh sepedanya semakin cepat sampai uri benar benar berasa naik pesawat dan pas di jalan turun *apaan jalan turun? Pokoknya jalannya menurun gitu, bukan menanjak! :p (?) sepeda excel melaju menembus angin, dan berhenti mendadak. “Gue suka sama loe Uri” bisik excel ketelinga uri. Uri kaget, jantungnya seakan fitnes begitu cepat berdetak. Tubuhnya kaku seperti es, ia masih duduk dibelakang setir sepeda excel dan excel dibelakangnya. Sedikit saja uri menoleh kebelakang mungkin keningnya sudah bertemu dengan mulut excel. “loe mau jadi cewek gue?” tanya excel lagi, sedetik kemudian uri mencium pipi kiri excel dan berlari. *hanya itu yang bisa dia lakukan buat nutupin wajahnya yang merah kaya sate kelinci saking malunya* “kejar gue kalo bisa!!haha” excel menaruh sepedanya dan berlari membuntuti uri, cewek yang sebenarnya sudah lama membuatnya jatuh bangun. Tak lama uri sudah berada di pelukan excel *sengaja larinya pelan biar kekejar haha* “jadi sekarang kita pacaran?” tanya excel lagi, Uri mengangguk malu malu kucing. “kalo kita pacaran beneran nyiumnya bukan di pipi, tapi di” excel tak meneruskan ucapannya, tangannya memegang wajah uri lembut. Dan Uri membiarkan bibir mungilnya bersentuhan dengan bibir Excel. “aku menyukaimu excel” ucapnya dalam hati. ini semua membuat mereka percaya bahwa allah punya rencana :")

the end ^^banyak banget ya? iya sih ini cerpanget gitu CERITA PANJANG BANGET XD thx for readers :) kalo bisa leave coment yaah? makasih xD with love ziiza^^

Three Angels part II (love never ends)

                Ini dia part duanya keluar J buat tata @Utita Nurrosyada Hilmi cepet sembuh ya sayaang? :* jangan sakit L oke guys check this out :D

 “Nama gue Krisna Hazel Algretto, kalian boleh panggil gue hazel. Gue pindahan dari jerman. Thanks”  “wow! Cakep amat,” “Gila itu badan ala petinju aje” “wew cool abis! itu orang apa malaikat sih?” suara riuh cewek cewek mulai terdengar dari pojok pojok kelas X-2. “Bangku disebelah gue nganggur nih” terdengar suara melengking khas manda dari pojok ruangan. Semua heboh terkecuali Uri dan Mini. Uri hanya tenggelam dalam lamunannya, dan Mini memandang luar kelas dengan pandangan fokus tak berujung.
“Hazel silakan duduk dibangku kosong yang ada untuk sementara. Boleh duduk disebelah mini. karena Seva masih sakit, nanti biar ibu carikan bangku kosong yang lain” Perintah Bu. Emma guru bahasa Indonesia mereka yang baru 3 bulan lalu menikah.
Cowo berpostur tinggi hmm, cukup atletis *tapi tak sebagus tubuh adsyah*dengan wajah cukup meyakinkan kini menuju ke bangku kosong disebelah bangku mini.
“Hei, gue hazel” sapa hazel dingin
“gue tau” jawab Mini lebih dingin
“Jutek amat”
“Bodo!” sahut mini ketus.
 Tok tok tok..  Berdiri seorang cowo dengan adik perempuannya dengan wajah pucat.
“permisi Bu, saya mau antar Seva, maaf terlambat dia baru kemaren malem keluar Rumah Sakit” jelas Adsyah.
“Apaan sih? Gue gak papa. Udah sono balik ke kelas loe! Dasar bekicot sok care :p” Seva mengambil ranselnya yang tadi di pegang adsyah.
“Loe tu sakit semprul, sok sehat banget sih. Gamau dibantu yaudah”
“Hum hum.. silakan masuk Seva” Suara bu Emma memecah suasana panas mereka.
“Saya duluan bu, heh baik-baik lu sleketep!” Adsyah berlalu ke kelasnya, setelah berhasil bikin adiknya diketawain makhluk sekelas dengan panggilan “sleketep”nya itu. Sedang Seva melangkah gontai masuk ke dalam kelas.
“loh? Ini kan bangku gue?” matanya menatap hazel lekat-lekat. Ia merasa ada yang ganjal dalam dirinya, saat hazelpun memberikan tatapan lurus yang sama ke matanya.
“oh, ini bangku loe? Yaudah biar gue duduk dibelakang” hazel mengambil tasnya dan berdiri.
“gak usah, biar gua yang ke belakang, loe anak baru kan?” Seva melangkah menuju bangku paling belakang yang baru saja dibawa masuk kelas oleh petugas sekolah. Kini gilran mini yang menatap tajam mata seva dengan pandangan sayu.
~^^~

 Seva menjatuhkan tubuhnya empuk tepat diatas kasur berseprei spongebob. Di kamar Adsyah. “apa bener kata orang? persahabatan 3 cewek itu gak bakal bisa bertahan lama. Terus apa arti kata Three Angels yang kita bertiga bikin buat satuin hubungan kita? Tiga malaikat yang akan selalu jadi satu.” Seva tenggelam dalam lamunannya.
 “woy! Ngelamun teruss!! ngapain loe anak kecil kesini? This’s forbidden room you know!”
 “Weleeh weleh, mbah dukun kentir! Kamar ginian, semua kuning dibilang Forbidden room. Kaya kamar orang baru kawin kemaren sore haha” Seva ngakak, kena lagi adsyah ke perangkapnya.
“Udah deh, loe mau apa? Pasti ada maunya kan? Jangan bilang loe mau cerita tentang anak baru bernama bule berotak tempe itu? Loe suka sama dia? Haha” hanya satu tujuannya, “Hazel” sebuah bantal bergambar spongebob melayang empuk di wajah Adsyah.
“Mbahmu suka!” semprot Seva
“tapi tadi gue lihat loe deketan mulu sama hazel pas istirahat, mesra amat?”
“gundulmu mesra! heh kadal jelek jarang mandi, gue cuma ngobrol tadi, udah deh gua mau cerita tentang uri” wajah Adsyah berubah serius dan seva bangun dari perbaringannya.
“Gak mungkin cuma karena hubungan three angels yang gak harmonis, Uri bisa berubah sampe segitunya. Loe tau tadi dia dipanggil BP lagi?” perbincangan mereka kali ini berlanjut serius. Tak biasanya adsyah seserius ini. Dia menceritakan gosip panas disekolah yang hangat-hangatnya jadi perbincangan.
Kakak uri yang juga teman ngegame Adsyah di facebook kecelakaan. Dia menjadi korban tabrak lari beberapa hari lalu, saat hendak menjemput mamanya di bandara. Orang tua uri saling menyalahkan atas kecelakaan ini. Daksa harus dioprasi segera karena sampai sekarang dia belum sadarkan diri. Parahnya lagi kondisi keuangan keluarga uri yang semakin kritis karena ayahnya tertuduh menggelapkan sejumlah uang perusahaan.
“ayo ikut gue ke rumah sakit tempat kak daksa dirawat sekarang” Seva menarik lengan kakanya, adsyah menurut. raut kecemasan terlihat jelas di wajahnya.
~^^~

Tersebar selebaran berisi pengumpulan dana sumbangan untuk siswa SMA yang menjadi korban tabrak lari. Ia harus secepatnya dioprasi dan tak lain kak Daksa. Tertempel beberapa advertisement mengenai hal yang sama. Tak lain Seva yang melakukannya. Ia mengumpulkan beberapa dana dari teman-teman sesekolahnya untuk membantu dana operasi kak daksa. Ia yakin dana yang ia kumpulkan nanti tak akan akan dengan mudah mencukupi segala biaya yang dibutuhkan untuk kesembuhan daksa. Namun hanya ini yang dapat ia lakukan untuk membantu kakak sahabatnya itu.
“Nah, ini dia selembaran terakhir yang harus gue pasang di tempat strategis. Dimana lagi ya? Kamar mandi udah, kantin udah, madding udah, lapangan udah, semua udah. Terus ini tinggal satu ditempel dimana?” matanya mencari satu tempat lagi untuk menempalkan satu selebaran ini.
“Perpustakaan” Cowo berpostur tinggi  agak kerempeng, berkulit putih, bermodel rambut rapi dengan gel berdiri dibelakanganya. Dua tangannya masuk kedalam saku celana dan kini ia berjalan sejajar dengan Seva.
“loe? Ngapain disini? Tanya seva sambil mempercepat langkahnya.
“Butuh bantuan? Anggep aja ini tanda trimakasih sekaligus permintaan maaf gue karena bangku loe tadi gue ambil” lagi lagi cowo ini berhasil mensejajarkan langkahnya dengan seva.
“gak usah makasih. Lagian gue jarang duduk belakang. Maaf gue sibuk.” Ia berlari menuju perpustakaan disebelah kamar mandi cewek. Namun Hazel berhasil merengkuh tangannya. Tentu saja tenaga seva tak sebanding dengan tenaga hazel. Badannya tertarik kebelakang dan hampir ia terjatuh dalam rengkuhan hazel. Mata Hazel menatap tajam mata cewe manis  didepannya, begitu pula dengan seva. Jantungnya berdegup tak karuan. Baru kali ini seva mengalami hal senaif itu. “oh god apa wajah gue sekarang berminyak?” pikir seva dalam hati.
“maaf, gua cuma mau bantuin loe. Lagian itung-itung ini usaha amal gue juga kali” hazel melepaskan tangan Seva yang mulai memerah
“oke, kalo loe emang mau bantuin gue sama kak adsyah, loe boleh gabung. Tar biar gue yang bilang ke kakak gue.” Jawab seva pelan. Ia berjalan menjauhi hazel karena tak ingin cowo itu mendengar suara jantungnya yang teriak minta keluar.
“biar gue yang tempel” hazel mengambil selebaran di tangan Seva. Seva hanya mematung. Ia mencoba menata detak jantungnya.
“gimana kalo pulang sekolah kita kerumah gue?” Tanya hazel sambil tengah menempel selebaran di tembok depan perpustakaan.
“hah? Ngapain?” lagi lagi jantungnya berusaha melompat.
“kita bisa cari dana sumbangan lewat dunia maya kan? Mungkin kita taruh di facebook, twitter, blog atau sarana sosial lainnya. Dengan gitu malah orang diluar sana yang simpati dengan keadaan anak SMA ini, bisa ikut ngasih dana. Iya gak sih?” hazel menoleh kearah Seva yang berdiri dibelakangnya dan dilihatnya Seva hanya mematung menatapnya lekat.
“hum.. ide bagus, oke deh. Kita juga bisa tempel foto kak daksa yang gue sempat ambil di rumah sakit kemaren biar orang-orang lebih percaya. Well gue boleh ajak kakak gue?” Tanya seva. “jangan dong, mana mungkin gue mau ajak si adsyah di acara kaya gini? Haha” ocehnya dalam hati.
“hum, kalo emang loe pengen, boleh aja sih. Tapi gue pengen loe orang pertama yang dateng ke rumah gue” jawab hazel penuh senyum malaikat. *kalo gue jadi seva gue bakal langsung terbang. Eittss apa’an nih? Gombal apa gombal?*
“haha gombal banget sih loe” seva memukul manja lengan hazel. Hazel sok kesakitan. Yaelah pukulan cewek ini. Keliatannya suasana mulai cair nih.
Hazel dan seva berdiri didepan rumah hazel. Setelah seva mengantongi izin dari adsyah tentunya. Eitts tunggu ini rumah hazel bukan sih? “hah? Ini kan rumaah…” seva tak melanjutkan pikirannya.
“hazel? Ini rumah loe?” Tanya seva sambil mengamati rumah bercat orange emas didepannya. Ia sepertinya mengenal rumah ini.
“bukan, *oh bukan rumah hazel ternyata* ini rumah tante gue. bokap nyokap tinggal di jerman. Tapi gue lahir di Indonesia sih, pernah tinggal di Surabaya dan gue pindah ke jerman pas gue kelas 6.” Ceritanya pada seva sambil menggandeng tangan cewek itu masuk ke dalam rumah.
“oh” jawab Seva pendek sambil terus mengamati seisi ruangan. Bahkan ia tak sadar bahwa tangannya sedang berada dalam genggaman hazel.
~^^~

Makin hari makin banyak aja cewe yang ngantri buat kenalan sama hazel. Wow? Belom pernah adakah sebelumnya cowo semenarik hazel? Tak terkecuali manda. Dia yang paling uring-uringan buat narik perhatian cowo berkulit putih ini. Bel istriahat berbunyi belum sampai semenit yang lalu, namun sekarang posisi manda tengah berdiri tepat di depan bangku hazel dan mini.
“hei dude, ke kantin yuk? Gue traktir deh” manda duduk manis di meja Mini. Gimana emosi mini gak ke ubun-ubun? Dia lagi sibuk rekap PR fisika yang belom sempat dia kerjain kemaren malem dan manda duduk tepat diatas buku PRnya.
“Heh nona ratu sejagad! Mata loe sebenernya dimana sih? Mendingan lu taruh mata loe itu di pantat deh. Dasar cewek ganjen. Dan loe hazel, mending loe pergi dari bangku gue, loe pikir bangku gue apa? Masih jam 6 pagi cewek cewek udah ngantri di bangku gue. Gue gak mau bagiin BLT tau!” semprot Mini.
“loe kalo gak suka omong aja baik baik. Bilang aja loe jealous kan?” hazel berdiri dari bangkunya. Menatap mana mini dalam dalam.
“ha? Sorry ya? Cemburu sama loe? Gua gak suka tipe cowok yang obral gombal ke semua cewe. Najis!” mini yang masih sakit hati dengan adsyah ternyata tak terpengaruh dengan ketampanan cowo yang ini.
“loe juga jangan sok. Lagian urusin tu penampilan loe, rambut kummel, muka berminyak, apa jangan-jangan seragam loe gak pernah di setrika ya? Haha” hazel berdiri di depan mini, teman-temannya membentuk lingkaran hampir sempurna mengelilingi mereka. PLAKK!!! Satu tamparan melayang ke pipi sebelah kanan hazel. Warna merah membekas di pipinya. Menimbulkan beberapa jeritan dari cewe-cewe penggemarnya.
“watch your mouth! Gua paling gak suka cowo yang sok ngomentarin penampilan gue! This is my life! Lagian liat rambut loe, gak beda sama rambut pengamen di pinggir jalan. Jabrik kaya landak tau gak!” mini melangkah menerobos gerombolan yang tadi melingkar mengelilinginya, diikuti derai tawa cewek cewek melihat memerahnya wajah hazel sekarang. Berita itu segera menyebar ke seluruh penjuru sekolah.
~^^~

Adsyah dan adiknya Seva sedang main PS diruang tengah. Yah besok week end jadi mereka bisa maen game sepuasnya.
“mas? Besok siang gue diajak hazel buat jengukin kakak uri trus pulangnya kita makan siang dulu. Boleh ya?” Seva membuka suara.
“ha? Jalan? Ngga!!”
“aah.. ayolah mas, lagian mama udah ngasih ijin. Gue gabakal pulang kesiangan deh, ya?”
“ngga! Lagian gue gasuka loe deket-deket sama bule gak jelas itu! Baru seminggu dia sekolah, dia udah dicalonin jadi ketua osis, dia udah masuk tim inti basket dan dia gabung ke grup band gue di sekolah. Rese kan? Pokonya gue gak suka”
“wahwah, jadi ada yang ngerasa punya saingan baru nih” Seva ngeledek. Adsyah mencibir. “Pokoknya besok jam 8 gue berangkat.” Seva berlari ke kamar setelah melempar satu kulit kacang ke rambut kakaknya.
Seva sudah siap untuk jalannya hari ini. Blus lengan ¾ warna putih dipadu dengan blue jean terlihat manis di tubuhnya. Rambutnya yang lurus sepinggang ia biarkan terurai dengan jepitan biru muda di sebelah kiri. Jam tangan berwarna dark blue melingkar di tangan kirinya. *apa ini yang disebut ngedate?* pikirnya dalam hati. Tapi suara klakson mobil dengan segera membuyarkan lamunannya.
Seorang cowo melambaikan tangan kearah seva. Tak lain adalah hazel. Kaos dark black ketat melingkar dibadannya, sehingga lekukan tubuhnya terlihat jelas. ia sedikit terlihat maco daripada saat ia menggunakan seragam sekolah. Wow ada yang beda dari hazel. Apa ya? Oh, rambut hazel baru loh. Kini rambutnya tak terlihat basah dengan gel. Rambutnya dry, kering, mengembang seperti roti setelah kalian tambahkan pengembang ke adonannya. Tetap “jabrik” tapi tak separah kemarin, ujung-ujungnya lebih pendek, lebih rapi tentunya. Rambut daerah atas telinga dibagian kanan kiri lebih pendek dari bagian yang lainnya. Hum? Kalian tau penampilan kibum oppa saat pertama kali teaser Suju keluar? Ya kurang lebih seperti itu. -,- (apa masih seperti landak? Yaa mungkin. Wow? Apa perubahan rambut hazel ada hubungannya dengan cekcoknya dengan mini kemarin?) “Sudah siap?” tanyanya dari dalam mobil. “Sipp” Seva berlari kecil kecil kearah mobil hazel. Dimulai dari jalan pertama mereka, hubungan hazel dan seva semakin dekat. Jalan ke mall, nonton film, beresin tugas bareng, makan siang, ke toko buku langganan Seva, sampai beli accecoris cewek barengan (jangan sampe daleman lah ya? LOL) apalagi setiap jalan hazel selalu bawa bunga, coklat atau barang-barang kecil lainnya buat Seva. *Mau :D romantis yaa?
Mungkin Seva mulai membuka hatinya untuk cowo. Apalagi cowo sebaik hazel. Namun disisi lain, keadaan mini juga ikut berubah karena kedatangan Hazel. Tepat sehari setelah pertengkaran heboh mereka di kelas, sedikit demi sedikit penampilan mini kembali seperti mini yang lama. Bahkan hari ini mini berpenampilan secerah saat ia masih merasakan cintanya yang berbunga untuk Adsyah. Rambutnya yang bergelombang hanya di bagian bawah ia biarkan terurai dengan bando orange di kepalanya. Accecoris penambah aksen ceria kembali ia kenakan, dan satu lagi, bedak? Ya sepertinya mini menggunakan bedak atau semacam pelembab pagi ini. *kok tau? Tau lah! Wajahnya gak seberminyak saat pertengkaran sengitnya dengan hazel terjadi di kelas X-2
“Abis kesambet apa lu? Tumben gak dekil lagi?” Tanya hazel sengit saat berpapasan dengan Mini di gerbang sekolah.
“udah deh, gak usah rese, lagian gue capek tengkar ama loe terus.” Jawab mini sedikit lebih ramah dari seminggu lalu saat hazel baru menginjak sekolahnya. *heihei gak ada yang tau ya? Sebenernya hati mini degdeg seru loh. Mini jatuh cinta sama hazel? Yap bener banget. Apalagi setelah hazel mengantarnya ke UKS pas mini panas kemaren lusa* gak kerasa mereka jalan beriringan ke kelas. Dan selama itu juga hati hazel hampir mutasi dari tempatnya. *aduh bingung deh, hazel sebenernya suka siapa? MINI OR SEVA? Atau hazel sebenernya BUAYA DARAT?
~^^~

Uang yang dikumpulkan hazel, adysah dan seva hampir mencapai setengah biaya yang dibutuhkan untuk operasi patah tulang kak daksa. Untuk yang kesekian kalinya Seva dan Hazel menghabiskan waktu mereka bersama. Sekitar pukul 9 hari minggu, Honda Jazz merah milik hazel berhenti tepat dirumah mini. Seorang cewek telah menunggu di depan gerbang. Seorang cowok yang tak lain adalah pemilik mobil tersebut turun dan membukakan pintu untuk cewek yang telah menunggunya. Oh ya tak lupa seperti biasa setangkai bunga mawar merah mekar hazel berikan untuk Seva.
Namun sepertinya tak hanya mereka yang berada di depan rumah. Mini yang saat itu juga berada di depan rumahnya yang hanya berjarak 3 blok dari rumah seva melihat kemesraan mereka dengan hati yang kembali hancur lebur. Air mata sukses menetes dari pelupuk matanya dan segera ia berlari masuk ke rumahnya.
~^^~

“Mau lo sebenernya apa? Dasar penghianat! Munafik! Nusuk temen dari belakang!” Emosinya ber api-api.
“maksut loe apa Min?” Cewek didepannya masih gak ngerti apa yang terjadi
“Haha Seva Seva, Sahabat gua yang manis, dua kali loe nusuk gue dari belakang! Pertama, kenapa loe gak bilang dari awal kalo adsyah udah punya cewek dan loe biarin gua terlanjur sayang sama kakak loe yang sok itu!” kini seva tau apa yang membuat hubungan persahabatannya dengan ketiga sahabatnya hancur.
“dan sekarang, loe tau siapa yang bikin gue berhasil bangkit dari keterpurukan gue karena Adsyah?” Mini menatap tajam mata Seva
“Ngga” jawab seva pelan
“Hazel!” jawab mini tegas. Seva gak tau harus jawab apa, yang jelas dia tau hatinya seperti piring yang dia jatuhkan kemarin, hancur, pecah, cowo yang berhasil bikin dia jatuh cinta ternyata juga cowo yang ditaksir oleh sahabatnya.
“Cowo yang juga loe suka kan? Gua bangkit demi dia, dia yang behasil bikin gua gak nangis lagi. Tapi setelah gua berubah dan balik kaya dulu. Loe malah nusuk gue dari belakang buat kedua kalinya dengan cara rebut hazel dari gue. Mau loe apa? Loe mau bunuh gue pelan pelan?” suara mini melemah, satu demi satu air mata mengalir dari matanya.
“gu gu gue gak bermaksut nutupin kalo adsyah udah punya cewek dari loe min, gue Cuma gak mau loe sakit.” Suara Seva bergetar. Air mata yang akan menetes masih ditahannya.
“Bulshit tau gak sih loe? Loe emang musuh dalam selimut, pergi dari hidup gue!” mini melangkah pergi dengan air mata membasahi pipinya.
“Min tunggu Min!’ Seva mencoba menahan mini. Tapi tubuhnya lemas, semua sarafnya seakan mati. Otaknya tak dapat berpikir, air matanya mulai tak terbendung. Semua dirasanya sakit. Dia sendiri d ikamar mandi cewek, memikirkan apa yang harus dia lakukan, memikirkan apa yang terjadi setelah ini? Adsyah, veve, mini, uri dan kedatangan hazel yang sepertinya memperkeruh hubungan mereka. “three Angels udah hancur” terdengar suara lemah dari mulutnya.
Terbayang semua memorinya akan three angels, saat mereka makan es krim bersama, bernyanyi di kamar seva dengan suara yang super berantakan, menggunakan accecoris kembar, berkemah di halaman belakang rumah uri, memanjat genteng rumah mini dan ber pajamas party setiap libur panjang. Pipinya basah. Persahabatan yang telah  dirajutnya sejak kelas 3 SD harus hancur karena kakak Seva sendiri.  
~^^~

Seva semakin menjauhi hazel, tangis yang setiap hari menghampirinya. Seva yang semakin tertutup, tanpa keceriaan dan tawanya lagi semua hambar. Hanya itu yang diarasakan hazel dan Adsyah kakaknya. tak ada lagi Honda jazz merah yang selalu terparkir di halaman rumahnya. Begitu pula mini, penampilannya kembali dekil, prestasinya anjlok, kembali diam dan frustasi. Hazel yang merasa ada yang berbeda dalam hidupnya tak mungkin tinggal diam. Malam ini hazel mengajak Seva ke taman di daerah komplek rumahnya. Hati seva gusar. Apa hazel akan menyatakan cintanya ke seva? Lalu apa yang harus seva katakan ketika kalimat “I LOVE U” keluar dari mulut hazel? Akankah ia menolak cowok pertama yang berhasil membuatnya jatuh bangun? Ah bodo amat. pikir seva. Seva mengenakan baju seadanya. Tanpa pilih-pilih seperti saat hazel akan menjemputnya untuk jalan sebelumnya.
Ia hanya mengenakan jean panjang dipadu tengtop ungu dengan blus kotak-kotak lengan ¾ kedodoran kesayangannya. Rambutnya diikat dengan poni serong kesamping. Dan tak lupa tas selempang batiknya. Berbeda dengan hazel yang terlalu pilih-pilih baju malam ini. Akhirnya jeans ketat dan kaos hitam lengan sambungan menjadi pilihannya. Anehnya rambutnya kembali diberi gel seperti saat pertama ia masuk ke SMA tempat Seva dan kedua sahabatnya sekolah.
Seva berangkat berjalan kaki karena ternyata adsyah tak berada di kamarnya “ah deket ini, mungkin kakak jalan sama kak veve” pikir Seva sebelum akhirnya cabut ke taman daerah komplek rumahnya. Berdiri seorang cowo dibawah salah satu pohon besar di taman tersebut. Pasti itu Hazel. Pikir Seva. Tapi kenapa beda? Rambutnya agak panjang dibiarkan berantakan, wajahnya tak Nampak jelas karena taman remang remang. Jeans hitam dengan blus kotak-kotak abu-abu hitam lengan panjang yang ditekuk tekuk sampai ke siku. Wow kenapa hazel jadi sekekar itu? Bentuk tubuhnya menarik melebihi kak adsyah, kenapa tangannya tak masuk ke saku celana seperti yang biasanya dilakukan hazel? Dari jauh cowok ini malah asik memainkan kunci mobil sambil menatap jauh ke rerumputan. Sedang punggungnya bersandar ke pohon tersebut. Lalu mana hazel? Langkah Seva terhenti saat menyadari bahwa yang berdiri di dekat pohon adalah orang yang pernah dikenalnya. Kak Zillan. Yah kakak kelas Seva waktu di SDN 5 Jakarta Selatan sekaligus cowo yang pertama kali cium pipinya di Ultah seva yang ke 12. Kak Zillan kan cinta monyet pertama seva. Pretasinya yang gak turun-turun yang bikin Seva ngefans sama cowok keturunan indo-jerman itu.
“Kak Zillan? Ini bener kakak?” Seva lari dan langsung peluk Zillan erat-erat. Tercium parfum zillan yang cowok banget.
“iya ini kak Zillan, kamu makin cakep putri kecilku” kembali zillan rengkuh Seva jatuh dalam pelukannya dan menangis sesenggukan. “Aku sepupu Hazel” suara kak zilan pelan.
“apa? Kak Zillan sepupu Hazel?” saat seva masih belum bisa berfikir apa yang sebenernya terjadi muncul kak adsyah dari balik pohon.
“iya sevaku sayang, sebenernya hazel dan zillan balik ke Jakarta bareng dan berencana nerusin sekolahnya di Jakarta. Semua ini udah kita rencanain mateng-mateng tanpa sepengetahuan kamu. Sebenernya hazel deketin kamu Cuma buat check gimana kamu yang udah dewasa ini, dan sebenernya semua bunga, coklat dan barang-barang lain murni pemberian kak zilan yang dititipin ke hazel buat dikasiin ke kamu.” Jelas Adsyah panjang lebar, sedang Seva masih dengan tampang cengoo di depan kak zillan dan kakaknya.
“jadi sebenernya hazel sukanya sama mini. Dan kamu tau, kamu mirip adek hazel yang meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan motor, itu yang bikin hazel sayang kamu. Dia anggap seakan kamu adeknya. Caramu ketawa, ngomong dan semua tingkah kekanak-kanakanmu mirip kaya Akila adek Hazel my beautiful fairy” lanjut kak Zilan mengacak sayang rambut Seva. (apa hati seva sakit? Gimana sama hazel? Cinta seva buat hazel mungkin Cuma sesaat, setelah tau hazel sayang mini dan tentunya seva relain sahabatnya bahagia dengan hazel. lagian sekarang seva merasakan rasa sayang yang lebih kepada kak zillan cinta monyetnya yang harus pindah ke jerman 5 tahun yang lalu)
“jadi apa kamu bener-bener sayang sama hazel?” Tanya kak Zillan serius dengan tatapan elang yang masih sama sebelum ia diharuskan pindah ke jerman 5 tahun lalu. Seva menggeleng kuat-kuat. Kembali seva jatuh kedalam pelukan kak Zillan yang sekarang tumbuh menjadi seorang cowok yang mungkin sangat diidamkan seva.
“Eits… apa janji kita? Gak boleh pegang pegang adek gue!” kak adsyah melepaskan pelukan hangat kak zillan.
“yaelah elu syah, kangen tau” jawab kak zillan ketus sambil kembali akan merengkuh seva.
“kangen? Nih peluk gue?” jawab Adsyah bercanda. Mereka tenggelam dalam tawa. Mungkin ini jalan dari Allah, hazel dengan mini dan kak zillan kembali ke Indonesia. Emang bener ya? Jodoh gabakal kemana. Haha kalo kak zillan ajak gue kawin sekarang Ayo aja kak langsung ke KUA haha, Pikir Seva.
“well, kemana Hazel?” Tanya seva sedang matanya ke pojok-pojok taman mencari sosok hazel.
“Oh ya? Bukannya hazel dirumah mini buat nembak dia sekarang?” adsyah baru ingat
“Kalo gitu langsung aja cabut kerumah mini yuk?” mereka berjalan menuju mobil pajero sport warna putih milik kak zillan. Mobil yang disetir kak zillan melaju kencang menuju rumah mini dan sudah dilihatnya mini dan hazel di halaman rumah yang hanya diterangi beberapa lampu.
“Jadi lo suka sama gue? Gue masih gak habis pikir kenapa loe bisa ngelakuin ini semua? Loe pingin gue mati?” pertanyaan mini beruntun. Kak zillan, mas adsyah dan Seva turun dari mobil dan menghampiri hazel yang sepertinya butuh bantuan menjelaskan semuanya.
“semua bener mini, gue juga dikerjain tu sama hazel, mas adsyah sama kak Zillan” suara Seva dari kejauhan.
“Seva? Hah? Kak zillan?” mini makin bingung.
“iya mini, hazel beneran sayang loe, selama ini dia deketin Seva Cuma karena seva mirip dengan almarhumah adek hazel. Dan gue adalah sepupu hazel” jawab kak zillan.
“haha sorry ya min kita gak bermaksut kerjain loe kok. Kita Cuma mau kasih surprise atas kedatangan hazel dan zillan ke Indonesia” terang kak adsyah.
“Seva? Loe gak marah hazel suka sama gue?” sekarang yang ada dipikiran mini hanya Seva yang mungkin telah sakit atas kata-katanya di toilet cewek.
“calm down sweetie, gue kan sekarang punya kak zillan hehe” seva cengengesan
“Seva maafin gue ya?” air mata mini mulai merebak
“Yes oke swettie gue tau gimana perasaan loe kemarin” seva berbesar hati. Mini menatap hazel lekat-lekat. Cowok yang bisa membuatnya menyayangi hazel melebihi apapun.
“Jadi ini semua kerjaan loe zel? Jahat loe sama gue, gue ham…” Mini tak sempat meneruskan kalimatnya yang terakhir karena bibir hazel telah mendarat mulus di atas bibir mini. Seva yang juga ikut salting memeluk kak zillan erat
“eh, anak kecil maen peluk-peluk. Belom waktunya! Lepas lepas” kak adsyah melepas pelukan seva.
“eh kak zillan maaf ya kak? Kirain seva kak zillan itu kak adsyah, tadi seva sebenernya seva mau peluk kak adsyah hehe” seva cengengesan
“alah ngeles!” Adsyah dan zillan mengacak manja rambut seva.
“gue tau loe pasti bakal jawab iya kalo gue nembak loe min” hazel angkat bicara setelah adegan ciuman dadakannya berhasil bikin mini mencair. Mini masih mematung dan gak bisa bilang apa-apa. Kini ia peluk cowo dihadapannya erat-erat. “HAZEL GUE SAYANG LOE!!!!” teriak mini membelah angkasa. Ia ingin bulan juga mendengarkan teriakan bahagianya malam ini.

(nah, gimana part 2nya? Keren? Tapi belom selesai nih, gimana kelanjutan cerita keluarga Uri? Nantikan part 3nya guys :D) with love: Ziiza^^

Three Angels (One for all, all for one)

Heihei,, ketemu zii lagi, haha akhirnya cerpen kedua gue terbit *eciieee XD yapyap ini cerpen kedua setelah thats for you bimmie yang gue bikin special buat sahabat tersayang gua "Utita Nurrosyada Hilmi II", makasih yang udah mau baca cerpen ini, dan mohon kritik sarannya yaa? bisa ditulis di kotak comment di bawah xD maaf bila ada salah pengetikan, kesamaan nama atau kesalahan apapun :D semoga cerpen ini berkenan *eciie xD well cerpen ini gua persembahin buat temen-temen gua (yang ngerasa temen gua boleh angkat tangan haha) dan buat seseorang yang masih gua sayang banget *haha frontal* xD emang penting? (perhatian: bacanya pake nada ngejek, mulut mencibir, alis keangkat satu, bahu naek keatas dan mata tatapan ngeledek gue abis :D) haha selamat membeaca and enjoy my story :D


Teth… teeth… teeth… Bel masuk berbunyi, memasuki telinga Seva dan menggema di dalamnya. Segera ia letakkan sapu yang tadi digenggamnya dan langsung duduk manis di sebelah Uri. Kelas mulai hening, karena Pak Anton guru matematika paling killer mereka sudah terlihat berjalan dengan bukunya yang kumel di koridor depan kelas X-2.

“ Fuih… akhirnya selesai juga piket gua haha” Seva bernafas besar
“ Loh, Va? kok cepet piketnya?” Manda memulai, temen sekelas Seva yang combernya setengah hidup.
“ Loe gak liat? Udah masuk kali Man,” Jawab seva pelan, gak pingin ganggu pelajaran yang sekitar 3 menit lalu dimulai.
“ Loh tapi kan masih kotor? Nih liat! Bawah bangku gue masih kotor banget!” manda gak mau kalah.
“ Iya iya habis gini. Waktu istirahat nanti gue sapu lagi.” Sebenernya cewek mungil berambut hitam lurus sepinggang ini, gak pingin cari masalah sama cewek yang dianggap paling rese’ sekelas
“hem hem” pria setengah baya dengan postur tinggi dan menyeramkan berdehem sambil terus menulis didepan papan.
“Udah dong Man, Va, lagian loe juga Man, kalo bangku loe kotor, yaa loe lah yang tanggung jawab! Bukan malah Seva.” Uri cepet-cepet ngelerai keributan mereka.
“ Eh eh eh jadi bawa bodyguard ceritanya?“ Mulai deh.
“ hem hem Manda! ngapain di belakang ribut aja. Maju sini.!!!” akhirnya, suara pak anton meninggi setelah tadi cukup berdehem satu dua kali.
“ Emm enggak pak, saya lagi nyariin pensil saya yang jatuh. Kemana ya pak? Kok gak ketemu-ketemu. “ Si manda ngeles. Biasalah cewek paling matre sekelas yang selalu nganggap dirinya ratu sejagat ini, paling ahli buat ngeles.
“ Kasihan deh loe…” Mini mulai angkat bicara. tambah ijo aja tu si Ratu sejagat SMAN 24 Jakarta selatan.
Seva, Uri sama Mini cuma cengengesan ngeliat Manda tambah ijo.

~**~

Teeet… teeeet… teeet… bunyi bel kedua, apa lagi yang paling ditunggu sama anak-anak sekelas, selain bunyi bel istirahat pertama Dan…

“ Horeee… istirahat….” Temen-temen sekelas Seva pada teriak kegirangan. Seakan mereka baru aja keluar dari kandang harimau liar. Dan segera berhambur keluar kelas.
“ Akhirnya selesai juga jam matematika.Gila, lima menit lagi otak gua dah mau pecah kali! ”  semprot Seva sambil benerin rambutnya yang agak berantakan.  Cewek ini, paling gak betah waktu pelajaran matematika.
“ Seva? jangan lupa PIKET ya!!!” manda mulai
“ bersiin aja sendiri, nona ratu sejagad! “ kesabaran Seva udah mulai setipis kain belacu.
“ Udah Va, orang kaya gitu sih gak usah diurusin. Kita gak akan bisa menang kalo ngomong sama  dia.“ Mini menerangkan.
“ Ya udah, ayo’ keluar Va. Lagian kelas udah bersih kok, Manda aja yang kebangetan. Mendingan loe bersiin luar aja. “ Uri ikut nenangin sahabatnya yang mulai ijo itu.
“ Yo’i sist.” Sahut mini sambil lirik kelas kesayangannya yang masih berupa kapal pecah.
“ Ya udah,  kita duduk di sana aja yuk. Sambil bersiin yang sana. Masih kotor banget.” Seva ngeloyor ke tempat yang ditunjuk dengan sapu ijuk ditangan mungilnya
“ Eh… Va ada mas Adsyah, .di sana aja yuk “ telunjuk Mini menunjuk ke arah yang agak lebih rindang. Mas adsyah itu kakak satu satunya Seva yang juga lagi ditaksir sama sahabatnya Mini.
“ Ya udah ke kantin aja yuk… gue teraktir es cream deh…” keliatannya Seva lagi seneng hari ini.
“ Widih kesurupan jin dari mana loe? loe gak habis dapet uang milyaran rupiah kan?” Uri penasaran
“ udah deh, yang penting dapet ice cream kan? haha“ Seva ngeloyor ke arah kantin sambil nyengir

“ Seva? “ seorang cowo berbadan atletis, cukup tinggi dan punya kumis tipis di bawah hidugnya lari ke arah Seva. Oh, Adsyah ternyata.
“ hm… kenapa? “ jawab Seva ketus.
“ Va kita duluan ya? “ mini narik tangan uri langsung ngeloyor gajelas. Wajahnya pucet ala mayat hidup haha. Seva segera tau kalo jantung mini lagi minta lompat keluar pas tau Adsyah lari ke arah mereka.
“ Aduh,  loe sih. Temen-temen gue langsung lari kan?” Seva sok ngambek sama masnya yang nganggep dirinya paling imut sedunia itu.
“ Eh Va, loe dapet uang saku berapa dari mama?” Tanya adsyah penasaran, matanya ngelirik ke saku baju Seva dan dilihatnya uang kertas warna merah terang didalamnya.
“ Ehm, tau ah gua ke kantin yaa?”
“ Pasti warna merah ya?” adsyah langsung kaya orang kebakaran jenggot. Padahal gak ada satupun akar jenggot yang tumbuh di dagunya. Maklumlah dia Cuma dapet jatah gocap pagi ini.
 “Nraktir anak- anak ice cream ah! mas gak tak kasih…” Adsyah mencibir, dia melangkah gontai ke kelasnya XII-5. sedang Seva berlari lari kecil kearah dua sahabatnya. Mereka bersahat sejak kelas 3 SD, saat Seva baru pindah dari padang kotanya yang lama. Kedekatan rumah mereka yang membawa mereka sampai sedekat ini. Rumah Seva dan mini hanya terpisah sekitar 3 blok, sedang rumah Uri yang berada agak jauh dari rumah mereka.

Setelah pulang sekolah kali ini, mereka gak punya suatu planning kaya biasanya yang pulang sekolah langsung ke mall, atau ke toko buku, makan bareng, nonton film, belajar bareng atau planning seru lain.
Dalam kisah remaja antar Three angels ini, Uri, Seva, dan sahabat satunya Mini. Terkenal bermasalah dengan cowok. Walau Seva dan Uri sama sama punya kakak cowok, tapi bukan jaminan kalo acara mereka PDKT sama cowo semulus kulit mini yang aktif luluran tiap minggunya. Gimana gak? Adsyah malah nertawain adeknya, setiap Seva mulai angkat topik tentang cowok yang diincernya. “Adek kecil jangan mikirin cowo dulu ya? Sekolah yang bener haha” ledek adsyah sambil ngeloyor ke kamarnya dan tutup pintu kenceng-kenceng.

            ~**~

Pagi ini, Seva taruan sama kakaknya buat berangkat lebih pagi. siapa yang duluan sampe di sekolah, dia yang berhak dapat teraktiran ice cream. Ternyata Sevasampek di sekolah duluan. Perjuangan banget ini cewek bangun pagi dan mandi 30 detik haha. Sepulang sekolah Adsyah berkewajiban ngajak Seva jalan ke mol buat teraktir dia ice cream. Waktu begitu cepat berlalu kini Seva sudah berada dalam mobil dengan satu cewek manis berjilbab di sebelahnya dan adsyah bersama supir di kursi depan. Mau kemana mereka selain makan ice cream di mall. Ups! Lupa siapa cewe disamping Seva? Yap, Ada Veve ceweknya Adsyah. Tingginya beberapa senti diatas Seva, hidungnya mancung layaknya artis-artis Hollywood, dan dia selalu terlihat anggun tiap main ke rumah kakak beradik ini. Sikapnya yang manis bikin Seva selalu nyaman berada kelet dengan cewek kelahiran bandung 15 tahun yang lalu.
“ wahwah kak Veve ikut juga? Aku kangen loh kak, jalan jalan siang ini pasti bakal seru” Seva bergelayut manja dilengan Veve.
“ iya dek kakak juga kangen kok.”  jawabnya singkat. Tentunya penuh dengan sikap anggun, dan gak lupa senyum.
“ eh eh!! Apa lu anak kecil deket deket cewek gua lagi. Veve kesini buat nemenin gue. Bukan buat jalan sama loe. Anak kecil.” Ledek Adsyah.
“ Yeee, enak aja! kak Veve ke sini buat nemenin gua makan ice cream. Bererti loe harus neraktir kita berdua, weeeek” Sembur Seva gak tanggung-tanggung sambil pukul manja lengan Adsyah.
Mobil mereka melaju kencang menerabas panasnya ibu kota. Kini mereka telah duduk manis menunggu pesanan ice cream mereka masing-masing. Canda tawa kebersamaan mengiringi mereka di kedai ice cream terkenal yang hampir rutin mereka kunjungi 2 minggu sekali.
Tak jauh di dekat kedai tempat mereka ber ice cream ria, sepasang mata sedang mengamati kebersamaan hangat mereka. “Seva Jahat!!” cewek berkulit putih berlari keluar kios accecoris dengan air mata merebak di pelupuk mata bulatnya. “Mini? Loe Kemana?” teriak cewek tinggi dengan rambut ekor kuda terkuncir tinggi menyusulnya dari belakang.
Ternyata siang ini Uri dan Mini lagi jalan ke mol yang sama dengan mall yang dituju pasangan Veve, adsyah dan adiknya Seva. Mereka berburu accecoris yang katanya lagi sale di kios tepat di depan kios ice cream tempat Seva dan kakaknya menghabiskan rabu siangnya.
Mini yang tadinya tengah asyik memilih beberapa model cincin cantik dengan berbagai warna dan bentuk, pandangannya tak sengaja jatuh tepat saat adsyah menyuapkan sesendok ice cream strawberry ke mulut mungil veve. Sedang Seva tertawa seru melihat kemesraan kakak dan pasangan ceweknya
Sesegera mungkin Uri yang waktu itu gak ngeliat Seva dan gak tau apa yang sebenernya terjadi, udah kaya orang idiot yang kerjanya cuma ndoweh liat sahabat yang berlesung pipit dalam nangis hampir tak bersuara di kamar mandi. Kini lesung pipitnya yang membawa aksen manis di wajah bulat mini tak terlihat lagi, hanya air mata yang tak henti mengalir di pipinya.
Sebisa mungkin Uri nenangin Mini, tapi tangis Mini makin menjadi. yang tadinya semua orang sibuk dengan urusan mereka masing masing di kamar mandi, entah dandan, benerin baju atau yang lain, kini beberapa mata telah tersorot ke mereka.
“ Min, udah dong, emang ada apa sih? Loe tau gua kaya tersangka yang apa-apain loe disini” Uri mulai gusar
“ hiks hiks” tangis mini tak terbendung kini tangisnya mulai bersuara.
“ Min, malu donk sama orang-orang. Dikirain gue yang ngapa-ngapain loe. “
“ gak ngurus. Emang gua pikirin!” Mini tetep ngelanjutin ngangisnya.
“ Min? emang ada apa sih? Gue gak tau apa-apa. Tiba-tiba loe lari dan nagis gitu aja.” Uri kebingungan.
“ Udah deh, urus aja diri low dan sahabat loe yang penghianat itu!” ia berlari ke luar toilet dengan air mata yang masih membanjiri wajahnya.
“ Min, emnag gua yang salah? emang salah gue apa? Gue gak tau kenapa loe nangis kaya gini. Dan gua gak mau tau. Urusin aja diri loe sendiri.” Emosi Uri tak terbendung. Iya lah, dia gak tau apa yang sedang terjadi, bukan karena Uri cewe yang rada lama mikir, tapi emang dia gak ngerti what’s going on.
”what ever” Semprot uri, ia jalan keluar toilet sambil bibir umik umik, monyong kanan monyong kiri, manyun utara manyun selatan. Gak sengaja cewe yang rada males mandi ini sempet ngeliat Seva, Adsyah dan Veve keluar dari kedai ice cream sambil ketawa ketiwi.  Segera ia tau apa penyebab sahabatnya mini nagis gak keruan. “ Ya… Tuhan… ternyata…” Uri gak nerusin omongannya dan langsung mecoba merogoh handphone di tas. Buat apa lagi? Cuma nomor handphone mini yang dituju. Tapi usahanya sia-sia Uri tau bahwa mini pasti mematikan ponselnya. Uri melangkah gontai keluar mall dan hanya kegusaran memenuhi otaknya.

~**~

Dikelas, mereka bertiga diem-diemman. Mini yang biasanya cerewet. seharian ini diam tanpa kata. Sekarang Seva yang kaya kambing congek. Gak ngerti apa yang terjadi.
“ Miniku sayaang? kenapa diem aja?” tanya Seva manja.
“ Gue lagi gak mood! jangan ganggu gue. “ jawab mini ketus.
“ Min ? loe gak papa?“ Seva khawatir.
“ mendingan sekarang loe pergi aja deh dari hidup gue. Gue males ketemu loe!” sentak Mini, terlihat titik air mata merebak di matanya
“ Min, please dong,  I don’t know, what’s going on?”
Udah deh, loe gak usah kebanyakan basa basi dasar pengkhianat!!“ Mini ngeloyor keluar kelas setelah gebrak meja keras keras dan sukses bikin jantung Seva hampir loncat dari tempatnya.
Seva gak patah semangat, sekarang ia coba nanya ke Uri apa yang terjadi sama sahabat kecilnya ini.
“Ri? Ehmm loe tau gak Mini kenapa?” Tanya seva dengan tampang innocence.
“ Gua gak tau.” Jawab Uri. Singkat
“ loh? kok dia jadi kaya gitu ya?” Tanya Seva lagi.
“ Gue bilang gak tau ya gak tau. Ini semua gara-gara loe tau gak sih?“
“ loh kok gara-gara gue? Seva gusar
“ Udah deh loe gak usah deketin kita lagi. Jalanin aja hidup loe sama si Adsyah kakak loe itu dan ceweknya yang sok manis!!” Uri lalu melangkah pergi.
Seva yang masih bingung apa yang terjadi dengan dua soulmatenya coba mencari kakanya Adsyah. Tapi semua useless, tentu adsyah lebih tak tau menahu tentang masalah three angles ini. Dan akhirnya selama berhari hari mereka saling diam. Tanpa suara, tanpa senyuman saat berapapasan dan tentu tanpa hangat canda yang selama ini menyelimuti perjalanan remaja mereka. Seva yang selalu mencoba mencari tau apa yang terjadi kini mulai lelah, sahabatnya Mini semakin diam, kurus, terlihat kantung mata hitam di bawah mata bulatnya, akhir akhir ini dia suka terlambat datang ke sekolah, Mini selalu menyendiri dan menyembur siapapun yang mendekatinya termasuk Seva.
Sedang Uri yang ikut frustasi dengan hubungan three angels sungguh berubah 360 derajat. Ia punya temen baru namanya Mey. Anak dengan dandanan yang menurut Seva aneh. Rambut selalu berantakan tiap ke sekolah, gelang ala anak punk di tangan kanan kirinya. Dan 3 tindik di kupingnya. ”ih gak niat sekolah kali itu orang” pikir Seva. Mey siswa kelas 8H, kelas paling kotor, paling pojok dan paling mengerikan. Katanya sih angker. Karena temen temen se-pergaulan Uri gak jelas bebet bobotnya, kini Uri ikutan kaya anak gak jelas. Uri jadi berani mengecat rambutnya yang lurus sebahu. Bolos sekolah, dan ikutan pakai tindik di hidungnya yang mancung. Dan bukan hanya itu, baru hari ke-13 Uri dekat dengan gank si Mey anak berandal, kini ia mulai berani memakai rok mini ke sekolah. Wow!! Tentu itu salah satu faktor yang membuat Uri dan gank gak jelas mey sering keluar masuk ruang BP. Dan kini kabarnya, Uri sedang menjalin hubungan dengan cowo kelas 9G yang juga sering bermasalah di sekolah. Rega namanya. Tentu ini semua ada sangkut pautnya dengan Mey anak bertindik hampir di seluruh tubuhnya.
Seva hampir gila, apa salahnya? Kedua sahabatnya begitu berubah dan hampir membuatnya tak konsen belajar. Apakah masalahnya sebesar hulk di film film barat yang biasa ditonton adsyah? Seva yang tak berbakat menjadi detektif penyelidik tentu tak bisa mengungkap tepat apa yang sedang terjadi. Kini dia mulai sakit sakitan. Baru baru ini ia harus menginap 5 hari di rumah sakit tempat ayahnya bekerja karena tifus.
Dan hebohnya lagi, disaat hubungan three angels ini benar-benar berantakan. Dan disaat kondisi Seva memburuk karena penyakitnya yang tak kunjung pulih dan keadaan Mini yang down karena merasa cintanya bertepuk sebelah tangan, datanglah seorang anak baru dikelas ketiga cewe manis bersahabat ini. (eh maksut gue dulu sahabatan. Kalo sekarang? Gue gak jamin haha *ngakak seru)
Hazel namanya. Ya, krisna Hazel algretto. Hazel ini yang katanya sukses menarik perhatian Mini dan Seva yang belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Apakah hazel akan menggantikan kedudukan Adsyah di hati mini? Bagaimana hubungan three angles setelah hazel masuk ke kehidupan mereka dan sukses menarik perhatian Mini dan Seva yang telah lama menjalin persahabatan? Siapa yang akan dipilih Hazel? Mini yang manis atau Seva yang imut? Atau malah bukan keduanya? Bagaimana dengan Uri yang hidupnya semakin berantakan? *Ups ketinggalan, kabarnya kakak Uri kecelakaan dan mengalami patah tulang saat harus menjemput mamanya ke bandara. Dan parahnya lagi, orang tua Uri saling menyalahkan atas kecelakaan Daksa kakak Uri* wow, ngenes amat ya ceritanya? Penulisnya yang bener aja haha :D ceritanya pasti bakal seru. Nantikan kisah three angles selanjutnya! Dijamin seru!!^^

Salam hangat penulis
*Ziiza

Jumat, 27 April 2012

Three Angels part III (Believe! God has plans ^^)

maaf udah buat readers nunggu beberapa hari *kesela UN sih hehe* menurut aku part3 paling abis-abisan bikinnya. soalnya gamau kecewain readers tercinta kalo sampe penutupnya unexpect :( maaf kalo jelek ya? mungkin kemampuan saya saat ini sampai disini dulu :) tapi saya janji bakal terus nulis buat unggah pengetahuan saya tentang dunia tulis menulis :) happy read :*


“Saudara daksa harus segera diporasi” kata seorang lelaki paruh baya di depan meja dengan sebuah stetoskop terkalung rapi di lehernya.
“apa kondisinya semakin memburuk dok?” jawab lelaki yang berada diruangan sama dengan si dokter.
“penanganan medis harus segera dilakukan pak! Apa bapak membiarkan anak bapak diam tidak bergerak dan terus merasakan kesakitan akibat tulang selangkanya yang remuk? Gagar otak yang dideritanya tidak begitu parah sehingga keadaan kepalanya sudah mebaik, hanya tulangnya yang harus segera ditangani” dokter mempertegas omongannya
“Pa! Mau gak mau daksa harus segera dioprasi. Daksa anak kita! Mama gak akan maafin papa kalo daksa kenapa-kenapa! Lakukan penanganan medis yang terbaik segera untuk anak saya Dok! Permisi” seorang wanita dengan make up lengkap keluar dari ruangan yang bertuliskan “ruang dokter” di pintunya.
***

“ayah model apa kau ini? Tidak tegas sama sekali. Daksa harus segera dioprasi!” seorang wanita turun dari mobil dengan mulut yang tak henti mengomel.
“kok papa terus disalahin? Semua gara-gara mama. Pulang dari bandara haruskah anak yang menjemput? Ibu model apa itu? Sudah tau waktu itu daksa baru pulang sekolah. Kenapa mama memaksanya untuk menjemput nona besar sepertimu?” Pak Deni mengikuti langkah istrinya masuk kedalam rumah dengan tulisan “RUMAH INI TELAH DISITA” dipintunya.
“waktu itu mama sudah telpon papa, tapi papa malah sibuk! Jangan jangan papa sedang kencan dengan sekertaris papa itu lagi?” kini mereka berdua berada di ruangan yang sama. Mewah, guci antik dipajang dimana-mana, hampir setiap mata yang jatuh dipojok ruangan, disitu pula ditemukan guci dengan ukuran super besar yang tentunya berharga tak murah.
“jangan bawa orang ketiga. Selama ini mama memang tak pernah percaya dengan papa!” Pak Deni menjatuhkan tubuhnya tepat diatas sofa besar berwarna cream yang menambah aksen dinamis di ruang tamu rumah Uri.
“kalau papa tak terlibat dalam acara penggelapan uang kantor, pasti daksa sudah berkumpul bersama kita diruang ini!”
“sudah papa bilang berkali kali, papa tak tahu menahu soal itu ma!” suara keduanya meninggi
“mama malu dengan teman kantor dan teman arisan mama, mereka semua men judge mama sebagai istri koruptor dan ini semua gara-gara papa!”
“sudah kubilang! Aku tidak korupsi!” telapak tangan sedang melayang di udara bersiap mengenai pipi wanita cantik di depannya. *Ya, walau sudah berkepala empat, wajah mama uri tetap cantik* Namun tamparannya tertahan.
“Apa, ha? Mau tampar mama? Oh jadi sekarang papa sudah berani main kasar? Oke! Ini tampar mama!” Bu Diah mendekakatkan wajahnya ke tangan Pak Deni yang masih kaku tak bergerak di udara.
“asssh!” Pak deni kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama.
“pokoknya kalau sampe papa terbukti korupsi uang perusahaan. Mama minta cerai!” Brak!! terdengar suara pintu di tutup keras-keras diujung ruangan.
“oke! Lebih baik kita cerai! Tak usah menunggu sampai aku terbukti menggelapkan uang.” Pak deni keluar rumah dan beberapa menit kemudian diikuti suara mobil yang digas penuh emosi. Diluar sepengetahuan mereka, Uri sedang mengintip dari lantai atas, tak kuasa menahan air mata dan luapan emosinya. “bahkan mereka tak sadar masih ada aku disini” suaranya lemah bergetar.
***

                Hazel berdiri di depan pintu kelas X-2, matanya mencari sang pujaan hati yang berhasil dikecupnya semalam. Namun pandangannya terhalang oleh manda yang kini berdiri penuh keganjenan di depannya. “hei pangeranku yang paling tampan. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” seperti biasa tangan manda langsung bergelayot manja di lengan hazel. “sorry Man, gue buru-buru” hazel bersabar. Yah! Dihari pertama jadiannya, hazel tak ingin mempunyai impress jelek di mata Mini. Mini duduk dibangkunya seperti biasa. Yang tadinya menggelora penuh cinta menunggu pangeran bermobil jazznya, Hazel *?* kini meluap emosinya. “sabar mini sabar. Resiko punya pacar cakep, huh!” suara dari dalam hatinya mencoba menyabarkan diri. Beberapa detik kemudian hazel sudah duduk manis disebelah mini. “sorry ya gue telat” hazel mendekatkan mulutnya dan berbisik ke telinga Mini. “yes oke, gue tau kok loe gak bisa tidur setelah kejadian kemaren kan? haha” mini menggoda diikuti tawa manisnya, kini mulutnya yang mendekat ke telinga hazel.  “eittss! Lu ngapain bisik bisik ditelinga cowok gue? Sono minggir putri abu. Lu gak pantes duduk disebelah pangeran hazel milik manda seorang.” Mini hampir akan meluapkan emosinya yang menggunung, tapi hazel menarik tangganya lembut berniat mencegah semua memanas. Untungnya mini berhasil kendalikan emosinya. Hazel dan mini tetap asik berbisik ria yang malah tawa mereka semakin menjadi. Entah sengaja atau? “awww!” teriak mini sakit sekaligus kaget. Manda berani menjambak rambut mini yang tadinya terkuncir rapi. Hazel berdiri, merengkuh mini ke pelukannya dan segera menariknya ke depan kelas. “sekarang Mini milik gue, dia cewek gue dan gak seorangpun boleh pegang dia. Sekalipun itu loe Manda!” tangan kirinya tetap memeluk mini dan telunjuk kanannya tepat menunjuk manda. “gak peduli cewek atau cowok gue bakal bikin perhitungan sama kalian yang bikin Mini gue terluka! Dan sekarang kalian bisa bilang ke seluruh dunia bahwa mini cuma punya gue!” hazel memeluk mini erat seakan tak mau kehilangan putri manisnya itu, mini speechless *tentu* jantungnya, sarafnya, perutnya, otaknya semua sekaan dimatikan oleh ke charmingan (?)  Hazel yang kini hanya miliknya seorang. “wow!! So sweet!!” teriak cewek cewek penggemar hazel yang ternyata sudah berdiri di depan pintu beberapa detik yang lalu, hanya satu tujuan mata mereka, ya Hazel dan mini yang kini berpelukan mesra di dalam kelas X-2. “You’re Su*k” Brakk, manda menggebrak bangku sebelum akhirnya lari menerobos gerombolan cewek di depan pintu yang masih terbius oleh ketampanan hazel.
***

                Hazel menggandeng tangan Mini erat, yah kini mereka jalan ke parkiran sekolah. “Eciiiee, yang lagi berbunga-bunga ni yee” sudah ada seva yang mensejajari langkah mereka dan segera menyenggol mini manja. “eh seva, mau bareng pulang gak? Sekalian gitu kan searah” tawar mini. “eh ngga usah, gue bareng si adsyah aja. Udah kalian duluan gih” mereka berhenti di depan honda jazz merah. Milik siapa lagi? Hazel tentunya. “ok kalo gitu kita duluan yaah?” tangan hazel melambai di kaca mobil yang ¾ membuka diikuti mobil yang sedikit demi sedikit bergerak menjauhi Seva.
Sedetik kemudian *ciiit* pajero putih mengerim tepat di depan mata seva. “eh Kak Zillan” Seva sok kaget. “mulai sekarang, aku yang berkewajiban anterin kamu pulang. Ayo naik” kaca mobil terbuka dan beberapa detik kemudian keluar suara charming dari dalem mobil. Dalam hitungan detik seva sudah rapi dengan sabuk pengaman melingkar di badannya. Mobil mereka melaju. “kak? Langsung pulang aja ya?” seva membuka suara setelah pajero sport putih telah beberapa ratus meter menjauh dari SMA tempat seva sekolah. “bener ni langsung pulang? Engga nyesel gamau lewatin hari kedua kita ketemu gak bareng sama kak Zillan?” tanya kak zilan menggoda. “uhmm...”  seva hanya memainkan gantungan kunci berbentuk hati kado dari kak veve 5 bulan lalu. “gimana kalo kita ke mall dulu. Kak zillan udah lama gak menapakkan kaki di mall jakarta, kamu mau kan temenin kak zillan?” “uhmmm” seva hanya ber “ehem” ria (?) “oke ehem, artinya iya! Kalo gitu kita cabut ke mall” zillan tancap gas, dan seva hanya tersenyum malu malu disebelahnya.

                Mobil ziilan begitu cepat melaju, kini mereka berdua telah berada di salah satu butik gaun pesta di dalam mall tersebut.
“kak zillan mau ngapain ke sini?” tanya seva penasaran setelah hanya mengatupkan bibirnya.
“mau cariin kamu gaun”
“ha? Ngapain? Ga usah kak, buat apa?” Seva menarik tangan zillan keluar dari toko yang dikelilingi kaca tersebut.
“Nanti malem mama aku ulang tahun, kita adain makan malem kecil kecilan dirumah aku nanti, sekaligus hazel mau kenalin mini ke mama aku. Kamu mau aku dateng kan? Atau kamu juga mau aku kenalin ke mama aku sebagai pacar aku?” kak hazel kembali menarik tangan seva memasuki butik gaun yang tentunya dipenuhi gaun charming disana sini.
“ihh, kak zillan bercanda ih, ulang tahun? Jadi kak zillan beliin aku gaun gitu?” Seva hanya menurut saat Zillan menggandeng tangannya erat memasuki butik
“ iya manis, kamu mau pake gaun warna apa?” zillan menjentikkan jarinya dan datang beberapa pelayan butik membawakan gaun untuk Seva. Seva hanya berdiri kaku.

***

Seva melihat tubuhnya elok di depan kaca super besar dikamarnya. Gaun putih elegan yang tadi dibelikan zillan khusus untuk Seva telah dikenakannya. Gaun selutut dengan manik manik permata menghias dan memberi kesan megan di bagian depan. Rambutnya dibiarkan terurai dengan hiasan bunga kecil warna putih. Tidak hanya itu, rambut khas seva yang biasanya hitam lurus sepinggang masih bau salon *haha* rambutnya tidak lurus lagi, melainkan membentuk mie keriting di bagian bawah. Diarahkannya kedepan, beberapa accecoris seperti kalung, gelang dan sepatu hak tinggi tidak lupa semua telah rapi dipakainya dan deng deng seva berubah menjadi cinderella masa kini.  Suara klakson mobil berbunyi dibawah, “itu pasti kak zillan” pekik seva. Segera seva mengambil tas pegangnya di kasur dan kado untuk mama kak zillan yang sudah terbungkus rapi dengan kertas kado warna perak. Ternyata Adsyah dan mamanya sudah menunggu di depan pintu bersama Zillan yang terlihat sangat sangat maco. Beberapa detik kemudian seva sudah berada di samping zillan yang fokus membawa mobil menuju ke rumahnya.
***

Pesta telah usai, makan malam special bagi hazel dan mini juga berjalan tanpa halangan. Semua senang tentunya *kecuali uri* seva bersiap untuk pulang namun tak dilihatnya kak zillan dimana-mana
“Seva” panggil mama kak zillan
“eh iya tante?” seva mendekat ke mama kak zillan yang cantik dengan gaun merah berselendang bersama ayah kak zillan di sebelahnya.
“sudah mau pulang ya?” tanya mama kak zillan lagi
“iya tante, sudah malam. Kan besok Seva sekolah” seva mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mama papa seorang cowo yang berhasil membuatnya mencar hari ini.
“eh mau kemana kamu? Kamu sudah berdandan cantik hari ini jadi jangan langsung pulang ya? Zillan sedang menunggumu di taman belakang. Cepat temui dia” kata pak Richi ramah. Seva bergegas menemui kak zillan di taman belakang rumah. Lilin lilin putih yang menyala menerangi taman yang remang remang. Seva melihat seperti sosok kak zillan duduk di salah satu bangku taman dengan benda di tangannya. “apa itu?” tanya seva. Oh gitar kesayangan zillan ternyata. Zillan mulai menggenjreng gitar di tangannya saat seva mendekat. Jreng jreng...
“beautiful girl where ever you are, i know when i saw u, u had open the door,u said hello and i turn to go, u make me love again after along long while i’d love again” #Beautiful girl-jose mari chan. Zillan bernyanyi dengan iringan gitar di tanganya. Seva tak berkutik tetap berdiri di depan kak zillan dengan matanya yang sejak tadi tetap tak berkedip. Zillan menyelesaikan lagunya, menaruh gitarnya dan kemudian menggandeng seva ke tengah tengah taman rumahnya yang super luas. Ia keluarkan satu mercon panjang dan menyuruh seva memegangnya.
“kembang api? Seva udah lama gak main ini” seva tersenyum mengenggam kembang api dan diarahkannya keatas.
“sudah siap?” tanya zillan. “hum” seva menganggukkan tangannya dan segera melihat ke angkasa. Tak ia duga bahwa zillan memeluknya dari belakang, tangan kanan zillan memegang tangan seva yang menggenggam kembang api sedang tangan kirinya bersiap menyalakan kembang api. Mereka berdua mengadah ke langit dan jedar jedarr... satu demi satu percikan kembang api melambung indah di angkasa. Semakin lama, percikannya semakin pelan keluar. “ah mungkin sudah mau habis” pikir seva. Namun... JEDAAAR!! Suinnggg... satu lagi percikan kembang api yang benar benar melambung tinggi, Jedaaar!!! Wow! Tulisan “ I LOVE YOU” kini mengembang di angkasa.  ini percikan yang paling beda dari yang lain. Seva tak berkutik “apa kak zillan nembak aku malem ini? Wow ini kembang api pasti dibawa jauh dari jerman. Di indonesia mana ada kembang kaya begini? haha” ia termakan oleh pikirannya. Namun dengan segera zillan menggenggam tangan seva “bolehkah aku jadi temen sekaligus pacar yang baik buat kamu seva?” suara kak zillan memecah suasana. Seva masih diam tak tau apa yang harus ia lakukan. Menghilang dari bumi begitu saja, ingin terbang seperti buih atau mengubur diri dalam tanah? “terima, terima, terima” teriak orang orang yang sepertinya seva mengenal suaranya. Adsyah, veve, hazel dan mini berdiri di depan pintu dengan senyum. “ayo seva! Bilang iya sebelum zillan berubah pikiran! Asal kau tau zillan sedikit plin plan haha” teriak Hazel dari kejauhan. Seva hanya dia sebelum kemudian kata “IYA” keluar pelan dari mulutnya. Zillan memeluknya dan mengecup keningnya di bawah cahaya bulan di malam special ini. Yap Seva dan kak zillan resmi jadian!! Yeay! Gak jomblo lagi dong? *tinggal pengarangnya yang jomblo haha*
Seva turun dari mobil kak Zillan, kak adsyah pulang duluan karena harus mengantar veve pulang. Seva bergegas masuk kerumah setelah dilihatnya mobil kak zillan bergerak menjauh. Tapi ada mobil? Mobil siapa? Seva masuk dan dilihatnya excell diruang tamu sedang ngobrol dengan adsyah dan mamanya. “Uri di kamar kamu Seva” kata kak zillan. “kenapa Uri?” tak ia pedulikan excel, adsyah atau siapapun ia segera menanggalkan high hellsnya dan berlari ke lantai atas. Dilihatnya uri terbaring lemah di kasur ungunya. Seva mendekat, “Uri?” suaranya pelan, seva khawatir. Ia takut kehilangan sosok Uri sahabatnya. “Uri mabuk?” seva marah dan kembali berlari ke ruang tamu. “siapa yang bikin uri gini? Uri anti alkohol dan sekarang dia teler? Loe cel?” seva mendorong excel kebelakang. “seva loe sabar dong! Excel tadi lagi manggung di cave, pas dia pulang dia lihat Uri udah dalam keadaan gak sadar di cave yang sama.” Jelas adsyah dan segera memeluk seva untuk menenangnya adiknya yang kini gemetaran. “gue bawa uri kesini karena gue gak tau rumahnya, yang gue tau loe sahabat dia, jadi gue bawa kesini” excel menjelaskan, baju excel kotor sepertinya uri sempat mengeluarkan isi perutnya saat tadi excel menolongnya. “oke kalo gitu gue pamit” excel pamit dan adsyah mengantarnya kedepan.
***

Rumah uri kembali memanas karena pertengkaran mama dan papanya kembali terulang. Suasana dirumah uri semakin mencekam, banyak barang-barang yang pecah *serem ya?* Uri tak kuat menahan semuanya, ia berlari keluar rumah tak peduli apakah ada barang melayang yang akhirnya harus mengenai kepalanya. Ia tak kuat jika harus mendengar pertengkaran mama dan papanya. Uri mau kemana? Ke rumah sakit kak daksa mungkin tempat yang bisa bikin uri lebih baik.”Tak perlu supir, taksi lebih baik” pikirnya. Sampai dikamar kak daksa, dilihatnya kak daksa yang masih pucat dan terbaring lemah diranjang. Hiks hiks... uri berlari mendekat ranjang kak daksa dan menggengam tangan kakaknya. Ia tumpah air mata yang tak bisa tumpahkan dirumahnya yang kini hanya seperti neraka di mata uri. “Adek?” kak daksa bangun. “kakak? Kak daksa gimana keadaannya?” uri menghapus air matanya. “kenapa kamu nangis? Mana uri kecilku yang kuat?” kak daksa menguatkan uri. Hiks hiks.. uri memeluk kak daksa erat, tangisnya kembali menjadi. Daksa biarkan Uri memeluknya erat Uri sepertinya memang butuh pelukan kakaknya setelah selama ini tidak bisa dirasakan Uri selama daksa di rumah sakit. “mama papa bertengkar terus kak” suara uri pelan, daksa tak menjawab apa-apa. Air matanya menetes. Daksa terlalu lemah untuk memeluk uri, bahkan hanya untuk mengatakan sesuatu.
Suara pintu kamar rumah sakit daksa dibuka. Ada seva, Mini dan Hazel berdiri sayu di depan pintu. Mini berlari memeluk uri karena mini tau uri membutuhkan kembali sosok sahabat yang dulu sangat disayangnya. “mini?” suara uri dalam tangisnya. Mereka berpelukan erat, seva mendekat dan beberapa detik kemudian memeluk kedua sahabatnya yang tenggelam dalam haru. “kita udah baikan uri, jadi kamu harus balik kaya uri yang dulu juga ya?” seva membuka suara. “iya uri, kita juga udah cari penggalangan dana untuk membantu operasi kak daksa agar kak daksa bisa sembuh secepatnya.” Kata mini seraya melepaskan pelukannya. “apa?” uri kaget. “iya uriku sayang tidak banyak, kami hanya berhasil mendapatkan setengah dari seluruh dana yang dibutuhkan. Itupun sudah ditambah dengan uang simpanan kami” suara seva pelan. “aku sungguh merepotkan kalian, maafkan aku” suara uri bergetar, mereka bertiga kembali berpelukan.
“Daksa sudah bisa dioprasi Seva” suara kak zillan memecah suasana. Berdiri kak veve, kak excel disampingnya *kenapa kak excel ikut? Cengoo semua bingung -__-  dan seorang laki laki yang tak seva kenal. “maksut kakak?” tanya seva innocence, suasana hening. “ini pak Desta, dia orang yang menabrak daksa waktu itu. Orang ini berjanji akan melunasi seluruh biaya yang dibutuhkan dalam operasi kak daksa.” Jelas adsyah “ha? Sungguh?” tanya uri dan mini berbarengan, sedang seva hanya diam *saking kagetnya* “Iya semuanya, maaf. Yang kemarin menabrak saudara daksa adalah supir saya. Saya tidak tahu apa-apa setelah polisi datang kerumah saya dan menjelaskan semuanya. Saya berjanji saya akan bertanggung jawab. Bahkan sekarang juga daksa bisa dioprasi jika kondisinya memungkinkan.” Jelas pak Desta panjang lebar, ternyata sungguh baik bapak bapak ini. *haha (?)* “siapa yang lapor ke polisi?” tanya uri penasaran. “Gue Uri” jawab Excel pelan. “waktu itu gue lagi ada acara band di tempat kakak loe kecelakaan, gue gak tau bahwa itu daksa awalnya. Tapi ternyata mobil pak desta malah kabur akhirnya spontan gue potret plat nomor mobil pak desta sama HP gue dan ternyata berhasil. Tadi gue cerita ke adsyah tentang kecelakaan seminggu lalu karena gue merasa gue punya tanggung jawab di masalah ini. Akhirnya kita ke kantor polisi, syukurlah pak desta mau bertangungg jawab. Iya kan? Terang excel panjang lebar sebelum uri  dan yang lainnya bertanya semakin banyak lagi. Pak desta segera mengurus administrasi dan beberapa menit kemudian adsyah, veve, pak Desta, Excel  seva dan kedua sahabatnya sudah berada didepan ruang operasi.
***

Orang tua uri masih bertengkar, oh gosh rumahnya benar benar seperti kapal pecah. Guci guci antiknya pecah dan beling dimana mana. *siapa yang mau bersihin?* tok tok tok... suara pintu diketuk diluar sana. Polisi? Mama uri panik, ia semakin yakin bahwa suaminya pasti ikut campur dalam penggelapan dana perusahaan. *tunggu dulu buk! Polisinya mau jelasin sesuatu nih*
“benar ini kediaman bapak deni?” tanya dua polisi berseragam lengkap, tetap menyeramkan seperti polisi dimana mana *menurut gue semua polisi itu serem :p*
“iya benar” jawab pak deni dengan mata sayu, mungkin lelah setelah berperang dengan istrinya.
“bapak tidak terbukti bersalah, kami sudah mendapatkan beberapa bukti dan kami sudah tau pelakunya. Bapak hanya diminta untuk datang ke pengadilan sebagai saksi besok siang sekaligus mengurus kembalinya rumah anda yang untuk sementara di sita”
“jadi suami saya tidak bersalah?” mama uri berjalan gontai menuju pintu utama rumah mewah tersebut.
“iya, suami ibu tidak bersalah. Kalau begitu kami permisi” mama uri memeluk pak Deni “maafin mama ya Pa?” air matanya mengalir tanda ia sangat merasa bersalah, bagaimanapun mereka saling mencintai. “iya ma, maafin papa juga ya?” setelah selesai peluk-pelukannya *dorr! Mobil mereka melaju ke rumah sakit untuk melihat keadaan daksa.
***

Keadaan daksa semakin hari semakin baik, bahkan lusa daksa sudah diperbolehkan masuk sekolah. keluarga uri kembali seperti semula dong tentunya. *gimana gucinya yang pecah?* keluarga uri gak jadi jatuh miskin karena ayahnya difitnah terlibat korupsi atau apalah itu, jadi masih bisa beli guci antik lagi *haha xD
drrrddttt drtttddttt hape Uri bergetar, “siapa jam 10 malem telpon? Gue udah mau tidur!” desah uri kesal, namun matanya langsung melek ketika dilihat nama “EXCEL” terpampang di layar hapenya. “Excel nelpon? Ngapain?” uri mencoba menata detak jantungnya yang semakin lama semakin berlari.
“Halo?” suara orang disebrang ramah.
“hallo? Kenapa kak excel malem-malem nelpon?” uri menyisir rambutnya dan bersiap tidur
“oh udah mau tidur ya? Padahal gue mau ajak loe sepedaan, hehe”
“sepedaan malem-malem gini?” pekik uri *sebenernya hatinya girang, barang kali dia juga bisa PDKT sama excel mengingat kedua sahabatnya yang udah pada punya gandengan*
“oh gamau ya? Yah, padahal gue udah ada didepan rumah loe.” Jawab excel memelas. Uri spechless “oke loe harus turun dalam hitungan kesepuluh! Satu...” uri menutup telpon “what? Gila ini orang” ocehnya dalam hati. Segera dia ambil sweeter dan ia kenakan sambil lari menuruni tangga rumahnya. Di hitungan ke 15 uri baru berada di hadapan excel. “Kak excel mau bunuh uri ya?” uri masih belom bisa menata napasnya, namun segera excel menarik uri duduk di belakang setir sepeda gunungnya. “udah loe gak usah banyak tanya dari pada tar loe gue cium, haha” excel mengayuh sepedahnya. Jantung uri berdebar begitu cepat saking cepatnya sampai ia seakan naik pesawat haha. *ngok? Di jalanan komplek yang sepi excel mengayuh sepedanya semakin cepat sampai uri benar benar berasa naik pesawat dan pas di jalan turun *apaan jalan turun? Pokoknya jalannya menurun gitu, bukan menanjak! :p (?) sepeda excel melaju menembus angin, dan berhenti mendadak. “Gue suka sama loe Uri” bisik excel ketelinga uri. Uri kaget, jantungnya seakan fitnes begitu cepat berdetak. Tubuhnya kaku seperti es, ia masih duduk dibelakang setir sepeda excel dan excel dibelakangnya. Sedikit saja uri menoleh kebelakang mungkin keningnya sudah bertemu dengan mulut excel. “loe mau jadi cewek gue?” tanya excel lagi, sedetik kemudian uri mencium pipi kiri excel dan berlari. *hanya itu yang bisa dia lakukan buat nutupin wajahnya yang merah kaya sate kelinci saking malunya* “kejar gue kalo bisa!!haha” excel menaruh sepedanya dan berlari membuntuti uri, cewek yang sebenarnya sudah lama membuatnya jatuh bangun. Tak lama uri sudah berada di pelukan excel *sengaja larinya pelan biar kekejar haha* “jadi sekarang kita pacaran?” tanya excel lagi, Uri mengangguk malu malu kucing. “kalo kita pacaran beneran nyiumnya bukan di pipi, tapi di” excel tak meneruskan ucapannya, tangannya memegang wajah uri lembut. Dan Uri membiarkan bibir mungilnya bersentuhan dengan bibir Excel. “aku menyukaimu excel” ucapnya dalam hati. ini semua membuat mereka percaya bahwa allah punya rencana :")

the end ^^banyak banget ya? iya sih ini cerpanget gitu CERITA PANJANG BANGET XD thx for readers :) kalo bisa leave coment yaah? makasih xD with love ziiza^^

Three Angels part II (love never ends)

                Ini dia part duanya keluar J buat tata @Utita Nurrosyada Hilmi cepet sembuh ya sayaang? :* jangan sakit L oke guys check this out :D

 “Nama gue Krisna Hazel Algretto, kalian boleh panggil gue hazel. Gue pindahan dari jerman. Thanks”  “wow! Cakep amat,” “Gila itu badan ala petinju aje” “wew cool abis! itu orang apa malaikat sih?” suara riuh cewek cewek mulai terdengar dari pojok pojok kelas X-2. “Bangku disebelah gue nganggur nih” terdengar suara melengking khas manda dari pojok ruangan. Semua heboh terkecuali Uri dan Mini. Uri hanya tenggelam dalam lamunannya, dan Mini memandang luar kelas dengan pandangan fokus tak berujung.
“Hazel silakan duduk dibangku kosong yang ada untuk sementara. Boleh duduk disebelah mini. karena Seva masih sakit, nanti biar ibu carikan bangku kosong yang lain” Perintah Bu. Emma guru bahasa Indonesia mereka yang baru 3 bulan lalu menikah.
Cowo berpostur tinggi hmm, cukup atletis *tapi tak sebagus tubuh adsyah*dengan wajah cukup meyakinkan kini menuju ke bangku kosong disebelah bangku mini.
“Hei, gue hazel” sapa hazel dingin
“gue tau” jawab Mini lebih dingin
“Jutek amat”
“Bodo!” sahut mini ketus.
 Tok tok tok..  Berdiri seorang cowo dengan adik perempuannya dengan wajah pucat.
“permisi Bu, saya mau antar Seva, maaf terlambat dia baru kemaren malem keluar Rumah Sakit” jelas Adsyah.
“Apaan sih? Gue gak papa. Udah sono balik ke kelas loe! Dasar bekicot sok care :p” Seva mengambil ranselnya yang tadi di pegang adsyah.
“Loe tu sakit semprul, sok sehat banget sih. Gamau dibantu yaudah”
“Hum hum.. silakan masuk Seva” Suara bu Emma memecah suasana panas mereka.
“Saya duluan bu, heh baik-baik lu sleketep!” Adsyah berlalu ke kelasnya, setelah berhasil bikin adiknya diketawain makhluk sekelas dengan panggilan “sleketep”nya itu. Sedang Seva melangkah gontai masuk ke dalam kelas.
“loh? Ini kan bangku gue?” matanya menatap hazel lekat-lekat. Ia merasa ada yang ganjal dalam dirinya, saat hazelpun memberikan tatapan lurus yang sama ke matanya.
“oh, ini bangku loe? Yaudah biar gue duduk dibelakang” hazel mengambil tasnya dan berdiri.
“gak usah, biar gua yang ke belakang, loe anak baru kan?” Seva melangkah menuju bangku paling belakang yang baru saja dibawa masuk kelas oleh petugas sekolah. Kini gilran mini yang menatap tajam mata seva dengan pandangan sayu.
~^^~

 Seva menjatuhkan tubuhnya empuk tepat diatas kasur berseprei spongebob. Di kamar Adsyah. “apa bener kata orang? persahabatan 3 cewek itu gak bakal bisa bertahan lama. Terus apa arti kata Three Angels yang kita bertiga bikin buat satuin hubungan kita? Tiga malaikat yang akan selalu jadi satu.” Seva tenggelam dalam lamunannya.
 “woy! Ngelamun teruss!! ngapain loe anak kecil kesini? This’s forbidden room you know!”
 “Weleeh weleh, mbah dukun kentir! Kamar ginian, semua kuning dibilang Forbidden room. Kaya kamar orang baru kawin kemaren sore haha” Seva ngakak, kena lagi adsyah ke perangkapnya.
“Udah deh, loe mau apa? Pasti ada maunya kan? Jangan bilang loe mau cerita tentang anak baru bernama bule berotak tempe itu? Loe suka sama dia? Haha” hanya satu tujuannya, “Hazel” sebuah bantal bergambar spongebob melayang empuk di wajah Adsyah.
“Mbahmu suka!” semprot Seva
“tapi tadi gue lihat loe deketan mulu sama hazel pas istirahat, mesra amat?”
“gundulmu mesra! heh kadal jelek jarang mandi, gue cuma ngobrol tadi, udah deh gua mau cerita tentang uri” wajah Adsyah berubah serius dan seva bangun dari perbaringannya.
“Gak mungkin cuma karena hubungan three angels yang gak harmonis, Uri bisa berubah sampe segitunya. Loe tau tadi dia dipanggil BP lagi?” perbincangan mereka kali ini berlanjut serius. Tak biasanya adsyah seserius ini. Dia menceritakan gosip panas disekolah yang hangat-hangatnya jadi perbincangan.
Kakak uri yang juga teman ngegame Adsyah di facebook kecelakaan. Dia menjadi korban tabrak lari beberapa hari lalu, saat hendak menjemput mamanya di bandara. Orang tua uri saling menyalahkan atas kecelakaan ini. Daksa harus dioprasi segera karena sampai sekarang dia belum sadarkan diri. Parahnya lagi kondisi keuangan keluarga uri yang semakin kritis karena ayahnya tertuduh menggelapkan sejumlah uang perusahaan.
“ayo ikut gue ke rumah sakit tempat kak daksa dirawat sekarang” Seva menarik lengan kakanya, adsyah menurut. raut kecemasan terlihat jelas di wajahnya.
~^^~

Tersebar selebaran berisi pengumpulan dana sumbangan untuk siswa SMA yang menjadi korban tabrak lari. Ia harus secepatnya dioprasi dan tak lain kak Daksa. Tertempel beberapa advertisement mengenai hal yang sama. Tak lain Seva yang melakukannya. Ia mengumpulkan beberapa dana dari teman-teman sesekolahnya untuk membantu dana operasi kak daksa. Ia yakin dana yang ia kumpulkan nanti tak akan akan dengan mudah mencukupi segala biaya yang dibutuhkan untuk kesembuhan daksa. Namun hanya ini yang dapat ia lakukan untuk membantu kakak sahabatnya itu.
“Nah, ini dia selembaran terakhir yang harus gue pasang di tempat strategis. Dimana lagi ya? Kamar mandi udah, kantin udah, madding udah, lapangan udah, semua udah. Terus ini tinggal satu ditempel dimana?” matanya mencari satu tempat lagi untuk menempalkan satu selebaran ini.
“Perpustakaan” Cowo berpostur tinggi  agak kerempeng, berkulit putih, bermodel rambut rapi dengan gel berdiri dibelakanganya. Dua tangannya masuk kedalam saku celana dan kini ia berjalan sejajar dengan Seva.
“loe? Ngapain disini? Tanya seva sambil mempercepat langkahnya.
“Butuh bantuan? Anggep aja ini tanda trimakasih sekaligus permintaan maaf gue karena bangku loe tadi gue ambil” lagi lagi cowo ini berhasil mensejajarkan langkahnya dengan seva.
“gak usah makasih. Lagian gue jarang duduk belakang. Maaf gue sibuk.” Ia berlari menuju perpustakaan disebelah kamar mandi cewek. Namun Hazel berhasil merengkuh tangannya. Tentu saja tenaga seva tak sebanding dengan tenaga hazel. Badannya tertarik kebelakang dan hampir ia terjatuh dalam rengkuhan hazel. Mata Hazel menatap tajam mata cewe manis  didepannya, begitu pula dengan seva. Jantungnya berdegup tak karuan. Baru kali ini seva mengalami hal senaif itu. “oh god apa wajah gue sekarang berminyak?” pikir seva dalam hati.
“maaf, gua cuma mau bantuin loe. Lagian itung-itung ini usaha amal gue juga kali” hazel melepaskan tangan Seva yang mulai memerah
“oke, kalo loe emang mau bantuin gue sama kak adsyah, loe boleh gabung. Tar biar gue yang bilang ke kakak gue.” Jawab seva pelan. Ia berjalan menjauhi hazel karena tak ingin cowo itu mendengar suara jantungnya yang teriak minta keluar.
“biar gue yang tempel” hazel mengambil selebaran di tangan Seva. Seva hanya mematung. Ia mencoba menata detak jantungnya.
“gimana kalo pulang sekolah kita kerumah gue?” Tanya hazel sambil tengah menempel selebaran di tembok depan perpustakaan.
“hah? Ngapain?” lagi lagi jantungnya berusaha melompat.
“kita bisa cari dana sumbangan lewat dunia maya kan? Mungkin kita taruh di facebook, twitter, blog atau sarana sosial lainnya. Dengan gitu malah orang diluar sana yang simpati dengan keadaan anak SMA ini, bisa ikut ngasih dana. Iya gak sih?” hazel menoleh kearah Seva yang berdiri dibelakangnya dan dilihatnya Seva hanya mematung menatapnya lekat.
“hum.. ide bagus, oke deh. Kita juga bisa tempel foto kak daksa yang gue sempat ambil di rumah sakit kemaren biar orang-orang lebih percaya. Well gue boleh ajak kakak gue?” Tanya seva. “jangan dong, mana mungkin gue mau ajak si adsyah di acara kaya gini? Haha” ocehnya dalam hati.
“hum, kalo emang loe pengen, boleh aja sih. Tapi gue pengen loe orang pertama yang dateng ke rumah gue” jawab hazel penuh senyum malaikat. *kalo gue jadi seva gue bakal langsung terbang. Eittss apa’an nih? Gombal apa gombal?*
“haha gombal banget sih loe” seva memukul manja lengan hazel. Hazel sok kesakitan. Yaelah pukulan cewek ini. Keliatannya suasana mulai cair nih.
Hazel dan seva berdiri didepan rumah hazel. Setelah seva mengantongi izin dari adsyah tentunya. Eitts tunggu ini rumah hazel bukan sih? “hah? Ini kan rumaah…” seva tak melanjutkan pikirannya.
“hazel? Ini rumah loe?” Tanya seva sambil mengamati rumah bercat orange emas didepannya. Ia sepertinya mengenal rumah ini.
“bukan, *oh bukan rumah hazel ternyata* ini rumah tante gue. bokap nyokap tinggal di jerman. Tapi gue lahir di Indonesia sih, pernah tinggal di Surabaya dan gue pindah ke jerman pas gue kelas 6.” Ceritanya pada seva sambil menggandeng tangan cewek itu masuk ke dalam rumah.
“oh” jawab Seva pendek sambil terus mengamati seisi ruangan. Bahkan ia tak sadar bahwa tangannya sedang berada dalam genggaman hazel.
~^^~

Makin hari makin banyak aja cewe yang ngantri buat kenalan sama hazel. Wow? Belom pernah adakah sebelumnya cowo semenarik hazel? Tak terkecuali manda. Dia yang paling uring-uringan buat narik perhatian cowo berkulit putih ini. Bel istriahat berbunyi belum sampai semenit yang lalu, namun sekarang posisi manda tengah berdiri tepat di depan bangku hazel dan mini.
“hei dude, ke kantin yuk? Gue traktir deh” manda duduk manis di meja Mini. Gimana emosi mini gak ke ubun-ubun? Dia lagi sibuk rekap PR fisika yang belom sempat dia kerjain kemaren malem dan manda duduk tepat diatas buku PRnya.
“Heh nona ratu sejagad! Mata loe sebenernya dimana sih? Mendingan lu taruh mata loe itu di pantat deh. Dasar cewek ganjen. Dan loe hazel, mending loe pergi dari bangku gue, loe pikir bangku gue apa? Masih jam 6 pagi cewek cewek udah ngantri di bangku gue. Gue gak mau bagiin BLT tau!” semprot Mini.
“loe kalo gak suka omong aja baik baik. Bilang aja loe jealous kan?” hazel berdiri dari bangkunya. Menatap mana mini dalam dalam.
“ha? Sorry ya? Cemburu sama loe? Gua gak suka tipe cowok yang obral gombal ke semua cewe. Najis!” mini yang masih sakit hati dengan adsyah ternyata tak terpengaruh dengan ketampanan cowo yang ini.
“loe juga jangan sok. Lagian urusin tu penampilan loe, rambut kummel, muka berminyak, apa jangan-jangan seragam loe gak pernah di setrika ya? Haha” hazel berdiri di depan mini, teman-temannya membentuk lingkaran hampir sempurna mengelilingi mereka. PLAKK!!! Satu tamparan melayang ke pipi sebelah kanan hazel. Warna merah membekas di pipinya. Menimbulkan beberapa jeritan dari cewe-cewe penggemarnya.
“watch your mouth! Gua paling gak suka cowo yang sok ngomentarin penampilan gue! This is my life! Lagian liat rambut loe, gak beda sama rambut pengamen di pinggir jalan. Jabrik kaya landak tau gak!” mini melangkah menerobos gerombolan yang tadi melingkar mengelilinginya, diikuti derai tawa cewek cewek melihat memerahnya wajah hazel sekarang. Berita itu segera menyebar ke seluruh penjuru sekolah.
~^^~

Adsyah dan adiknya Seva sedang main PS diruang tengah. Yah besok week end jadi mereka bisa maen game sepuasnya.
“mas? Besok siang gue diajak hazel buat jengukin kakak uri trus pulangnya kita makan siang dulu. Boleh ya?” Seva membuka suara.
“ha? Jalan? Ngga!!”
“aah.. ayolah mas, lagian mama udah ngasih ijin. Gue gabakal pulang kesiangan deh, ya?”
“ngga! Lagian gue gasuka loe deket-deket sama bule gak jelas itu! Baru seminggu dia sekolah, dia udah dicalonin jadi ketua osis, dia udah masuk tim inti basket dan dia gabung ke grup band gue di sekolah. Rese kan? Pokonya gue gak suka”
“wahwah, jadi ada yang ngerasa punya saingan baru nih” Seva ngeledek. Adsyah mencibir. “Pokoknya besok jam 8 gue berangkat.” Seva berlari ke kamar setelah melempar satu kulit kacang ke rambut kakaknya.
Seva sudah siap untuk jalannya hari ini. Blus lengan ¾ warna putih dipadu dengan blue jean terlihat manis di tubuhnya. Rambutnya yang lurus sepinggang ia biarkan terurai dengan jepitan biru muda di sebelah kiri. Jam tangan berwarna dark blue melingkar di tangan kirinya. *apa ini yang disebut ngedate?* pikirnya dalam hati. Tapi suara klakson mobil dengan segera membuyarkan lamunannya.
Seorang cowo melambaikan tangan kearah seva. Tak lain adalah hazel. Kaos dark black ketat melingkar dibadannya, sehingga lekukan tubuhnya terlihat jelas. ia sedikit terlihat maco daripada saat ia menggunakan seragam sekolah. Wow ada yang beda dari hazel. Apa ya? Oh, rambut hazel baru loh. Kini rambutnya tak terlihat basah dengan gel. Rambutnya dry, kering, mengembang seperti roti setelah kalian tambahkan pengembang ke adonannya. Tetap “jabrik” tapi tak separah kemarin, ujung-ujungnya lebih pendek, lebih rapi tentunya. Rambut daerah atas telinga dibagian kanan kiri lebih pendek dari bagian yang lainnya. Hum? Kalian tau penampilan kibum oppa saat pertama kali teaser Suju keluar? Ya kurang lebih seperti itu. -,- (apa masih seperti landak? Yaa mungkin. Wow? Apa perubahan rambut hazel ada hubungannya dengan cekcoknya dengan mini kemarin?) “Sudah siap?” tanyanya dari dalam mobil. “Sipp” Seva berlari kecil kecil kearah mobil hazel. Dimulai dari jalan pertama mereka, hubungan hazel dan seva semakin dekat. Jalan ke mall, nonton film, beresin tugas bareng, makan siang, ke toko buku langganan Seva, sampai beli accecoris cewek barengan (jangan sampe daleman lah ya? LOL) apalagi setiap jalan hazel selalu bawa bunga, coklat atau barang-barang kecil lainnya buat Seva. *Mau :D romantis yaa?
Mungkin Seva mulai membuka hatinya untuk cowo. Apalagi cowo sebaik hazel. Namun disisi lain, keadaan mini juga ikut berubah karena kedatangan Hazel. Tepat sehari setelah pertengkaran heboh mereka di kelas, sedikit demi sedikit penampilan mini kembali seperti mini yang lama. Bahkan hari ini mini berpenampilan secerah saat ia masih merasakan cintanya yang berbunga untuk Adsyah. Rambutnya yang bergelombang hanya di bagian bawah ia biarkan terurai dengan bando orange di kepalanya. Accecoris penambah aksen ceria kembali ia kenakan, dan satu lagi, bedak? Ya sepertinya mini menggunakan bedak atau semacam pelembab pagi ini. *kok tau? Tau lah! Wajahnya gak seberminyak saat pertengkaran sengitnya dengan hazel terjadi di kelas X-2
“Abis kesambet apa lu? Tumben gak dekil lagi?” Tanya hazel sengit saat berpapasan dengan Mini di gerbang sekolah.
“udah deh, gak usah rese, lagian gue capek tengkar ama loe terus.” Jawab mini sedikit lebih ramah dari seminggu lalu saat hazel baru menginjak sekolahnya. *heihei gak ada yang tau ya? Sebenernya hati mini degdeg seru loh. Mini jatuh cinta sama hazel? Yap bener banget. Apalagi setelah hazel mengantarnya ke UKS pas mini panas kemaren lusa* gak kerasa mereka jalan beriringan ke kelas. Dan selama itu juga hati hazel hampir mutasi dari tempatnya. *aduh bingung deh, hazel sebenernya suka siapa? MINI OR SEVA? Atau hazel sebenernya BUAYA DARAT?
~^^~

Uang yang dikumpulkan hazel, adysah dan seva hampir mencapai setengah biaya yang dibutuhkan untuk operasi patah tulang kak daksa. Untuk yang kesekian kalinya Seva dan Hazel menghabiskan waktu mereka bersama. Sekitar pukul 9 hari minggu, Honda Jazz merah milik hazel berhenti tepat dirumah mini. Seorang cewek telah menunggu di depan gerbang. Seorang cowok yang tak lain adalah pemilik mobil tersebut turun dan membukakan pintu untuk cewek yang telah menunggunya. Oh ya tak lupa seperti biasa setangkai bunga mawar merah mekar hazel berikan untuk Seva.
Namun sepertinya tak hanya mereka yang berada di depan rumah. Mini yang saat itu juga berada di depan rumahnya yang hanya berjarak 3 blok dari rumah seva melihat kemesraan mereka dengan hati yang kembali hancur lebur. Air mata sukses menetes dari pelupuk matanya dan segera ia berlari masuk ke rumahnya.
~^^~

“Mau lo sebenernya apa? Dasar penghianat! Munafik! Nusuk temen dari belakang!” Emosinya ber api-api.
“maksut loe apa Min?” Cewek didepannya masih gak ngerti apa yang terjadi
“Haha Seva Seva, Sahabat gua yang manis, dua kali loe nusuk gue dari belakang! Pertama, kenapa loe gak bilang dari awal kalo adsyah udah punya cewek dan loe biarin gua terlanjur sayang sama kakak loe yang sok itu!” kini seva tau apa yang membuat hubungan persahabatannya dengan ketiga sahabatnya hancur.
“dan sekarang, loe tau siapa yang bikin gue berhasil bangkit dari keterpurukan gue karena Adsyah?” Mini menatap tajam mata Seva
“Ngga” jawab seva pelan
“Hazel!” jawab mini tegas. Seva gak tau harus jawab apa, yang jelas dia tau hatinya seperti piring yang dia jatuhkan kemarin, hancur, pecah, cowo yang berhasil bikin dia jatuh cinta ternyata juga cowo yang ditaksir oleh sahabatnya.
“Cowo yang juga loe suka kan? Gua bangkit demi dia, dia yang behasil bikin gua gak nangis lagi. Tapi setelah gua berubah dan balik kaya dulu. Loe malah nusuk gue dari belakang buat kedua kalinya dengan cara rebut hazel dari gue. Mau loe apa? Loe mau bunuh gue pelan pelan?” suara mini melemah, satu demi satu air mata mengalir dari matanya.
“gu gu gue gak bermaksut nutupin kalo adsyah udah punya cewek dari loe min, gue Cuma gak mau loe sakit.” Suara Seva bergetar. Air mata yang akan menetes masih ditahannya.
“Bulshit tau gak sih loe? Loe emang musuh dalam selimut, pergi dari hidup gue!” mini melangkah pergi dengan air mata membasahi pipinya.
“Min tunggu Min!’ Seva mencoba menahan mini. Tapi tubuhnya lemas, semua sarafnya seakan mati. Otaknya tak dapat berpikir, air matanya mulai tak terbendung. Semua dirasanya sakit. Dia sendiri d ikamar mandi cewek, memikirkan apa yang harus dia lakukan, memikirkan apa yang terjadi setelah ini? Adsyah, veve, mini, uri dan kedatangan hazel yang sepertinya memperkeruh hubungan mereka. “three Angels udah hancur” terdengar suara lemah dari mulutnya.
Terbayang semua memorinya akan three angels, saat mereka makan es krim bersama, bernyanyi di kamar seva dengan suara yang super berantakan, menggunakan accecoris kembar, berkemah di halaman belakang rumah uri, memanjat genteng rumah mini dan ber pajamas party setiap libur panjang. Pipinya basah. Persahabatan yang telah  dirajutnya sejak kelas 3 SD harus hancur karena kakak Seva sendiri.  
~^^~

Seva semakin menjauhi hazel, tangis yang setiap hari menghampirinya. Seva yang semakin tertutup, tanpa keceriaan dan tawanya lagi semua hambar. Hanya itu yang diarasakan hazel dan Adsyah kakaknya. tak ada lagi Honda jazz merah yang selalu terparkir di halaman rumahnya. Begitu pula mini, penampilannya kembali dekil, prestasinya anjlok, kembali diam dan frustasi. Hazel yang merasa ada yang berbeda dalam hidupnya tak mungkin tinggal diam. Malam ini hazel mengajak Seva ke taman di daerah komplek rumahnya. Hati seva gusar. Apa hazel akan menyatakan cintanya ke seva? Lalu apa yang harus seva katakan ketika kalimat “I LOVE U” keluar dari mulut hazel? Akankah ia menolak cowok pertama yang berhasil membuatnya jatuh bangun? Ah bodo amat. pikir seva. Seva mengenakan baju seadanya. Tanpa pilih-pilih seperti saat hazel akan menjemputnya untuk jalan sebelumnya.
Ia hanya mengenakan jean panjang dipadu tengtop ungu dengan blus kotak-kotak lengan ¾ kedodoran kesayangannya. Rambutnya diikat dengan poni serong kesamping. Dan tak lupa tas selempang batiknya. Berbeda dengan hazel yang terlalu pilih-pilih baju malam ini. Akhirnya jeans ketat dan kaos hitam lengan sambungan menjadi pilihannya. Anehnya rambutnya kembali diberi gel seperti saat pertama ia masuk ke SMA tempat Seva dan kedua sahabatnya sekolah.
Seva berangkat berjalan kaki karena ternyata adsyah tak berada di kamarnya “ah deket ini, mungkin kakak jalan sama kak veve” pikir Seva sebelum akhirnya cabut ke taman daerah komplek rumahnya. Berdiri seorang cowo dibawah salah satu pohon besar di taman tersebut. Pasti itu Hazel. Pikir Seva. Tapi kenapa beda? Rambutnya agak panjang dibiarkan berantakan, wajahnya tak Nampak jelas karena taman remang remang. Jeans hitam dengan blus kotak-kotak abu-abu hitam lengan panjang yang ditekuk tekuk sampai ke siku. Wow kenapa hazel jadi sekekar itu? Bentuk tubuhnya menarik melebihi kak adsyah, kenapa tangannya tak masuk ke saku celana seperti yang biasanya dilakukan hazel? Dari jauh cowok ini malah asik memainkan kunci mobil sambil menatap jauh ke rerumputan. Sedang punggungnya bersandar ke pohon tersebut. Lalu mana hazel? Langkah Seva terhenti saat menyadari bahwa yang berdiri di dekat pohon adalah orang yang pernah dikenalnya. Kak Zillan. Yah kakak kelas Seva waktu di SDN 5 Jakarta Selatan sekaligus cowo yang pertama kali cium pipinya di Ultah seva yang ke 12. Kak Zillan kan cinta monyet pertama seva. Pretasinya yang gak turun-turun yang bikin Seva ngefans sama cowok keturunan indo-jerman itu.
“Kak Zillan? Ini bener kakak?” Seva lari dan langsung peluk Zillan erat-erat. Tercium parfum zillan yang cowok banget.
“iya ini kak Zillan, kamu makin cakep putri kecilku” kembali zillan rengkuh Seva jatuh dalam pelukannya dan menangis sesenggukan. “Aku sepupu Hazel” suara kak zilan pelan.
“apa? Kak Zillan sepupu Hazel?” saat seva masih belum bisa berfikir apa yang sebenernya terjadi muncul kak adsyah dari balik pohon.
“iya sevaku sayang, sebenernya hazel dan zillan balik ke Jakarta bareng dan berencana nerusin sekolahnya di Jakarta. Semua ini udah kita rencanain mateng-mateng tanpa sepengetahuan kamu. Sebenernya hazel deketin kamu Cuma buat check gimana kamu yang udah dewasa ini, dan sebenernya semua bunga, coklat dan barang-barang lain murni pemberian kak zilan yang dititipin ke hazel buat dikasiin ke kamu.” Jelas Adsyah panjang lebar, sedang Seva masih dengan tampang cengoo di depan kak zillan dan kakaknya.
“jadi sebenernya hazel sukanya sama mini. Dan kamu tau, kamu mirip adek hazel yang meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan motor, itu yang bikin hazel sayang kamu. Dia anggap seakan kamu adeknya. Caramu ketawa, ngomong dan semua tingkah kekanak-kanakanmu mirip kaya Akila adek Hazel my beautiful fairy” lanjut kak Zilan mengacak sayang rambut Seva. (apa hati seva sakit? Gimana sama hazel? Cinta seva buat hazel mungkin Cuma sesaat, setelah tau hazel sayang mini dan tentunya seva relain sahabatnya bahagia dengan hazel. lagian sekarang seva merasakan rasa sayang yang lebih kepada kak zillan cinta monyetnya yang harus pindah ke jerman 5 tahun yang lalu)
“jadi apa kamu bener-bener sayang sama hazel?” Tanya kak Zillan serius dengan tatapan elang yang masih sama sebelum ia diharuskan pindah ke jerman 5 tahun lalu. Seva menggeleng kuat-kuat. Kembali seva jatuh kedalam pelukan kak Zillan yang sekarang tumbuh menjadi seorang cowok yang mungkin sangat diidamkan seva.
“Eits… apa janji kita? Gak boleh pegang pegang adek gue!” kak adsyah melepaskan pelukan hangat kak zillan.
“yaelah elu syah, kangen tau” jawab kak zillan ketus sambil kembali akan merengkuh seva.
“kangen? Nih peluk gue?” jawab Adsyah bercanda. Mereka tenggelam dalam tawa. Mungkin ini jalan dari Allah, hazel dengan mini dan kak zillan kembali ke Indonesia. Emang bener ya? Jodoh gabakal kemana. Haha kalo kak zillan ajak gue kawin sekarang Ayo aja kak langsung ke KUA haha, Pikir Seva.
“well, kemana Hazel?” Tanya seva sedang matanya ke pojok-pojok taman mencari sosok hazel.
“Oh ya? Bukannya hazel dirumah mini buat nembak dia sekarang?” adsyah baru ingat
“Kalo gitu langsung aja cabut kerumah mini yuk?” mereka berjalan menuju mobil pajero sport warna putih milik kak zillan. Mobil yang disetir kak zillan melaju kencang menuju rumah mini dan sudah dilihatnya mini dan hazel di halaman rumah yang hanya diterangi beberapa lampu.
“Jadi lo suka sama gue? Gue masih gak habis pikir kenapa loe bisa ngelakuin ini semua? Loe pingin gue mati?” pertanyaan mini beruntun. Kak zillan, mas adsyah dan Seva turun dari mobil dan menghampiri hazel yang sepertinya butuh bantuan menjelaskan semuanya.
“semua bener mini, gue juga dikerjain tu sama hazel, mas adsyah sama kak Zillan” suara Seva dari kejauhan.
“Seva? Hah? Kak zillan?” mini makin bingung.
“iya mini, hazel beneran sayang loe, selama ini dia deketin Seva Cuma karena seva mirip dengan almarhumah adek hazel. Dan gue adalah sepupu hazel” jawab kak zillan.
“haha sorry ya min kita gak bermaksut kerjain loe kok. Kita Cuma mau kasih surprise atas kedatangan hazel dan zillan ke Indonesia” terang kak adsyah.
“Seva? Loe gak marah hazel suka sama gue?” sekarang yang ada dipikiran mini hanya Seva yang mungkin telah sakit atas kata-katanya di toilet cewek.
“calm down sweetie, gue kan sekarang punya kak zillan hehe” seva cengengesan
“Seva maafin gue ya?” air mata mini mulai merebak
“Yes oke swettie gue tau gimana perasaan loe kemarin” seva berbesar hati. Mini menatap hazel lekat-lekat. Cowok yang bisa membuatnya menyayangi hazel melebihi apapun.
“Jadi ini semua kerjaan loe zel? Jahat loe sama gue, gue ham…” Mini tak sempat meneruskan kalimatnya yang terakhir karena bibir hazel telah mendarat mulus di atas bibir mini. Seva yang juga ikut salting memeluk kak zillan erat
“eh, anak kecil maen peluk-peluk. Belom waktunya! Lepas lepas” kak adsyah melepas pelukan seva.
“eh kak zillan maaf ya kak? Kirain seva kak zillan itu kak adsyah, tadi seva sebenernya seva mau peluk kak adsyah hehe” seva cengengesan
“alah ngeles!” Adsyah dan zillan mengacak manja rambut seva.
“gue tau loe pasti bakal jawab iya kalo gue nembak loe min” hazel angkat bicara setelah adegan ciuman dadakannya berhasil bikin mini mencair. Mini masih mematung dan gak bisa bilang apa-apa. Kini ia peluk cowo dihadapannya erat-erat. “HAZEL GUE SAYANG LOE!!!!” teriak mini membelah angkasa. Ia ingin bulan juga mendengarkan teriakan bahagianya malam ini.

(nah, gimana part 2nya? Keren? Tapi belom selesai nih, gimana kelanjutan cerita keluarga Uri? Nantikan part 3nya guys :D) with love: Ziiza^^

Three Angels (One for all, all for one)

Heihei,, ketemu zii lagi, haha akhirnya cerpen kedua gue terbit *eciieee XD yapyap ini cerpen kedua setelah thats for you bimmie yang gue bikin special buat sahabat tersayang gua "Utita Nurrosyada Hilmi II", makasih yang udah mau baca cerpen ini, dan mohon kritik sarannya yaa? bisa ditulis di kotak comment di bawah xD maaf bila ada salah pengetikan, kesamaan nama atau kesalahan apapun :D semoga cerpen ini berkenan *eciie xD well cerpen ini gua persembahin buat temen-temen gua (yang ngerasa temen gua boleh angkat tangan haha) dan buat seseorang yang masih gua sayang banget *haha frontal* xD emang penting? (perhatian: bacanya pake nada ngejek, mulut mencibir, alis keangkat satu, bahu naek keatas dan mata tatapan ngeledek gue abis :D) haha selamat membeaca and enjoy my story :D


Teth… teeth… teeth… Bel masuk berbunyi, memasuki telinga Seva dan menggema di dalamnya. Segera ia letakkan sapu yang tadi digenggamnya dan langsung duduk manis di sebelah Uri. Kelas mulai hening, karena Pak Anton guru matematika paling killer mereka sudah terlihat berjalan dengan bukunya yang kumel di koridor depan kelas X-2.

“ Fuih… akhirnya selesai juga piket gua haha” Seva bernafas besar
“ Loh, Va? kok cepet piketnya?” Manda memulai, temen sekelas Seva yang combernya setengah hidup.
“ Loe gak liat? Udah masuk kali Man,” Jawab seva pelan, gak pingin ganggu pelajaran yang sekitar 3 menit lalu dimulai.
“ Loh tapi kan masih kotor? Nih liat! Bawah bangku gue masih kotor banget!” manda gak mau kalah.
“ Iya iya habis gini. Waktu istirahat nanti gue sapu lagi.” Sebenernya cewek mungil berambut hitam lurus sepinggang ini, gak pingin cari masalah sama cewek yang dianggap paling rese’ sekelas
“hem hem” pria setengah baya dengan postur tinggi dan menyeramkan berdehem sambil terus menulis didepan papan.
“Udah dong Man, Va, lagian loe juga Man, kalo bangku loe kotor, yaa loe lah yang tanggung jawab! Bukan malah Seva.” Uri cepet-cepet ngelerai keributan mereka.
“ Eh eh eh jadi bawa bodyguard ceritanya?“ Mulai deh.
“ hem hem Manda! ngapain di belakang ribut aja. Maju sini.!!!” akhirnya, suara pak anton meninggi setelah tadi cukup berdehem satu dua kali.
“ Emm enggak pak, saya lagi nyariin pensil saya yang jatuh. Kemana ya pak? Kok gak ketemu-ketemu. “ Si manda ngeles. Biasalah cewek paling matre sekelas yang selalu nganggap dirinya ratu sejagat ini, paling ahli buat ngeles.
“ Kasihan deh loe…” Mini mulai angkat bicara. tambah ijo aja tu si Ratu sejagat SMAN 24 Jakarta selatan.
Seva, Uri sama Mini cuma cengengesan ngeliat Manda tambah ijo.

~**~

Teeet… teeeet… teeet… bunyi bel kedua, apa lagi yang paling ditunggu sama anak-anak sekelas, selain bunyi bel istirahat pertama Dan…

“ Horeee… istirahat….” Temen-temen sekelas Seva pada teriak kegirangan. Seakan mereka baru aja keluar dari kandang harimau liar. Dan segera berhambur keluar kelas.
“ Akhirnya selesai juga jam matematika.Gila, lima menit lagi otak gua dah mau pecah kali! ”  semprot Seva sambil benerin rambutnya yang agak berantakan.  Cewek ini, paling gak betah waktu pelajaran matematika.
“ Seva? jangan lupa PIKET ya!!!” manda mulai
“ bersiin aja sendiri, nona ratu sejagad! “ kesabaran Seva udah mulai setipis kain belacu.
“ Udah Va, orang kaya gitu sih gak usah diurusin. Kita gak akan bisa menang kalo ngomong sama  dia.“ Mini menerangkan.
“ Ya udah, ayo’ keluar Va. Lagian kelas udah bersih kok, Manda aja yang kebangetan. Mendingan loe bersiin luar aja. “ Uri ikut nenangin sahabatnya yang mulai ijo itu.
“ Yo’i sist.” Sahut mini sambil lirik kelas kesayangannya yang masih berupa kapal pecah.
“ Ya udah,  kita duduk di sana aja yuk. Sambil bersiin yang sana. Masih kotor banget.” Seva ngeloyor ke tempat yang ditunjuk dengan sapu ijuk ditangan mungilnya
“ Eh… Va ada mas Adsyah, .di sana aja yuk “ telunjuk Mini menunjuk ke arah yang agak lebih rindang. Mas adsyah itu kakak satu satunya Seva yang juga lagi ditaksir sama sahabatnya Mini.
“ Ya udah ke kantin aja yuk… gue teraktir es cream deh…” keliatannya Seva lagi seneng hari ini.
“ Widih kesurupan jin dari mana loe? loe gak habis dapet uang milyaran rupiah kan?” Uri penasaran
“ udah deh, yang penting dapet ice cream kan? haha“ Seva ngeloyor ke arah kantin sambil nyengir

“ Seva? “ seorang cowo berbadan atletis, cukup tinggi dan punya kumis tipis di bawah hidugnya lari ke arah Seva. Oh, Adsyah ternyata.
“ hm… kenapa? “ jawab Seva ketus.
“ Va kita duluan ya? “ mini narik tangan uri langsung ngeloyor gajelas. Wajahnya pucet ala mayat hidup haha. Seva segera tau kalo jantung mini lagi minta lompat keluar pas tau Adsyah lari ke arah mereka.
“ Aduh,  loe sih. Temen-temen gue langsung lari kan?” Seva sok ngambek sama masnya yang nganggep dirinya paling imut sedunia itu.
“ Eh Va, loe dapet uang saku berapa dari mama?” Tanya adsyah penasaran, matanya ngelirik ke saku baju Seva dan dilihatnya uang kertas warna merah terang didalamnya.
“ Ehm, tau ah gua ke kantin yaa?”
“ Pasti warna merah ya?” adsyah langsung kaya orang kebakaran jenggot. Padahal gak ada satupun akar jenggot yang tumbuh di dagunya. Maklumlah dia Cuma dapet jatah gocap pagi ini.
 “Nraktir anak- anak ice cream ah! mas gak tak kasih…” Adsyah mencibir, dia melangkah gontai ke kelasnya XII-5. sedang Seva berlari lari kecil kearah dua sahabatnya. Mereka bersahat sejak kelas 3 SD, saat Seva baru pindah dari padang kotanya yang lama. Kedekatan rumah mereka yang membawa mereka sampai sedekat ini. Rumah Seva dan mini hanya terpisah sekitar 3 blok, sedang rumah Uri yang berada agak jauh dari rumah mereka.

Setelah pulang sekolah kali ini, mereka gak punya suatu planning kaya biasanya yang pulang sekolah langsung ke mall, atau ke toko buku, makan bareng, nonton film, belajar bareng atau planning seru lain.
Dalam kisah remaja antar Three angels ini, Uri, Seva, dan sahabat satunya Mini. Terkenal bermasalah dengan cowok. Walau Seva dan Uri sama sama punya kakak cowok, tapi bukan jaminan kalo acara mereka PDKT sama cowo semulus kulit mini yang aktif luluran tiap minggunya. Gimana gak? Adsyah malah nertawain adeknya, setiap Seva mulai angkat topik tentang cowok yang diincernya. “Adek kecil jangan mikirin cowo dulu ya? Sekolah yang bener haha” ledek adsyah sambil ngeloyor ke kamarnya dan tutup pintu kenceng-kenceng.

            ~**~

Pagi ini, Seva taruan sama kakaknya buat berangkat lebih pagi. siapa yang duluan sampe di sekolah, dia yang berhak dapat teraktiran ice cream. Ternyata Sevasampek di sekolah duluan. Perjuangan banget ini cewek bangun pagi dan mandi 30 detik haha. Sepulang sekolah Adsyah berkewajiban ngajak Seva jalan ke mol buat teraktir dia ice cream. Waktu begitu cepat berlalu kini Seva sudah berada dalam mobil dengan satu cewek manis berjilbab di sebelahnya dan adsyah bersama supir di kursi depan. Mau kemana mereka selain makan ice cream di mall. Ups! Lupa siapa cewe disamping Seva? Yap, Ada Veve ceweknya Adsyah. Tingginya beberapa senti diatas Seva, hidungnya mancung layaknya artis-artis Hollywood, dan dia selalu terlihat anggun tiap main ke rumah kakak beradik ini. Sikapnya yang manis bikin Seva selalu nyaman berada kelet dengan cewek kelahiran bandung 15 tahun yang lalu.
“ wahwah kak Veve ikut juga? Aku kangen loh kak, jalan jalan siang ini pasti bakal seru” Seva bergelayut manja dilengan Veve.
“ iya dek kakak juga kangen kok.”  jawabnya singkat. Tentunya penuh dengan sikap anggun, dan gak lupa senyum.
“ eh eh!! Apa lu anak kecil deket deket cewek gua lagi. Veve kesini buat nemenin gue. Bukan buat jalan sama loe. Anak kecil.” Ledek Adsyah.
“ Yeee, enak aja! kak Veve ke sini buat nemenin gua makan ice cream. Bererti loe harus neraktir kita berdua, weeeek” Sembur Seva gak tanggung-tanggung sambil pukul manja lengan Adsyah.
Mobil mereka melaju kencang menerabas panasnya ibu kota. Kini mereka telah duduk manis menunggu pesanan ice cream mereka masing-masing. Canda tawa kebersamaan mengiringi mereka di kedai ice cream terkenal yang hampir rutin mereka kunjungi 2 minggu sekali.
Tak jauh di dekat kedai tempat mereka ber ice cream ria, sepasang mata sedang mengamati kebersamaan hangat mereka. “Seva Jahat!!” cewek berkulit putih berlari keluar kios accecoris dengan air mata merebak di pelupuk mata bulatnya. “Mini? Loe Kemana?” teriak cewek tinggi dengan rambut ekor kuda terkuncir tinggi menyusulnya dari belakang.
Ternyata siang ini Uri dan Mini lagi jalan ke mol yang sama dengan mall yang dituju pasangan Veve, adsyah dan adiknya Seva. Mereka berburu accecoris yang katanya lagi sale di kios tepat di depan kios ice cream tempat Seva dan kakaknya menghabiskan rabu siangnya.
Mini yang tadinya tengah asyik memilih beberapa model cincin cantik dengan berbagai warna dan bentuk, pandangannya tak sengaja jatuh tepat saat adsyah menyuapkan sesendok ice cream strawberry ke mulut mungil veve. Sedang Seva tertawa seru melihat kemesraan kakak dan pasangan ceweknya
Sesegera mungkin Uri yang waktu itu gak ngeliat Seva dan gak tau apa yang sebenernya terjadi, udah kaya orang idiot yang kerjanya cuma ndoweh liat sahabat yang berlesung pipit dalam nangis hampir tak bersuara di kamar mandi. Kini lesung pipitnya yang membawa aksen manis di wajah bulat mini tak terlihat lagi, hanya air mata yang tak henti mengalir di pipinya.
Sebisa mungkin Uri nenangin Mini, tapi tangis Mini makin menjadi. yang tadinya semua orang sibuk dengan urusan mereka masing masing di kamar mandi, entah dandan, benerin baju atau yang lain, kini beberapa mata telah tersorot ke mereka.
“ Min, udah dong, emang ada apa sih? Loe tau gua kaya tersangka yang apa-apain loe disini” Uri mulai gusar
“ hiks hiks” tangis mini tak terbendung kini tangisnya mulai bersuara.
“ Min, malu donk sama orang-orang. Dikirain gue yang ngapa-ngapain loe. “
“ gak ngurus. Emang gua pikirin!” Mini tetep ngelanjutin ngangisnya.
“ Min? emang ada apa sih? Gue gak tau apa-apa. Tiba-tiba loe lari dan nagis gitu aja.” Uri kebingungan.
“ Udah deh, urus aja diri low dan sahabat loe yang penghianat itu!” ia berlari ke luar toilet dengan air mata yang masih membanjiri wajahnya.
“ Min, emnag gua yang salah? emang salah gue apa? Gue gak tau kenapa loe nangis kaya gini. Dan gua gak mau tau. Urusin aja diri loe sendiri.” Emosi Uri tak terbendung. Iya lah, dia gak tau apa yang sedang terjadi, bukan karena Uri cewe yang rada lama mikir, tapi emang dia gak ngerti what’s going on.
”what ever” Semprot uri, ia jalan keluar toilet sambil bibir umik umik, monyong kanan monyong kiri, manyun utara manyun selatan. Gak sengaja cewe yang rada males mandi ini sempet ngeliat Seva, Adsyah dan Veve keluar dari kedai ice cream sambil ketawa ketiwi.  Segera ia tau apa penyebab sahabatnya mini nagis gak keruan. “ Ya… Tuhan… ternyata…” Uri gak nerusin omongannya dan langsung mecoba merogoh handphone di tas. Buat apa lagi? Cuma nomor handphone mini yang dituju. Tapi usahanya sia-sia Uri tau bahwa mini pasti mematikan ponselnya. Uri melangkah gontai keluar mall dan hanya kegusaran memenuhi otaknya.

~**~

Dikelas, mereka bertiga diem-diemman. Mini yang biasanya cerewet. seharian ini diam tanpa kata. Sekarang Seva yang kaya kambing congek. Gak ngerti apa yang terjadi.
“ Miniku sayaang? kenapa diem aja?” tanya Seva manja.
“ Gue lagi gak mood! jangan ganggu gue. “ jawab mini ketus.
“ Min ? loe gak papa?“ Seva khawatir.
“ mendingan sekarang loe pergi aja deh dari hidup gue. Gue males ketemu loe!” sentak Mini, terlihat titik air mata merebak di matanya
“ Min, please dong,  I don’t know, what’s going on?”
Udah deh, loe gak usah kebanyakan basa basi dasar pengkhianat!!“ Mini ngeloyor keluar kelas setelah gebrak meja keras keras dan sukses bikin jantung Seva hampir loncat dari tempatnya.
Seva gak patah semangat, sekarang ia coba nanya ke Uri apa yang terjadi sama sahabat kecilnya ini.
“Ri? Ehmm loe tau gak Mini kenapa?” Tanya seva dengan tampang innocence.
“ Gua gak tau.” Jawab Uri. Singkat
“ loh? kok dia jadi kaya gitu ya?” Tanya Seva lagi.
“ Gue bilang gak tau ya gak tau. Ini semua gara-gara loe tau gak sih?“
“ loh kok gara-gara gue? Seva gusar
“ Udah deh loe gak usah deketin kita lagi. Jalanin aja hidup loe sama si Adsyah kakak loe itu dan ceweknya yang sok manis!!” Uri lalu melangkah pergi.
Seva yang masih bingung apa yang terjadi dengan dua soulmatenya coba mencari kakanya Adsyah. Tapi semua useless, tentu adsyah lebih tak tau menahu tentang masalah three angles ini. Dan akhirnya selama berhari hari mereka saling diam. Tanpa suara, tanpa senyuman saat berapapasan dan tentu tanpa hangat canda yang selama ini menyelimuti perjalanan remaja mereka. Seva yang selalu mencoba mencari tau apa yang terjadi kini mulai lelah, sahabatnya Mini semakin diam, kurus, terlihat kantung mata hitam di bawah mata bulatnya, akhir akhir ini dia suka terlambat datang ke sekolah, Mini selalu menyendiri dan menyembur siapapun yang mendekatinya termasuk Seva.
Sedang Uri yang ikut frustasi dengan hubungan three angels sungguh berubah 360 derajat. Ia punya temen baru namanya Mey. Anak dengan dandanan yang menurut Seva aneh. Rambut selalu berantakan tiap ke sekolah, gelang ala anak punk di tangan kanan kirinya. Dan 3 tindik di kupingnya. ”ih gak niat sekolah kali itu orang” pikir Seva. Mey siswa kelas 8H, kelas paling kotor, paling pojok dan paling mengerikan. Katanya sih angker. Karena temen temen se-pergaulan Uri gak jelas bebet bobotnya, kini Uri ikutan kaya anak gak jelas. Uri jadi berani mengecat rambutnya yang lurus sebahu. Bolos sekolah, dan ikutan pakai tindik di hidungnya yang mancung. Dan bukan hanya itu, baru hari ke-13 Uri dekat dengan gank si Mey anak berandal, kini ia mulai berani memakai rok mini ke sekolah. Wow!! Tentu itu salah satu faktor yang membuat Uri dan gank gak jelas mey sering keluar masuk ruang BP. Dan kini kabarnya, Uri sedang menjalin hubungan dengan cowo kelas 9G yang juga sering bermasalah di sekolah. Rega namanya. Tentu ini semua ada sangkut pautnya dengan Mey anak bertindik hampir di seluruh tubuhnya.
Seva hampir gila, apa salahnya? Kedua sahabatnya begitu berubah dan hampir membuatnya tak konsen belajar. Apakah masalahnya sebesar hulk di film film barat yang biasa ditonton adsyah? Seva yang tak berbakat menjadi detektif penyelidik tentu tak bisa mengungkap tepat apa yang sedang terjadi. Kini dia mulai sakit sakitan. Baru baru ini ia harus menginap 5 hari di rumah sakit tempat ayahnya bekerja karena tifus.
Dan hebohnya lagi, disaat hubungan three angels ini benar-benar berantakan. Dan disaat kondisi Seva memburuk karena penyakitnya yang tak kunjung pulih dan keadaan Mini yang down karena merasa cintanya bertepuk sebelah tangan, datanglah seorang anak baru dikelas ketiga cewe manis bersahabat ini. (eh maksut gue dulu sahabatan. Kalo sekarang? Gue gak jamin haha *ngakak seru)
Hazel namanya. Ya, krisna Hazel algretto. Hazel ini yang katanya sukses menarik perhatian Mini dan Seva yang belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Apakah hazel akan menggantikan kedudukan Adsyah di hati mini? Bagaimana hubungan three angles setelah hazel masuk ke kehidupan mereka dan sukses menarik perhatian Mini dan Seva yang telah lama menjalin persahabatan? Siapa yang akan dipilih Hazel? Mini yang manis atau Seva yang imut? Atau malah bukan keduanya? Bagaimana dengan Uri yang hidupnya semakin berantakan? *Ups ketinggalan, kabarnya kakak Uri kecelakaan dan mengalami patah tulang saat harus menjemput mamanya ke bandara. Dan parahnya lagi, orang tua Uri saling menyalahkan atas kecelakaan Daksa kakak Uri* wow, ngenes amat ya ceritanya? Penulisnya yang bener aja haha :D ceritanya pasti bakal seru. Nantikan kisah three angles selanjutnya! Dijamin seru!!^^

Salam hangat penulis
*Ziiza