Senin, 23 Juni 2014

Mau taat? Jangan Terlambat!




Assalamu’alaikum pemuda islam!  Salam para harapan Bangsa dan Agama! Salam para penyembuh kerusakan! Mungkin ini tulisan pertama saya yang bertemakan agama. Sudah lama saya ingin mencoba menyembuhkan penyakit remaja-remaja sepantaran saya. Di dalam tulisan saya ini, saya tidak berharap akan mendapat beribu komentar maupun like, satu-satunya harapan saya adalah semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi remaja hingga mampu sedikit menutup lubang-lubang kenistaan yang merambah begitu luas di dunia. Artikel semacam ini mungkin lebih tepat disebut sebagai curhatan seorang muslimah 17 tahun yang begitu miris menyaksikan teman-teman sepantarannya yang telah benar-benar lupa akan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
 Inspirasi menulis saya bermula ketika saya dan keluarga menonton sebuah film horor indonesia beberapa hari yang lalu, dan kebetulan kami berempat mendapat kursi di deretan pojok dan paling belakang. Awalnya saya sudah mengira, malam minggu seperti waktu itu pasti akan banyak pemuda yang dilanda romantisme pacaran akan mengincar kursi yang keluarga saya tempati. Kebetulan kami masuk ke studio film paling awal saat penonton yang lain belum masuk, sehingga saya sempat dengan seksama mengamati setiap penonton bioskop yang masuk ke studio. Dan benar dugaan saya! Seisi studio bioskop di salah satu mall besar di pusat kota Surabaya hampir dipenuhi oleh dua sejoli laki-laki dan perempuan yang bergandengan mesra, dan deretan kursi paling belakang penuh terisi oleh mereka yang sedang dilanda asmara. Bahkan saya bisa menghitung berapa orang yang hanya datang sendirian dan berapa orang yang menonton bersama keluarganya.
Saya sempat berpikir, remaja-remaja ini sedang dilanda badai asmara atau malah badai syahwat? Astaghfirullah.. tanpa pengawasan orang tua, hanya remaja laki-laki dan perempuan berduaan di tempat gelap layaknya gedung bioskop dan mengincar kursi paling belakang pula. Masih untung apabila kejadian ini terjadi di siang hari, tapi bayangkan hal seperti ini terjadi saat tayangan horor midnight. Saat itu memang saya dan keluarga berencana mengetes adrenalin dengan menonton horor midnight, namun bukan film horor yang membuat kami bergidik, malah kelakuan bejat remaja-remaja harapan bangsa yang membuat sendi-sendi kami begitu ngilu. Untuk itulah, saya merasa kawan-kawan saya diluar sana butuh disadarkan. Saya tidak bisa melakukan banyak, mungkin dengan menulis tulisan pendek ini dapat menumbuhkan secarcik harapan untuk perubahan di masa mendatang.
Cinta dan kasih sayang merupakan hal yang wajar dialami setiap umat manusia, apalagi para remaja. Pertama kali merasakan rasa yang berbeda kepada lawan jenis juga pernah saya rasakan, toh saya juga remaja normal seperti yang lainnya. Bahkan Allah juga berfirman di surat Ar-ruum ayat 21 (QS 30:21) yang biasanya kita baca di undangan-undangan pernikahan hehe “ Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan Dia yang menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir.” Tuh! Kurang jelas apa? Jelas yang memberikan rasa cinta dan kasih sayang adalah Allah, suatu rasa yang diberikan oleh yang Maha suci  tentu rasa tersebut juga suci, tentu apabila ditempatkan pada tempatnya.
Allah memberikan rasa kasih sayang tentu tidak untuk dilampiaskan dengan nafsu, cinta itu terlalu suci untuk dikotori dengan syahwat. Tapi yang kita saksikan di sekeliling kita jelaslah berbeda. Pacaran? Yah! Hubungan yang saat ini banyak dilakukan oleh remaja kita, yang akhirnya malah menjatuhkan mereka pada dosa besar. Saya kerap berpikir, mengapa remaja sampai saat ini masih tidak bisa menyadari tanda-tanda yang telah Allah berikan, sangat banyak remaja wanita yang hamil di luar nikah, banyak aborsi, banyak bayi tak bersalah dibuang. Apa remaja sekarang ini terlalu bodoh untuk memahami? Atau mereka telah siap dilalap api neraka? Astaghfirullah..
Budaya liberalisme barat sangat dalam menyeruak di benak para remaja kita. “Ah pacaran gak ngapa-ngapain kok. Cuma telponan!” Memang semua hal hanya berawal dari “CUMA”. Pacaran Cuma telponan, akhirnya ketemuan, tapi ketemuannya berdua-duaan. Sama aja boong kali! Atau cuma pegangan tangan? Cuma peluk-pelukan? Cuma boncengan? Lama lama ke “Cuma-Cuma” yang lain yang berujung pada “CUMA HAMIL” kok? Atau sekarang sedang tren HTS (Hubungan Tanpa Status), dibilang pacaran bukan tapi melakukan hal seperti orang-orang pacaran. Bukan pacaran tapi peluk-pelukan pas dibonceng. Sama aja sweetheart!  Atau mereka yang tidak mau dibilang pacaran dengan berbagai macam alasan sehingga mengaku hanya berhubungan kakak beradik. “Kita masih kecil kok, ngga pacaran Cuma kakak adikan aja.” Masih kecil kok udah bisa menghasilkan “si kecil” -_______- (inhale)
Astaghfirullah... bahkan remaja wanita sekarang sudah seperti (maaf) sandal obralan di pinggir jalan, begitu murahnya didepan seorang lelaki. Apakah segitu murahnya kehormatan kalian untuk di injak-injak kaum pria? Segitu mudahnya kah mereka merampas kekayaan terbesar kalian? Ya Allah, hati saya menangis Kawan, melihat teman-teman saya mau-maunya di raba-raba perhiasannya oleh sang pacar. Yang lebih mengiris hati saya adalah malah banyak wanita berjilbab, yang mengaku dirinya taat yang melakukan hal-hal demikian. Apa tidak malu? Simbol agama yang kau sandang itu untuk apa? Untuk menutupi kebejatan kalian? Apa agama hanya tameng untuk memuaskan pikiran-pikiran bejat kaum pria? Ini nih beberapa alasan konyol remaja-remaja kita kalo disinggung tentang pacaran:

“Pacaran itu cuma hubungan? Kenapa dilarang? Masa berhubungan gak boleh?” Pacaran itu Cuma istilah ya? Camkan! ISTILAH! Tapi apa yang kalian lakukan itu yang malah dilarang. Sekalipun bukan pacaran, tapi diganti dengan istilah lain entah bebek-bebekan, kuda-kudaan atau yang lain-lain. Itu SAMA AJA BRO! Apa yang kalian lakuin antara dua sejoli itu yang dipermasalahkan disini, got it?
“Kita Cuma LDR-an kok! Cuma telponan, smsan, ngomong sayangnya juga lewat sms. Emang apanya yang dibilang zina?” tuhkan! “CUMA” lagi. Emang zina Cuma lewat fisik aja? Emang lewat telpon atau sms gak bisa zina? *maksutnya?* pikir aja sendiri! -_- semua itu dikendalikan sama pikiran, kalo fisik bisa zina kenapa pikiran gak bisa zina?
“Orang tua udah ngijinin kok.” Haha! Ada satu lagi alasan bodoh buat menutupi nafsu setan, memang ya setan selalu punya berjuta-juta atau bahkan bermilyar-milyar jalan untuk membuat manusia rusak di hadapan Tuhannya. Mana ada orang tua yang rela anaknya pacaran? Mana ada orang tua rela anaknya berduaan di luar rumah tanpa pengawasan? Sekalipun di mulut udah bilang iya, beda dimulut beda di hati, who knows? Coba aja kita jadi orang tua? Apa rela, kekayaan kita, darah daging kita, keluar malam-malam dengan pria? Apa tidak was was? IYA! TENTU! Saya bertaruh, sesungguhnya tidak ada satupun orang tua yang rela melihat anaknya berpacaran. Kecuali memang sudah waktunya.
“Pacaran kan bisa support kita, jadi belajarnya lebih semangat dan lebih berprestasi.” Haha omong kosong, Kawan! Satu lagi bualan bodoh yang klasik kita dengar. Awalnya pacaran aja semangat, nanti tengahnya lebih ketagihan berduaan-nya dari pada belajarnya. Tengah-tengahnya ada bertengkar, eh ngeganggu konsentrasi. Gak setuju sama omongan saya? Mari kita terbuka saja, hitung seberapa besar presentasi anda bahagia dengan pacar dan konsentrasi dengan sekolah dibanding presentase sedih, gelisah, galau, kecewa, dan gak konsentrasi? Apalagi remaja jaman sekarang, BBM gak dibalas, telpon gak diangkat, gak kasih kabar aja udah galau. Terus nyebar status deh di twitter, “gue galau tingkat dewa nih!” haha apaan? Malah kalo pacar lebih fokus sama kegiatan sekolah atau karya-karya besarnya, si pasangan udah ngomel merasa tercampakkan. Dasar romantisme (gila) para remaja. Jadi mananya yang semakin mendukung kalo modelnya malah begini?
“Kalo ada pacar kan kita bisa punya temen curhat kalo lagi galau?” swap! Kena deh! Gimana mau curhat kalo lagi galau, wong mereka (si pasangan) yang cenderung bikin kita galau gak keruan, right? Alasan ini semakin menunjukkan kalo anda-anda sekalian gak punya teman buat cerita. Kebanyakan berduaan sama pacar sih sampe gak punya temen? Apa gak punya orang tua? Oh sibuk? Saudara? Sibuk juga? ALLAH, sweetheart! Kita punya Tuhan yang gak pernah tidur dan gak pernah nolak buat nerima curhatan hamba-hambanya. Atau bisa follow akun twitter @zbtly aja terus kita curhat-curhatan deh, hehe.
“Nanti kalo gak pacaran, si dia di ambil orang?” right! Kalo dia pacaran sama orang lain, berati dia gak sholeh/sholeha. Karena pria/wanita yang sholeh/sholehah pasti gak akan pacaran karena memang “itu” dilarang agama. Mereka yang taat dengan Tuhannya akan meninggalkan semua kesenangan duniawi termasuk pacaran untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Jomblo demi Tuhan kan gak papa? Jadi jangan malu dibilang jomblo. Banyak hal bermanfaat yang bisa para jombloers lakukan demi mengabdi untuk sang kuasa. Hey, guys! Banyaaaak banget hal yang mungkin bermanfaat untuk orang lain yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kerusakan masyarakat. Terus berkarya demi kebaikan masyarakat, terus mendekatkan diri pada AllahSWT, berbakti pada orang tua, belajar menjadi pemimpin bagi masyarakat. Banyak sekali sangat sangat banyak. Pacaran itu hal sepele yang begitu gak prioritas untuk dilakukan. Ngapain melakukan hal yang gak penting sih kalo di umur kita yang produktif ini masih buanyak hal penting yang bisa kita lakukan, masih banyak karya yang bisa kita persembahkan untuk keluarga dan masyarakat?
“Terus gimana dong? Apa yang harus kita lakukan saat menyukai seseorang?” Islam memang tidak melarang seorang wanita mengungkapkan perasaannya kepada pria. Tapi untuk seumuran remaja yang masih belajar dan berkarya alangkah baiknya apabila kita diam dan memendam perasaan tersebut. Di dalam pemahaman umat islam terbagi dua macam: pertama melarang adanya komunikasi cinta, sedangkan ikatan pernikahan cukup dengan perantara orang yang dipercaya. Dan kedua komunikasi cinta tetap diperbolehkan selama dibatas wajar. Dan tentunya hal ini dilakukan oleh pasangan yang telah siap menikah. Tenang saja, untuk para remaja.. tidak berpacaran bukan berarti tidak dapat memperhitungkan dan mencari pasangan yang sholeh. Kita tetap bisa menilai orang lain yang kita rasa pantas, kita hanya cukup menahan hingga waktu yang tepat.lagian cinta kan gak harus diumbar-umbar? itu cinta apa kacang goreng kok diumbar-umbar? 

Mau taat? Jangan sampai terlambat. Jangan nunggu hamil dulu baru taubat dan taat. (ups) seorang remaja perempuan yang pacaran hingga mau “di apa-apakan” oleh si pasangan, itu bagaikan toilet. (ups) Kalian, Cuma sebagai tempat mampir buang air. Tapi para istri, mereka adalah rumah bagi para suami. Tempat berlindung, tempat berkeluh kesah, tempat berbagi rasa dan asa. Dan satu, pergi ke toilet tidak butuh komitmen, begitu juga pacaran, anak-anak SD pun sekarang sudah bisa memutuskan untuk pacaran. Namun, membangun rumah butuh komitmen! Begitu juga pernikahan. Semua butuh dipersiapkan, butuh pemikiran yang matang untuk membangun bahtera rumah tangga yang sakinnah, mawadah dan warrohmah. Sehingga dapat bersama keluarga membantu memperbaiki kerusakan dunia. Semoga melalui tulisan ini, kita tersadar bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan selain “CUMA” pacaran. Semua yang “CUMA” itu gak enak, seperti “CUMA TOILET.” Mau “CUMA” jadi tempat singgah buang air? (kicks) Wassalam!

Senin, 23 Juni 2014

Mau taat? Jangan Terlambat!




Assalamu’alaikum pemuda islam!  Salam para harapan Bangsa dan Agama! Salam para penyembuh kerusakan! Mungkin ini tulisan pertama saya yang bertemakan agama. Sudah lama saya ingin mencoba menyembuhkan penyakit remaja-remaja sepantaran saya. Di dalam tulisan saya ini, saya tidak berharap akan mendapat beribu komentar maupun like, satu-satunya harapan saya adalah semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi remaja hingga mampu sedikit menutup lubang-lubang kenistaan yang merambah begitu luas di dunia. Artikel semacam ini mungkin lebih tepat disebut sebagai curhatan seorang muslimah 17 tahun yang begitu miris menyaksikan teman-teman sepantarannya yang telah benar-benar lupa akan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
 Inspirasi menulis saya bermula ketika saya dan keluarga menonton sebuah film horor indonesia beberapa hari yang lalu, dan kebetulan kami berempat mendapat kursi di deretan pojok dan paling belakang. Awalnya saya sudah mengira, malam minggu seperti waktu itu pasti akan banyak pemuda yang dilanda romantisme pacaran akan mengincar kursi yang keluarga saya tempati. Kebetulan kami masuk ke studio film paling awal saat penonton yang lain belum masuk, sehingga saya sempat dengan seksama mengamati setiap penonton bioskop yang masuk ke studio. Dan benar dugaan saya! Seisi studio bioskop di salah satu mall besar di pusat kota Surabaya hampir dipenuhi oleh dua sejoli laki-laki dan perempuan yang bergandengan mesra, dan deretan kursi paling belakang penuh terisi oleh mereka yang sedang dilanda asmara. Bahkan saya bisa menghitung berapa orang yang hanya datang sendirian dan berapa orang yang menonton bersama keluarganya.
Saya sempat berpikir, remaja-remaja ini sedang dilanda badai asmara atau malah badai syahwat? Astaghfirullah.. tanpa pengawasan orang tua, hanya remaja laki-laki dan perempuan berduaan di tempat gelap layaknya gedung bioskop dan mengincar kursi paling belakang pula. Masih untung apabila kejadian ini terjadi di siang hari, tapi bayangkan hal seperti ini terjadi saat tayangan horor midnight. Saat itu memang saya dan keluarga berencana mengetes adrenalin dengan menonton horor midnight, namun bukan film horor yang membuat kami bergidik, malah kelakuan bejat remaja-remaja harapan bangsa yang membuat sendi-sendi kami begitu ngilu. Untuk itulah, saya merasa kawan-kawan saya diluar sana butuh disadarkan. Saya tidak bisa melakukan banyak, mungkin dengan menulis tulisan pendek ini dapat menumbuhkan secarcik harapan untuk perubahan di masa mendatang.
Cinta dan kasih sayang merupakan hal yang wajar dialami setiap umat manusia, apalagi para remaja. Pertama kali merasakan rasa yang berbeda kepada lawan jenis juga pernah saya rasakan, toh saya juga remaja normal seperti yang lainnya. Bahkan Allah juga berfirman di surat Ar-ruum ayat 21 (QS 30:21) yang biasanya kita baca di undangan-undangan pernikahan hehe “ Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan Dia yang menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir.” Tuh! Kurang jelas apa? Jelas yang memberikan rasa cinta dan kasih sayang adalah Allah, suatu rasa yang diberikan oleh yang Maha suci  tentu rasa tersebut juga suci, tentu apabila ditempatkan pada tempatnya.
Allah memberikan rasa kasih sayang tentu tidak untuk dilampiaskan dengan nafsu, cinta itu terlalu suci untuk dikotori dengan syahwat. Tapi yang kita saksikan di sekeliling kita jelaslah berbeda. Pacaran? Yah! Hubungan yang saat ini banyak dilakukan oleh remaja kita, yang akhirnya malah menjatuhkan mereka pada dosa besar. Saya kerap berpikir, mengapa remaja sampai saat ini masih tidak bisa menyadari tanda-tanda yang telah Allah berikan, sangat banyak remaja wanita yang hamil di luar nikah, banyak aborsi, banyak bayi tak bersalah dibuang. Apa remaja sekarang ini terlalu bodoh untuk memahami? Atau mereka telah siap dilalap api neraka? Astaghfirullah..
Budaya liberalisme barat sangat dalam menyeruak di benak para remaja kita. “Ah pacaran gak ngapa-ngapain kok. Cuma telponan!” Memang semua hal hanya berawal dari “CUMA”. Pacaran Cuma telponan, akhirnya ketemuan, tapi ketemuannya berdua-duaan. Sama aja boong kali! Atau cuma pegangan tangan? Cuma peluk-pelukan? Cuma boncengan? Lama lama ke “Cuma-Cuma” yang lain yang berujung pada “CUMA HAMIL” kok? Atau sekarang sedang tren HTS (Hubungan Tanpa Status), dibilang pacaran bukan tapi melakukan hal seperti orang-orang pacaran. Bukan pacaran tapi peluk-pelukan pas dibonceng. Sama aja sweetheart!  Atau mereka yang tidak mau dibilang pacaran dengan berbagai macam alasan sehingga mengaku hanya berhubungan kakak beradik. “Kita masih kecil kok, ngga pacaran Cuma kakak adikan aja.” Masih kecil kok udah bisa menghasilkan “si kecil” -_______- (inhale)
Astaghfirullah... bahkan remaja wanita sekarang sudah seperti (maaf) sandal obralan di pinggir jalan, begitu murahnya didepan seorang lelaki. Apakah segitu murahnya kehormatan kalian untuk di injak-injak kaum pria? Segitu mudahnya kah mereka merampas kekayaan terbesar kalian? Ya Allah, hati saya menangis Kawan, melihat teman-teman saya mau-maunya di raba-raba perhiasannya oleh sang pacar. Yang lebih mengiris hati saya adalah malah banyak wanita berjilbab, yang mengaku dirinya taat yang melakukan hal-hal demikian. Apa tidak malu? Simbol agama yang kau sandang itu untuk apa? Untuk menutupi kebejatan kalian? Apa agama hanya tameng untuk memuaskan pikiran-pikiran bejat kaum pria? Ini nih beberapa alasan konyol remaja-remaja kita kalo disinggung tentang pacaran:

“Pacaran itu cuma hubungan? Kenapa dilarang? Masa berhubungan gak boleh?” Pacaran itu Cuma istilah ya? Camkan! ISTILAH! Tapi apa yang kalian lakukan itu yang malah dilarang. Sekalipun bukan pacaran, tapi diganti dengan istilah lain entah bebek-bebekan, kuda-kudaan atau yang lain-lain. Itu SAMA AJA BRO! Apa yang kalian lakuin antara dua sejoli itu yang dipermasalahkan disini, got it?
“Kita Cuma LDR-an kok! Cuma telponan, smsan, ngomong sayangnya juga lewat sms. Emang apanya yang dibilang zina?” tuhkan! “CUMA” lagi. Emang zina Cuma lewat fisik aja? Emang lewat telpon atau sms gak bisa zina? *maksutnya?* pikir aja sendiri! -_- semua itu dikendalikan sama pikiran, kalo fisik bisa zina kenapa pikiran gak bisa zina?
“Orang tua udah ngijinin kok.” Haha! Ada satu lagi alasan bodoh buat menutupi nafsu setan, memang ya setan selalu punya berjuta-juta atau bahkan bermilyar-milyar jalan untuk membuat manusia rusak di hadapan Tuhannya. Mana ada orang tua yang rela anaknya pacaran? Mana ada orang tua rela anaknya berduaan di luar rumah tanpa pengawasan? Sekalipun di mulut udah bilang iya, beda dimulut beda di hati, who knows? Coba aja kita jadi orang tua? Apa rela, kekayaan kita, darah daging kita, keluar malam-malam dengan pria? Apa tidak was was? IYA! TENTU! Saya bertaruh, sesungguhnya tidak ada satupun orang tua yang rela melihat anaknya berpacaran. Kecuali memang sudah waktunya.
“Pacaran kan bisa support kita, jadi belajarnya lebih semangat dan lebih berprestasi.” Haha omong kosong, Kawan! Satu lagi bualan bodoh yang klasik kita dengar. Awalnya pacaran aja semangat, nanti tengahnya lebih ketagihan berduaan-nya dari pada belajarnya. Tengah-tengahnya ada bertengkar, eh ngeganggu konsentrasi. Gak setuju sama omongan saya? Mari kita terbuka saja, hitung seberapa besar presentasi anda bahagia dengan pacar dan konsentrasi dengan sekolah dibanding presentase sedih, gelisah, galau, kecewa, dan gak konsentrasi? Apalagi remaja jaman sekarang, BBM gak dibalas, telpon gak diangkat, gak kasih kabar aja udah galau. Terus nyebar status deh di twitter, “gue galau tingkat dewa nih!” haha apaan? Malah kalo pacar lebih fokus sama kegiatan sekolah atau karya-karya besarnya, si pasangan udah ngomel merasa tercampakkan. Dasar romantisme (gila) para remaja. Jadi mananya yang semakin mendukung kalo modelnya malah begini?
“Kalo ada pacar kan kita bisa punya temen curhat kalo lagi galau?” swap! Kena deh! Gimana mau curhat kalo lagi galau, wong mereka (si pasangan) yang cenderung bikin kita galau gak keruan, right? Alasan ini semakin menunjukkan kalo anda-anda sekalian gak punya teman buat cerita. Kebanyakan berduaan sama pacar sih sampe gak punya temen? Apa gak punya orang tua? Oh sibuk? Saudara? Sibuk juga? ALLAH, sweetheart! Kita punya Tuhan yang gak pernah tidur dan gak pernah nolak buat nerima curhatan hamba-hambanya. Atau bisa follow akun twitter @zbtly aja terus kita curhat-curhatan deh, hehe.
“Nanti kalo gak pacaran, si dia di ambil orang?” right! Kalo dia pacaran sama orang lain, berati dia gak sholeh/sholeha. Karena pria/wanita yang sholeh/sholehah pasti gak akan pacaran karena memang “itu” dilarang agama. Mereka yang taat dengan Tuhannya akan meninggalkan semua kesenangan duniawi termasuk pacaran untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Jomblo demi Tuhan kan gak papa? Jadi jangan malu dibilang jomblo. Banyak hal bermanfaat yang bisa para jombloers lakukan demi mengabdi untuk sang kuasa. Hey, guys! Banyaaaak banget hal yang mungkin bermanfaat untuk orang lain yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kerusakan masyarakat. Terus berkarya demi kebaikan masyarakat, terus mendekatkan diri pada AllahSWT, berbakti pada orang tua, belajar menjadi pemimpin bagi masyarakat. Banyak sekali sangat sangat banyak. Pacaran itu hal sepele yang begitu gak prioritas untuk dilakukan. Ngapain melakukan hal yang gak penting sih kalo di umur kita yang produktif ini masih buanyak hal penting yang bisa kita lakukan, masih banyak karya yang bisa kita persembahkan untuk keluarga dan masyarakat?
“Terus gimana dong? Apa yang harus kita lakukan saat menyukai seseorang?” Islam memang tidak melarang seorang wanita mengungkapkan perasaannya kepada pria. Tapi untuk seumuran remaja yang masih belajar dan berkarya alangkah baiknya apabila kita diam dan memendam perasaan tersebut. Di dalam pemahaman umat islam terbagi dua macam: pertama melarang adanya komunikasi cinta, sedangkan ikatan pernikahan cukup dengan perantara orang yang dipercaya. Dan kedua komunikasi cinta tetap diperbolehkan selama dibatas wajar. Dan tentunya hal ini dilakukan oleh pasangan yang telah siap menikah. Tenang saja, untuk para remaja.. tidak berpacaran bukan berarti tidak dapat memperhitungkan dan mencari pasangan yang sholeh. Kita tetap bisa menilai orang lain yang kita rasa pantas, kita hanya cukup menahan hingga waktu yang tepat.lagian cinta kan gak harus diumbar-umbar? itu cinta apa kacang goreng kok diumbar-umbar? 

Mau taat? Jangan sampai terlambat. Jangan nunggu hamil dulu baru taubat dan taat. (ups) seorang remaja perempuan yang pacaran hingga mau “di apa-apakan” oleh si pasangan, itu bagaikan toilet. (ups) Kalian, Cuma sebagai tempat mampir buang air. Tapi para istri, mereka adalah rumah bagi para suami. Tempat berlindung, tempat berkeluh kesah, tempat berbagi rasa dan asa. Dan satu, pergi ke toilet tidak butuh komitmen, begitu juga pacaran, anak-anak SD pun sekarang sudah bisa memutuskan untuk pacaran. Namun, membangun rumah butuh komitmen! Begitu juga pernikahan. Semua butuh dipersiapkan, butuh pemikiran yang matang untuk membangun bahtera rumah tangga yang sakinnah, mawadah dan warrohmah. Sehingga dapat bersama keluarga membantu memperbaiki kerusakan dunia. Semoga melalui tulisan ini, kita tersadar bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan selain “CUMA” pacaran. Semua yang “CUMA” itu gak enak, seperti “CUMA TOILET.” Mau “CUMA” jadi tempat singgah buang air? (kicks) Wassalam!