Assalamu’alaikum
pemuda islam! Salam para harapan Bangsa
dan Agama! Salam para penyembuh kerusakan! Mungkin ini tulisan pertama saya yang
bertemakan agama. Sudah lama saya ingin mencoba menyembuhkan penyakit
remaja-remaja sepantaran saya. Di dalam tulisan saya ini, saya tidak berharap
akan mendapat beribu komentar maupun like, satu-satunya harapan saya adalah
semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi remaja hingga mampu sedikit menutup
lubang-lubang kenistaan yang merambah begitu luas di dunia. Artikel semacam ini
mungkin lebih tepat disebut sebagai curhatan seorang muslimah 17 tahun yang
begitu miris menyaksikan teman-teman sepantarannya yang telah benar-benar lupa
akan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Inspirasi menulis saya bermula ketika saya dan
keluarga menonton sebuah film horor indonesia beberapa hari yang lalu, dan
kebetulan kami berempat mendapat kursi di deretan pojok dan paling belakang. Awalnya
saya sudah mengira, malam minggu seperti waktu itu pasti akan banyak pemuda yang
dilanda romantisme pacaran akan mengincar kursi yang keluarga saya tempati. Kebetulan
kami masuk ke studio film paling awal saat penonton yang lain belum masuk,
sehingga saya sempat dengan seksama mengamati setiap penonton bioskop yang
masuk ke studio. Dan benar dugaan saya! Seisi studio bioskop di salah satu mall
besar di pusat kota Surabaya hampir dipenuhi oleh dua sejoli laki-laki dan
perempuan yang bergandengan mesra, dan deretan kursi paling belakang penuh
terisi oleh mereka yang sedang dilanda asmara. Bahkan saya bisa menghitung
berapa orang yang hanya datang sendirian dan berapa orang yang menonton bersama
keluarganya.
Saya sempat
berpikir, remaja-remaja ini sedang dilanda badai asmara atau malah badai
syahwat? Astaghfirullah.. tanpa pengawasan orang tua, hanya remaja laki-laki
dan perempuan berduaan di tempat gelap layaknya gedung bioskop dan mengincar
kursi paling belakang pula. Masih untung apabila kejadian ini terjadi di siang
hari, tapi bayangkan hal seperti ini terjadi saat tayangan horor midnight. Saat
itu memang saya dan keluarga berencana mengetes adrenalin dengan menonton horor
midnight, namun bukan film horor yang membuat kami bergidik, malah kelakuan
bejat remaja-remaja harapan bangsa yang membuat sendi-sendi kami begitu ngilu. Untuk
itulah, saya merasa kawan-kawan saya diluar sana butuh disadarkan. Saya tidak
bisa melakukan banyak, mungkin dengan menulis tulisan pendek ini dapat
menumbuhkan secarcik harapan untuk perubahan di masa mendatang.
Cinta dan kasih
sayang merupakan hal yang wajar dialami setiap umat manusia, apalagi para
remaja. Pertama kali merasakan rasa yang berbeda kepada lawan jenis juga pernah
saya rasakan, toh saya juga remaja normal seperti yang lainnya. Bahkan Allah
juga berfirman di surat Ar-ruum ayat 21 (QS 30:21) yang biasanya kita baca di
undangan-undangan pernikahan hehe “ Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya
ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung merasa tentram kepadanya, dan Dia yang menjadikan di antaramu rasa
kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir.” Tuh! Kurang jelas apa? Jelas yang
memberikan rasa cinta dan kasih sayang adalah Allah, suatu rasa yang diberikan
oleh yang Maha suci tentu rasa tersebut
juga suci, tentu apabila ditempatkan pada tempatnya.
Allah
memberikan rasa kasih sayang tentu tidak untuk dilampiaskan dengan nafsu, cinta
itu terlalu suci untuk dikotori dengan syahwat. Tapi yang kita saksikan di
sekeliling kita jelaslah berbeda. Pacaran? Yah! Hubungan yang saat ini banyak
dilakukan oleh remaja kita, yang akhirnya malah menjatuhkan mereka pada dosa
besar. Saya kerap berpikir, mengapa remaja sampai saat ini masih tidak bisa
menyadari tanda-tanda yang telah Allah berikan, sangat banyak remaja wanita
yang hamil di luar nikah, banyak aborsi, banyak bayi tak bersalah dibuang. Apa remaja
sekarang ini terlalu bodoh untuk memahami? Atau mereka telah siap dilalap api
neraka? Astaghfirullah..
Budaya
liberalisme barat sangat dalam menyeruak di benak para remaja kita. “Ah pacaran
gak ngapa-ngapain kok. Cuma telponan!” Memang semua hal hanya berawal dari “CUMA”.
Pacaran Cuma telponan, akhirnya ketemuan, tapi ketemuannya berdua-duaan. Sama aja
boong kali! Atau cuma pegangan tangan? Cuma peluk-pelukan? Cuma boncengan? Lama
lama ke “Cuma-Cuma” yang lain yang berujung pada “CUMA HAMIL” kok? Atau sekarang
sedang tren HTS (Hubungan Tanpa Status), dibilang pacaran bukan tapi melakukan
hal seperti orang-orang pacaran. Bukan pacaran tapi peluk-pelukan pas dibonceng.
Sama aja sweetheart! Atau mereka yang tidak mau dibilang pacaran
dengan berbagai macam alasan sehingga mengaku hanya berhubungan kakak beradik. “Kita
masih kecil kok, ngga pacaran Cuma kakak adikan aja.” Masih kecil kok udah bisa
menghasilkan “si kecil” -_______- (inhale)
Astaghfirullah...
bahkan remaja wanita sekarang sudah seperti (maaf) sandal obralan di pinggir
jalan, begitu murahnya didepan seorang lelaki. Apakah segitu murahnya
kehormatan kalian untuk di injak-injak kaum pria? Segitu mudahnya kah mereka
merampas kekayaan terbesar kalian? Ya Allah, hati saya menangis Kawan, melihat
teman-teman saya mau-maunya di raba-raba perhiasannya oleh sang pacar. Yang lebih
mengiris hati saya adalah malah banyak wanita berjilbab, yang mengaku dirinya
taat yang melakukan hal-hal demikian. Apa tidak malu? Simbol agama yang kau
sandang itu untuk apa? Untuk menutupi kebejatan kalian? Apa agama hanya tameng
untuk memuaskan pikiran-pikiran bejat kaum pria? Ini nih beberapa alasan konyol
remaja-remaja kita kalo disinggung tentang pacaran:
“Pacaran itu cuma
hubungan? Kenapa dilarang? Masa berhubungan gak boleh?” Pacaran itu Cuma istilah
ya? Camkan! ISTILAH! Tapi apa yang kalian lakukan itu yang malah dilarang. Sekalipun
bukan pacaran, tapi diganti dengan istilah lain entah bebek-bebekan,
kuda-kudaan atau yang lain-lain. Itu SAMA AJA BRO! Apa yang kalian lakuin
antara dua sejoli itu yang dipermasalahkan disini, got it?
“Kita Cuma LDR-an
kok! Cuma telponan, smsan, ngomong sayangnya juga lewat sms. Emang apanya yang
dibilang zina?” tuhkan! “CUMA” lagi. Emang zina Cuma lewat fisik aja? Emang lewat
telpon atau sms gak bisa zina? *maksutnya?* pikir aja sendiri! -_- semua itu
dikendalikan sama pikiran, kalo fisik bisa zina kenapa pikiran gak bisa zina?
“Orang tua
udah ngijinin kok.” Haha! Ada satu lagi alasan bodoh buat menutupi nafsu setan,
memang ya setan selalu punya berjuta-juta atau bahkan bermilyar-milyar jalan
untuk membuat manusia rusak di hadapan Tuhannya. Mana ada orang tua yang rela
anaknya pacaran? Mana ada orang tua rela anaknya berduaan di luar rumah tanpa
pengawasan? Sekalipun di mulut udah bilang iya, beda dimulut beda di hati, who
knows? Coba aja kita jadi orang tua? Apa rela, kekayaan kita, darah daging
kita, keluar malam-malam dengan pria? Apa tidak was was? IYA! TENTU! Saya bertaruh,
sesungguhnya tidak ada satupun orang tua yang rela melihat anaknya berpacaran. Kecuali
memang sudah waktunya.
“Pacaran kan
bisa support kita, jadi belajarnya lebih semangat dan lebih berprestasi.” Haha omong
kosong, Kawan! Satu lagi bualan bodoh yang klasik kita dengar. Awalnya pacaran
aja semangat, nanti tengahnya lebih ketagihan berduaan-nya dari pada
belajarnya. Tengah-tengahnya ada bertengkar, eh ngeganggu konsentrasi. Gak setuju
sama omongan saya? Mari kita terbuka saja, hitung seberapa besar presentasi
anda bahagia dengan pacar dan konsentrasi dengan sekolah dibanding presentase
sedih, gelisah, galau, kecewa, dan gak konsentrasi? Apalagi remaja jaman
sekarang, BBM gak dibalas, telpon gak diangkat, gak kasih kabar aja udah galau.
Terus nyebar status deh di twitter, “gue galau tingkat dewa nih!” haha apaan? Malah
kalo pacar lebih fokus sama kegiatan sekolah atau karya-karya besarnya, si
pasangan udah ngomel merasa tercampakkan. Dasar romantisme (gila) para remaja. Jadi
mananya yang semakin mendukung kalo modelnya malah begini?
“Kalo ada pacar
kan kita bisa punya temen curhat kalo lagi galau?” swap! Kena deh! Gimana mau
curhat kalo lagi galau, wong mereka
(si pasangan) yang cenderung bikin kita galau gak keruan, right? Alasan ini
semakin menunjukkan kalo anda-anda sekalian gak punya teman buat cerita. Kebanyakan
berduaan sama pacar sih sampe gak punya temen? Apa gak punya orang tua? Oh
sibuk? Saudara? Sibuk juga? ALLAH, sweetheart!
Kita punya Tuhan yang gak pernah tidur dan gak pernah nolak buat nerima
curhatan hamba-hambanya. Atau bisa follow akun twitter @zbtly aja terus kita
curhat-curhatan deh, hehe.
“Nanti kalo
gak pacaran, si dia di ambil orang?” right! Kalo dia pacaran sama orang lain,
berati dia gak sholeh/sholeha. Karena pria/wanita yang sholeh/sholehah pasti
gak akan pacaran karena memang “itu” dilarang agama. Mereka yang taat dengan Tuhannya
akan meninggalkan semua kesenangan duniawi termasuk pacaran untuk mengabdi
kepada Sang Pencipta. Jomblo demi Tuhan kan gak papa? Jadi jangan malu dibilang
jomblo. Banyak hal bermanfaat yang bisa para jombloers lakukan demi mengabdi untuk sang kuasa. Hey, guys! Banyaaaak banget
hal yang mungkin bermanfaat untuk orang lain yang bisa kita lakukan untuk
memperbaiki kerusakan masyarakat. Terus berkarya demi kebaikan masyarakat,
terus mendekatkan diri pada AllahSWT, berbakti pada orang tua, belajar menjadi
pemimpin bagi masyarakat. Banyak sekali sangat sangat banyak. Pacaran itu hal
sepele yang begitu gak prioritas untuk dilakukan. Ngapain melakukan hal yang gak
penting sih kalo di umur kita yang produktif ini masih buanyak hal penting yang
bisa kita lakukan, masih banyak karya yang bisa kita persembahkan untuk
keluarga dan masyarakat?
“Terus gimana
dong? Apa yang harus kita lakukan saat menyukai seseorang?” Islam memang tidak
melarang seorang wanita mengungkapkan perasaannya kepada pria. Tapi untuk
seumuran remaja yang masih belajar dan berkarya alangkah baiknya apabila kita
diam dan memendam perasaan tersebut. Di dalam pemahaman umat islam terbagi dua
macam: pertama melarang adanya komunikasi cinta, sedangkan ikatan pernikahan
cukup dengan perantara orang yang dipercaya. Dan kedua komunikasi cinta tetap
diperbolehkan selama dibatas wajar. Dan tentunya hal ini dilakukan oleh
pasangan yang telah siap menikah. Tenang saja, untuk para remaja.. tidak
berpacaran bukan berarti tidak dapat memperhitungkan dan mencari pasangan yang
sholeh. Kita tetap bisa menilai orang lain yang kita rasa pantas, kita hanya
cukup menahan hingga waktu yang tepat.lagian cinta kan gak harus diumbar-umbar? itu cinta apa kacang goreng kok diumbar-umbar?
Mau taat? Jangan
sampai terlambat. Jangan nunggu hamil dulu baru taubat dan taat. (ups) seorang
remaja perempuan yang pacaran hingga mau “di apa-apakan” oleh si pasangan, itu
bagaikan toilet. (ups) Kalian, Cuma sebagai tempat mampir buang air. Tapi para
istri, mereka adalah rumah bagi para suami. Tempat berlindung, tempat berkeluh
kesah, tempat berbagi rasa dan asa. Dan satu, pergi ke toilet tidak butuh
komitmen, begitu juga pacaran, anak-anak SD pun sekarang sudah bisa memutuskan
untuk pacaran. Namun, membangun rumah butuh komitmen! Begitu juga pernikahan. Semua
butuh dipersiapkan, butuh pemikiran yang matang untuk membangun bahtera rumah
tangga yang sakinnah, mawadah dan warrohmah. Sehingga dapat bersama keluarga
membantu memperbaiki kerusakan dunia. Semoga melalui tulisan ini, kita tersadar
bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan selain “CUMA” pacaran. Semua yang “CUMA”
itu gak enak, seperti “CUMA TOILET.” Mau “CUMA” jadi tempat singgah buang air?
(kicks) Wassalam!