Dewasa ini sampah selalu identik
dengan permasalahan dibelahan dunia manapun. Problem klasik sampah selalu
dihadapi oleh penduduk dunia, tetutama di wilayah perkotaan. Kerena usaha
mengurangi volume sampah lebih kecil dari pada laju produksinya.
Pernahkah
anda menghitung berapa banyak sampah yang anda hasilkan setiap harinya? Merujuk
pada asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), per hari setiap penduduk
Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah. Total sampah 237 juta penduduk x 0,8 kg = 189 juta ton sampah/hari. Dengan
rincian 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 juta ton sampah
plastik/hari. Padahal sampah plastik inilah yang paling sulit diatasi. Mengapa?
sebab membutuhkan waktu kurang lebih 400 th bagi mikroorganisme untuk
menguraikannya.
Sebagai
gambaran kota Surabaya, lahan TPA Benowo satu satunya TPA yang dimiliki dengan
luas lahan sebesar 37,4 Ha. Saat ini timbunan sampah di TPA Benowo sudah
mencapai sekitar 15 m, Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi
ketinggian timbunan sampah di TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Menurut badan
pengelolaan sampah di TPA benowo di tahun 2011, volume sampah masuk per hari
mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah
timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200
ton/hari. Dapat kita bayangkan tidak
sampai 5 tahun lagi timbunan sampah di TPA benowo akan mencapai batas maksimal,
dan itu artinya pemerintah Surabaya harus mencanangkan program untuk
pembangunan TPA-TPA baru. Jika terus membangun TPA baru, maka dapat dibayangkan
Jawa timur akan penuh dengan TPA TPA. Jika
tidak ada tindakan yang menangani penimbunan sampah tersebut maka ekosistem
bumi akan dipenuhi oleh sampah.
Dari sekian banyak masalah- yang sedang
mendera bangsa Indonesia, selain masalah sampah, salah satunya adalah masalah
ekonomi berupa tingginya angka pengangguran, rendahnya tingkat penghasilan
masyarakat serta kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh belum
tuntasnya penanganan sampah. Data BPS menunjukkan, pada Februari
2011 dari total angkatan kerja sebanyak 119,3 juta orang, sebanyak 8,12 juta
menganggur dan terdapat 30,02 juta orang miskin.
Menurut data diatas, alangkah baiknya jika jutaan orang
miskin dan menganggur tersebut dapat memanfaatkan dan mengolah limbah yang
keberadaannya semakin menumpuk seiring bertambahnya populasi manusia terutama
limbah plastic yang sukar diuraikan.
Bagaimana caranya? Pertama, kita harus membiasakan diri
memilah sampah. Kita sendirikan sampah organik seperti dedaunan, sisa makanan,
sayur, buah busuk dan lain lain. Sampah-sampah organic tersebut dapat kita
gunakan untuk pakan ternak serta membuat pupuk kompos yang berguna bagi
tanaman. Sendirikan sampah sampah kertas. Sampah dari kertas tersebut dapat
kita gunakan untuk membuat kertas daur ulang dan miniature dari bubur kertas.
Kita kumpulkan limbah limbah plastic yang sekiranya masih dapat dipakai kembali
atau didaur seperti sisa plastic bekas detergen, sabun cuci piring, molto dan
lain sebagainya.
Nah, hal ini adalah tantangan bagi kita untuk peduli
lingkungan. Sebagian masyarakat mengubur atau membakar produksi. Tindakan
tersebut jelas tidak tepat. Sebab, dengan mengubur limbah kaleng dan plastic
tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah pencemaran tanah dan
pencemaran air. Karena mikroorganisme tidak dapat menguraikan sampah-sampah
tersebut. Air tanah yang tercemar akan mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan
membakar sampah dapat menghasilkan emisi karbon yang kemudian menumpuk di
atmosfer sehingga memperparah global warming.
Lalu bagaimana jalan keluar untuk mengurangi penimbunan
sampah tersebut sekaligus dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat? Nah, setelah sampah-sampah disetiap rumah dipilah pilang menurut
jenisnya, kita kumpulkan sampah tesebut dalam satu dasa wisma. Sampah sampah
plastic yang sepertinya tidak berguna akan kita sulap menjadi barang-barang
cantik, unik, memiliki daya guna tinggi serta bernilai jual.
Kedua, barangkali diantara warga ada yang berpotensi
merancang pola sederhana, menjahit, sehingga dari sampah-plastik itu dapat
dihasilkan barang barang bernilai jual seperti tas, dompet, sandal, sabuk, dan
souvenir-souvenir lucu yang memiliki daya guna lebih dari sekedar sampah
plastic. Dasa wisma tersebut bisa menjadi kampong wisata yang dapat
meningkatkan taraf perkonomian masyarakat. Ternyata sampah yang selama ini kita
nilai sebagai barang barang yang terbuang dan tidak memiliki daya guna dapat
dimanfaatkan untuk hal hal lebih berguna sekaligus membuka lapangan pekerjaan.
Tinggal para manusia mempunya kesadaran terlebih kemauan untuk mengolah sampah
sampah yang terus menumpuk itu atau tidak.
Sumber: Dari berbagai sumber
ini daerah mana ya?? bisa gak saya beli tasnya?
BalasHapus