Kamis, 14 Februari 2013

Waste and Unemployed



Dewasa ini sampah selalu identik dengan permasalahan dibelahan dunia manapun. Problem klasik sampah selalu dihadapi oleh penduduk dunia, tetutama di wilayah perkotaan. Kerena usaha mengurangi volume sampah lebih kecil dari pada laju produksinya.
Pernahkah anda menghitung berapa banyak sampah yang anda hasilkan setiap harinya? Merujuk pada asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), per hari setiap penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah. Total sampah 237 juta penduduk  x 0,8 kg = 189 juta ton sampah/hari. Dengan rincian 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 juta ton sampah plastik/hari. Padahal sampah plastik inilah yang paling sulit diatasi. Mengapa? sebab membutuhkan waktu kurang lebih 400 th bagi mikroorganisme untuk menguraikannya.
Sebagai gambaran kota Surabaya, lahan TPA Benowo satu satunya TPA yang dimiliki dengan luas lahan sebesar 37,4 Ha. Saat ini timbunan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15 m, Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian timbunan sampah di TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Menurut badan pengelolaan sampah di TPA benowo di tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200 ton/hari. Dapat  kita bayangkan tidak sampai 5 tahun lagi timbunan sampah di TPA benowo akan mencapai batas maksimal, dan itu artinya pemerintah Surabaya harus mencanangkan program untuk pembangunan TPA-TPA baru. Jika terus membangun TPA baru, maka dapat dibayangkan Jawa timur akan penuh dengan TPA TPA. Jika tidak ada tindakan yang menangani penimbunan sampah tersebut maka ekosistem bumi akan dipenuhi oleh sampah.
Dari sekian banyak masalah- yang sedang mendera bangsa Indonesia, selain masalah sampah, salah satunya adalah masalah ekonomi berupa tingginya angka pengangguran, rendahnya tingkat penghasilan masyarakat serta kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh belum tuntasnya penanganan sampah. Data BPS menunjukkan, pada Februari 2011 dari total angkatan kerja sebanyak 119,3 juta orang, sebanyak 8,12 juta menganggur dan terdapat 30,02 juta orang miskin.
Menurut data diatas, alangkah baiknya jika jutaan orang miskin dan menganggur tersebut dapat memanfaatkan dan mengolah limbah yang keberadaannya semakin menumpuk seiring bertambahnya populasi manusia terutama limbah plastic yang sukar diuraikan.
Bagaimana caranya? Pertama, kita harus membiasakan diri memilah sampah. Kita sendirikan sampah organik seperti dedaunan, sisa makanan, sayur, buah busuk dan lain lain. Sampah-sampah organic tersebut dapat kita gunakan untuk pakan ternak serta membuat pupuk kompos yang berguna bagi tanaman. Sendirikan sampah sampah kertas. Sampah dari kertas tersebut dapat kita gunakan untuk membuat kertas daur ulang dan miniature dari bubur kertas. Kita kumpulkan limbah limbah plastic yang sekiranya masih dapat dipakai kembali atau didaur seperti sisa plastic bekas detergen, sabun cuci piring, molto dan lain sebagainya.
Nah, hal ini adalah tantangan bagi kita untuk peduli lingkungan. Sebagian masyarakat mengubur atau membakar produksi. Tindakan tersebut jelas tidak tepat. Sebab, dengan mengubur limbah kaleng dan plastic tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah pencemaran tanah dan pencemaran air. Karena mikroorganisme tidak dapat menguraikan sampah-sampah tersebut. Air tanah yang tercemar akan mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan membakar sampah dapat menghasilkan emisi karbon yang kemudian menumpuk di atmosfer sehingga memperparah global warming.
Lalu bagaimana jalan keluar untuk mengurangi penimbunan sampah tersebut sekaligus dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat? Nah, setelah sampah-sampah disetiap rumah dipilah pilang menurut jenisnya, kita kumpulkan sampah tesebut dalam satu dasa wisma. Sampah sampah plastic yang sepertinya tidak berguna akan kita sulap menjadi barang-barang cantik, unik, memiliki daya guna tinggi serta bernilai jual.
Kedua, barangkali diantara warga ada yang berpotensi merancang pola sederhana, menjahit, sehingga dari sampah-plastik itu dapat dihasilkan barang barang bernilai jual seperti tas, dompet, sandal, sabuk, dan souvenir-souvenir lucu yang memiliki daya guna lebih dari sekedar sampah plastic. Dasa wisma tersebut bisa menjadi kampong wisata yang dapat meningkatkan taraf perkonomian masyarakat. Ternyata sampah yang selama ini kita nilai sebagai barang barang yang terbuang dan tidak memiliki daya guna dapat dimanfaatkan untuk hal hal lebih berguna sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Tinggal para manusia mempunya kesadaran terlebih kemauan untuk mengolah sampah sampah yang terus menumpuk itu atau tidak. 

Sumber: Dari berbagai sumber

1 komentar:

Kamis, 14 Februari 2013

Waste and Unemployed



Dewasa ini sampah selalu identik dengan permasalahan dibelahan dunia manapun. Problem klasik sampah selalu dihadapi oleh penduduk dunia, tetutama di wilayah perkotaan. Kerena usaha mengurangi volume sampah lebih kecil dari pada laju produksinya.
Pernahkah anda menghitung berapa banyak sampah yang anda hasilkan setiap harinya? Merujuk pada asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), per hari setiap penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah. Total sampah 237 juta penduduk  x 0,8 kg = 189 juta ton sampah/hari. Dengan rincian 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 juta ton sampah plastik/hari. Padahal sampah plastik inilah yang paling sulit diatasi. Mengapa? sebab membutuhkan waktu kurang lebih 400 th bagi mikroorganisme untuk menguraikannya.
Sebagai gambaran kota Surabaya, lahan TPA Benowo satu satunya TPA yang dimiliki dengan luas lahan sebesar 37,4 Ha. Saat ini timbunan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15 m, Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian timbunan sampah di TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Menurut badan pengelolaan sampah di TPA benowo di tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200 ton/hari. Dapat  kita bayangkan tidak sampai 5 tahun lagi timbunan sampah di TPA benowo akan mencapai batas maksimal, dan itu artinya pemerintah Surabaya harus mencanangkan program untuk pembangunan TPA-TPA baru. Jika terus membangun TPA baru, maka dapat dibayangkan Jawa timur akan penuh dengan TPA TPA. Jika tidak ada tindakan yang menangani penimbunan sampah tersebut maka ekosistem bumi akan dipenuhi oleh sampah.
Dari sekian banyak masalah- yang sedang mendera bangsa Indonesia, selain masalah sampah, salah satunya adalah masalah ekonomi berupa tingginya angka pengangguran, rendahnya tingkat penghasilan masyarakat serta kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh belum tuntasnya penanganan sampah. Data BPS menunjukkan, pada Februari 2011 dari total angkatan kerja sebanyak 119,3 juta orang, sebanyak 8,12 juta menganggur dan terdapat 30,02 juta orang miskin.
Menurut data diatas, alangkah baiknya jika jutaan orang miskin dan menganggur tersebut dapat memanfaatkan dan mengolah limbah yang keberadaannya semakin menumpuk seiring bertambahnya populasi manusia terutama limbah plastic yang sukar diuraikan.
Bagaimana caranya? Pertama, kita harus membiasakan diri memilah sampah. Kita sendirikan sampah organik seperti dedaunan, sisa makanan, sayur, buah busuk dan lain lain. Sampah-sampah organic tersebut dapat kita gunakan untuk pakan ternak serta membuat pupuk kompos yang berguna bagi tanaman. Sendirikan sampah sampah kertas. Sampah dari kertas tersebut dapat kita gunakan untuk membuat kertas daur ulang dan miniature dari bubur kertas. Kita kumpulkan limbah limbah plastic yang sekiranya masih dapat dipakai kembali atau didaur seperti sisa plastic bekas detergen, sabun cuci piring, molto dan lain sebagainya.
Nah, hal ini adalah tantangan bagi kita untuk peduli lingkungan. Sebagian masyarakat mengubur atau membakar produksi. Tindakan tersebut jelas tidak tepat. Sebab, dengan mengubur limbah kaleng dan plastic tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah pencemaran tanah dan pencemaran air. Karena mikroorganisme tidak dapat menguraikan sampah-sampah tersebut. Air tanah yang tercemar akan mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan membakar sampah dapat menghasilkan emisi karbon yang kemudian menumpuk di atmosfer sehingga memperparah global warming.
Lalu bagaimana jalan keluar untuk mengurangi penimbunan sampah tersebut sekaligus dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat? Nah, setelah sampah-sampah disetiap rumah dipilah pilang menurut jenisnya, kita kumpulkan sampah tesebut dalam satu dasa wisma. Sampah sampah plastic yang sepertinya tidak berguna akan kita sulap menjadi barang-barang cantik, unik, memiliki daya guna tinggi serta bernilai jual.
Kedua, barangkali diantara warga ada yang berpotensi merancang pola sederhana, menjahit, sehingga dari sampah-plastik itu dapat dihasilkan barang barang bernilai jual seperti tas, dompet, sandal, sabuk, dan souvenir-souvenir lucu yang memiliki daya guna lebih dari sekedar sampah plastic. Dasa wisma tersebut bisa menjadi kampong wisata yang dapat meningkatkan taraf perkonomian masyarakat. Ternyata sampah yang selama ini kita nilai sebagai barang barang yang terbuang dan tidak memiliki daya guna dapat dimanfaatkan untuk hal hal lebih berguna sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Tinggal para manusia mempunya kesadaran terlebih kemauan untuk mengolah sampah sampah yang terus menumpuk itu atau tidak. 

Sumber: Dari berbagai sumber

1 komentar: