Jumat, 27 April 2012

Three Angels part III (Believe! God has plans ^^)

maaf udah buat readers nunggu beberapa hari *kesela UN sih hehe* menurut aku part3 paling abis-abisan bikinnya. soalnya gamau kecewain readers tercinta kalo sampe penutupnya unexpect :( maaf kalo jelek ya? mungkin kemampuan saya saat ini sampai disini dulu :) tapi saya janji bakal terus nulis buat unggah pengetahuan saya tentang dunia tulis menulis :) happy read :*


“Saudara daksa harus segera diporasi” kata seorang lelaki paruh baya di depan meja dengan sebuah stetoskop terkalung rapi di lehernya.
“apa kondisinya semakin memburuk dok?” jawab lelaki yang berada diruangan sama dengan si dokter.
“penanganan medis harus segera dilakukan pak! Apa bapak membiarkan anak bapak diam tidak bergerak dan terus merasakan kesakitan akibat tulang selangkanya yang remuk? Gagar otak yang dideritanya tidak begitu parah sehingga keadaan kepalanya sudah mebaik, hanya tulangnya yang harus segera ditangani” dokter mempertegas omongannya
“Pa! Mau gak mau daksa harus segera dioprasi. Daksa anak kita! Mama gak akan maafin papa kalo daksa kenapa-kenapa! Lakukan penanganan medis yang terbaik segera untuk anak saya Dok! Permisi” seorang wanita dengan make up lengkap keluar dari ruangan yang bertuliskan “ruang dokter” di pintunya.
***

“ayah model apa kau ini? Tidak tegas sama sekali. Daksa harus segera dioprasi!” seorang wanita turun dari mobil dengan mulut yang tak henti mengomel.
“kok papa terus disalahin? Semua gara-gara mama. Pulang dari bandara haruskah anak yang menjemput? Ibu model apa itu? Sudah tau waktu itu daksa baru pulang sekolah. Kenapa mama memaksanya untuk menjemput nona besar sepertimu?” Pak Deni mengikuti langkah istrinya masuk kedalam rumah dengan tulisan “RUMAH INI TELAH DISITA” dipintunya.
“waktu itu mama sudah telpon papa, tapi papa malah sibuk! Jangan jangan papa sedang kencan dengan sekertaris papa itu lagi?” kini mereka berdua berada di ruangan yang sama. Mewah, guci antik dipajang dimana-mana, hampir setiap mata yang jatuh dipojok ruangan, disitu pula ditemukan guci dengan ukuran super besar yang tentunya berharga tak murah.
“jangan bawa orang ketiga. Selama ini mama memang tak pernah percaya dengan papa!” Pak Deni menjatuhkan tubuhnya tepat diatas sofa besar berwarna cream yang menambah aksen dinamis di ruang tamu rumah Uri.
“kalau papa tak terlibat dalam acara penggelapan uang kantor, pasti daksa sudah berkumpul bersama kita diruang ini!”
“sudah papa bilang berkali kali, papa tak tahu menahu soal itu ma!” suara keduanya meninggi
“mama malu dengan teman kantor dan teman arisan mama, mereka semua men judge mama sebagai istri koruptor dan ini semua gara-gara papa!”
“sudah kubilang! Aku tidak korupsi!” telapak tangan sedang melayang di udara bersiap mengenai pipi wanita cantik di depannya. *Ya, walau sudah berkepala empat, wajah mama uri tetap cantik* Namun tamparannya tertahan.
“Apa, ha? Mau tampar mama? Oh jadi sekarang papa sudah berani main kasar? Oke! Ini tampar mama!” Bu Diah mendekakatkan wajahnya ke tangan Pak Deni yang masih kaku tak bergerak di udara.
“asssh!” Pak deni kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama.
“pokoknya kalau sampe papa terbukti korupsi uang perusahaan. Mama minta cerai!” Brak!! terdengar suara pintu di tutup keras-keras diujung ruangan.
“oke! Lebih baik kita cerai! Tak usah menunggu sampai aku terbukti menggelapkan uang.” Pak deni keluar rumah dan beberapa menit kemudian diikuti suara mobil yang digas penuh emosi. Diluar sepengetahuan mereka, Uri sedang mengintip dari lantai atas, tak kuasa menahan air mata dan luapan emosinya. “bahkan mereka tak sadar masih ada aku disini” suaranya lemah bergetar.
***

                Hazel berdiri di depan pintu kelas X-2, matanya mencari sang pujaan hati yang berhasil dikecupnya semalam. Namun pandangannya terhalang oleh manda yang kini berdiri penuh keganjenan di depannya. “hei pangeranku yang paling tampan. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” seperti biasa tangan manda langsung bergelayot manja di lengan hazel. “sorry Man, gue buru-buru” hazel bersabar. Yah! Dihari pertama jadiannya, hazel tak ingin mempunyai impress jelek di mata Mini. Mini duduk dibangkunya seperti biasa. Yang tadinya menggelora penuh cinta menunggu pangeran bermobil jazznya, Hazel *?* kini meluap emosinya. “sabar mini sabar. Resiko punya pacar cakep, huh!” suara dari dalam hatinya mencoba menyabarkan diri. Beberapa detik kemudian hazel sudah duduk manis disebelah mini. “sorry ya gue telat” hazel mendekatkan mulutnya dan berbisik ke telinga Mini. “yes oke, gue tau kok loe gak bisa tidur setelah kejadian kemaren kan? haha” mini menggoda diikuti tawa manisnya, kini mulutnya yang mendekat ke telinga hazel.  “eittss! Lu ngapain bisik bisik ditelinga cowok gue? Sono minggir putri abu. Lu gak pantes duduk disebelah pangeran hazel milik manda seorang.” Mini hampir akan meluapkan emosinya yang menggunung, tapi hazel menarik tangganya lembut berniat mencegah semua memanas. Untungnya mini berhasil kendalikan emosinya. Hazel dan mini tetap asik berbisik ria yang malah tawa mereka semakin menjadi. Entah sengaja atau? “awww!” teriak mini sakit sekaligus kaget. Manda berani menjambak rambut mini yang tadinya terkuncir rapi. Hazel berdiri, merengkuh mini ke pelukannya dan segera menariknya ke depan kelas. “sekarang Mini milik gue, dia cewek gue dan gak seorangpun boleh pegang dia. Sekalipun itu loe Manda!” tangan kirinya tetap memeluk mini dan telunjuk kanannya tepat menunjuk manda. “gak peduli cewek atau cowok gue bakal bikin perhitungan sama kalian yang bikin Mini gue terluka! Dan sekarang kalian bisa bilang ke seluruh dunia bahwa mini cuma punya gue!” hazel memeluk mini erat seakan tak mau kehilangan putri manisnya itu, mini speechless *tentu* jantungnya, sarafnya, perutnya, otaknya semua sekaan dimatikan oleh ke charmingan (?)  Hazel yang kini hanya miliknya seorang. “wow!! So sweet!!” teriak cewek cewek penggemar hazel yang ternyata sudah berdiri di depan pintu beberapa detik yang lalu, hanya satu tujuan mata mereka, ya Hazel dan mini yang kini berpelukan mesra di dalam kelas X-2. “You’re Su*k” Brakk, manda menggebrak bangku sebelum akhirnya lari menerobos gerombolan cewek di depan pintu yang masih terbius oleh ketampanan hazel.
***

                Hazel menggandeng tangan Mini erat, yah kini mereka jalan ke parkiran sekolah. “Eciiiee, yang lagi berbunga-bunga ni yee” sudah ada seva yang mensejajari langkah mereka dan segera menyenggol mini manja. “eh seva, mau bareng pulang gak? Sekalian gitu kan searah” tawar mini. “eh ngga usah, gue bareng si adsyah aja. Udah kalian duluan gih” mereka berhenti di depan honda jazz merah. Milik siapa lagi? Hazel tentunya. “ok kalo gitu kita duluan yaah?” tangan hazel melambai di kaca mobil yang ¾ membuka diikuti mobil yang sedikit demi sedikit bergerak menjauhi Seva.
Sedetik kemudian *ciiit* pajero putih mengerim tepat di depan mata seva. “eh Kak Zillan” Seva sok kaget. “mulai sekarang, aku yang berkewajiban anterin kamu pulang. Ayo naik” kaca mobil terbuka dan beberapa detik kemudian keluar suara charming dari dalem mobil. Dalam hitungan detik seva sudah rapi dengan sabuk pengaman melingkar di badannya. Mobil mereka melaju. “kak? Langsung pulang aja ya?” seva membuka suara setelah pajero sport putih telah beberapa ratus meter menjauh dari SMA tempat seva sekolah. “bener ni langsung pulang? Engga nyesel gamau lewatin hari kedua kita ketemu gak bareng sama kak Zillan?” tanya kak zilan menggoda. “uhmm...”  seva hanya memainkan gantungan kunci berbentuk hati kado dari kak veve 5 bulan lalu. “gimana kalo kita ke mall dulu. Kak zillan udah lama gak menapakkan kaki di mall jakarta, kamu mau kan temenin kak zillan?” “uhmmm” seva hanya ber “ehem” ria (?) “oke ehem, artinya iya! Kalo gitu kita cabut ke mall” zillan tancap gas, dan seva hanya tersenyum malu malu disebelahnya.

                Mobil ziilan begitu cepat melaju, kini mereka berdua telah berada di salah satu butik gaun pesta di dalam mall tersebut.
“kak zillan mau ngapain ke sini?” tanya seva penasaran setelah hanya mengatupkan bibirnya.
“mau cariin kamu gaun”
“ha? Ngapain? Ga usah kak, buat apa?” Seva menarik tangan zillan keluar dari toko yang dikelilingi kaca tersebut.
“Nanti malem mama aku ulang tahun, kita adain makan malem kecil kecilan dirumah aku nanti, sekaligus hazel mau kenalin mini ke mama aku. Kamu mau aku dateng kan? Atau kamu juga mau aku kenalin ke mama aku sebagai pacar aku?” kak hazel kembali menarik tangan seva memasuki butik gaun yang tentunya dipenuhi gaun charming disana sini.
“ihh, kak zillan bercanda ih, ulang tahun? Jadi kak zillan beliin aku gaun gitu?” Seva hanya menurut saat Zillan menggandeng tangannya erat memasuki butik
“ iya manis, kamu mau pake gaun warna apa?” zillan menjentikkan jarinya dan datang beberapa pelayan butik membawakan gaun untuk Seva. Seva hanya berdiri kaku.

***

Seva melihat tubuhnya elok di depan kaca super besar dikamarnya. Gaun putih elegan yang tadi dibelikan zillan khusus untuk Seva telah dikenakannya. Gaun selutut dengan manik manik permata menghias dan memberi kesan megan di bagian depan. Rambutnya dibiarkan terurai dengan hiasan bunga kecil warna putih. Tidak hanya itu, rambut khas seva yang biasanya hitam lurus sepinggang masih bau salon *haha* rambutnya tidak lurus lagi, melainkan membentuk mie keriting di bagian bawah. Diarahkannya kedepan, beberapa accecoris seperti kalung, gelang dan sepatu hak tinggi tidak lupa semua telah rapi dipakainya dan deng deng seva berubah menjadi cinderella masa kini.  Suara klakson mobil berbunyi dibawah, “itu pasti kak zillan” pekik seva. Segera seva mengambil tas pegangnya di kasur dan kado untuk mama kak zillan yang sudah terbungkus rapi dengan kertas kado warna perak. Ternyata Adsyah dan mamanya sudah menunggu di depan pintu bersama Zillan yang terlihat sangat sangat maco. Beberapa detik kemudian seva sudah berada di samping zillan yang fokus membawa mobil menuju ke rumahnya.
***

Pesta telah usai, makan malam special bagi hazel dan mini juga berjalan tanpa halangan. Semua senang tentunya *kecuali uri* seva bersiap untuk pulang namun tak dilihatnya kak zillan dimana-mana
“Seva” panggil mama kak zillan
“eh iya tante?” seva mendekat ke mama kak zillan yang cantik dengan gaun merah berselendang bersama ayah kak zillan di sebelahnya.
“sudah mau pulang ya?” tanya mama kak zillan lagi
“iya tante, sudah malam. Kan besok Seva sekolah” seva mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mama papa seorang cowo yang berhasil membuatnya mencar hari ini.
“eh mau kemana kamu? Kamu sudah berdandan cantik hari ini jadi jangan langsung pulang ya? Zillan sedang menunggumu di taman belakang. Cepat temui dia” kata pak Richi ramah. Seva bergegas menemui kak zillan di taman belakang rumah. Lilin lilin putih yang menyala menerangi taman yang remang remang. Seva melihat seperti sosok kak zillan duduk di salah satu bangku taman dengan benda di tangannya. “apa itu?” tanya seva. Oh gitar kesayangan zillan ternyata. Zillan mulai menggenjreng gitar di tangannya saat seva mendekat. Jreng jreng...
“beautiful girl where ever you are, i know when i saw u, u had open the door,u said hello and i turn to go, u make me love again after along long while i’d love again” #Beautiful girl-jose mari chan. Zillan bernyanyi dengan iringan gitar di tanganya. Seva tak berkutik tetap berdiri di depan kak zillan dengan matanya yang sejak tadi tetap tak berkedip. Zillan menyelesaikan lagunya, menaruh gitarnya dan kemudian menggandeng seva ke tengah tengah taman rumahnya yang super luas. Ia keluarkan satu mercon panjang dan menyuruh seva memegangnya.
“kembang api? Seva udah lama gak main ini” seva tersenyum mengenggam kembang api dan diarahkannya keatas.
“sudah siap?” tanya zillan. “hum” seva menganggukkan tangannya dan segera melihat ke angkasa. Tak ia duga bahwa zillan memeluknya dari belakang, tangan kanan zillan memegang tangan seva yang menggenggam kembang api sedang tangan kirinya bersiap menyalakan kembang api. Mereka berdua mengadah ke langit dan jedar jedarr... satu demi satu percikan kembang api melambung indah di angkasa. Semakin lama, percikannya semakin pelan keluar. “ah mungkin sudah mau habis” pikir seva. Namun... JEDAAAR!! Suinnggg... satu lagi percikan kembang api yang benar benar melambung tinggi, Jedaaar!!! Wow! Tulisan “ I LOVE YOU” kini mengembang di angkasa.  ini percikan yang paling beda dari yang lain. Seva tak berkutik “apa kak zillan nembak aku malem ini? Wow ini kembang api pasti dibawa jauh dari jerman. Di indonesia mana ada kembang kaya begini? haha” ia termakan oleh pikirannya. Namun dengan segera zillan menggenggam tangan seva “bolehkah aku jadi temen sekaligus pacar yang baik buat kamu seva?” suara kak zillan memecah suasana. Seva masih diam tak tau apa yang harus ia lakukan. Menghilang dari bumi begitu saja, ingin terbang seperti buih atau mengubur diri dalam tanah? “terima, terima, terima” teriak orang orang yang sepertinya seva mengenal suaranya. Adsyah, veve, hazel dan mini berdiri di depan pintu dengan senyum. “ayo seva! Bilang iya sebelum zillan berubah pikiran! Asal kau tau zillan sedikit plin plan haha” teriak Hazel dari kejauhan. Seva hanya dia sebelum kemudian kata “IYA” keluar pelan dari mulutnya. Zillan memeluknya dan mengecup keningnya di bawah cahaya bulan di malam special ini. Yap Seva dan kak zillan resmi jadian!! Yeay! Gak jomblo lagi dong? *tinggal pengarangnya yang jomblo haha*
Seva turun dari mobil kak Zillan, kak adsyah pulang duluan karena harus mengantar veve pulang. Seva bergegas masuk kerumah setelah dilihatnya mobil kak zillan bergerak menjauh. Tapi ada mobil? Mobil siapa? Seva masuk dan dilihatnya excell diruang tamu sedang ngobrol dengan adsyah dan mamanya. “Uri di kamar kamu Seva” kata kak zillan. “kenapa Uri?” tak ia pedulikan excel, adsyah atau siapapun ia segera menanggalkan high hellsnya dan berlari ke lantai atas. Dilihatnya uri terbaring lemah di kasur ungunya. Seva mendekat, “Uri?” suaranya pelan, seva khawatir. Ia takut kehilangan sosok Uri sahabatnya. “Uri mabuk?” seva marah dan kembali berlari ke ruang tamu. “siapa yang bikin uri gini? Uri anti alkohol dan sekarang dia teler? Loe cel?” seva mendorong excel kebelakang. “seva loe sabar dong! Excel tadi lagi manggung di cave, pas dia pulang dia lihat Uri udah dalam keadaan gak sadar di cave yang sama.” Jelas adsyah dan segera memeluk seva untuk menenangnya adiknya yang kini gemetaran. “gue bawa uri kesini karena gue gak tau rumahnya, yang gue tau loe sahabat dia, jadi gue bawa kesini” excel menjelaskan, baju excel kotor sepertinya uri sempat mengeluarkan isi perutnya saat tadi excel menolongnya. “oke kalo gitu gue pamit” excel pamit dan adsyah mengantarnya kedepan.
***

Rumah uri kembali memanas karena pertengkaran mama dan papanya kembali terulang. Suasana dirumah uri semakin mencekam, banyak barang-barang yang pecah *serem ya?* Uri tak kuat menahan semuanya, ia berlari keluar rumah tak peduli apakah ada barang melayang yang akhirnya harus mengenai kepalanya. Ia tak kuat jika harus mendengar pertengkaran mama dan papanya. Uri mau kemana? Ke rumah sakit kak daksa mungkin tempat yang bisa bikin uri lebih baik.”Tak perlu supir, taksi lebih baik” pikirnya. Sampai dikamar kak daksa, dilihatnya kak daksa yang masih pucat dan terbaring lemah diranjang. Hiks hiks... uri berlari mendekat ranjang kak daksa dan menggengam tangan kakaknya. Ia tumpah air mata yang tak bisa tumpahkan dirumahnya yang kini hanya seperti neraka di mata uri. “Adek?” kak daksa bangun. “kakak? Kak daksa gimana keadaannya?” uri menghapus air matanya. “kenapa kamu nangis? Mana uri kecilku yang kuat?” kak daksa menguatkan uri. Hiks hiks.. uri memeluk kak daksa erat, tangisnya kembali menjadi. Daksa biarkan Uri memeluknya erat Uri sepertinya memang butuh pelukan kakaknya setelah selama ini tidak bisa dirasakan Uri selama daksa di rumah sakit. “mama papa bertengkar terus kak” suara uri pelan, daksa tak menjawab apa-apa. Air matanya menetes. Daksa terlalu lemah untuk memeluk uri, bahkan hanya untuk mengatakan sesuatu.
Suara pintu kamar rumah sakit daksa dibuka. Ada seva, Mini dan Hazel berdiri sayu di depan pintu. Mini berlari memeluk uri karena mini tau uri membutuhkan kembali sosok sahabat yang dulu sangat disayangnya. “mini?” suara uri dalam tangisnya. Mereka berpelukan erat, seva mendekat dan beberapa detik kemudian memeluk kedua sahabatnya yang tenggelam dalam haru. “kita udah baikan uri, jadi kamu harus balik kaya uri yang dulu juga ya?” seva membuka suara. “iya uri, kita juga udah cari penggalangan dana untuk membantu operasi kak daksa agar kak daksa bisa sembuh secepatnya.” Kata mini seraya melepaskan pelukannya. “apa?” uri kaget. “iya uriku sayang tidak banyak, kami hanya berhasil mendapatkan setengah dari seluruh dana yang dibutuhkan. Itupun sudah ditambah dengan uang simpanan kami” suara seva pelan. “aku sungguh merepotkan kalian, maafkan aku” suara uri bergetar, mereka bertiga kembali berpelukan.
“Daksa sudah bisa dioprasi Seva” suara kak zillan memecah suasana. Berdiri kak veve, kak excel disampingnya *kenapa kak excel ikut? Cengoo semua bingung -__-  dan seorang laki laki yang tak seva kenal. “maksut kakak?” tanya seva innocence, suasana hening. “ini pak Desta, dia orang yang menabrak daksa waktu itu. Orang ini berjanji akan melunasi seluruh biaya yang dibutuhkan dalam operasi kak daksa.” Jelas adsyah “ha? Sungguh?” tanya uri dan mini berbarengan, sedang seva hanya diam *saking kagetnya* “Iya semuanya, maaf. Yang kemarin menabrak saudara daksa adalah supir saya. Saya tidak tahu apa-apa setelah polisi datang kerumah saya dan menjelaskan semuanya. Saya berjanji saya akan bertanggung jawab. Bahkan sekarang juga daksa bisa dioprasi jika kondisinya memungkinkan.” Jelas pak Desta panjang lebar, ternyata sungguh baik bapak bapak ini. *haha (?)* “siapa yang lapor ke polisi?” tanya uri penasaran. “Gue Uri” jawab Excel pelan. “waktu itu gue lagi ada acara band di tempat kakak loe kecelakaan, gue gak tau bahwa itu daksa awalnya. Tapi ternyata mobil pak desta malah kabur akhirnya spontan gue potret plat nomor mobil pak desta sama HP gue dan ternyata berhasil. Tadi gue cerita ke adsyah tentang kecelakaan seminggu lalu karena gue merasa gue punya tanggung jawab di masalah ini. Akhirnya kita ke kantor polisi, syukurlah pak desta mau bertangungg jawab. Iya kan? Terang excel panjang lebar sebelum uri  dan yang lainnya bertanya semakin banyak lagi. Pak desta segera mengurus administrasi dan beberapa menit kemudian adsyah, veve, pak Desta, Excel  seva dan kedua sahabatnya sudah berada didepan ruang operasi.
***

Orang tua uri masih bertengkar, oh gosh rumahnya benar benar seperti kapal pecah. Guci guci antiknya pecah dan beling dimana mana. *siapa yang mau bersihin?* tok tok tok... suara pintu diketuk diluar sana. Polisi? Mama uri panik, ia semakin yakin bahwa suaminya pasti ikut campur dalam penggelapan dana perusahaan. *tunggu dulu buk! Polisinya mau jelasin sesuatu nih*
“benar ini kediaman bapak deni?” tanya dua polisi berseragam lengkap, tetap menyeramkan seperti polisi dimana mana *menurut gue semua polisi itu serem :p*
“iya benar” jawab pak deni dengan mata sayu, mungkin lelah setelah berperang dengan istrinya.
“bapak tidak terbukti bersalah, kami sudah mendapatkan beberapa bukti dan kami sudah tau pelakunya. Bapak hanya diminta untuk datang ke pengadilan sebagai saksi besok siang sekaligus mengurus kembalinya rumah anda yang untuk sementara di sita”
“jadi suami saya tidak bersalah?” mama uri berjalan gontai menuju pintu utama rumah mewah tersebut.
“iya, suami ibu tidak bersalah. Kalau begitu kami permisi” mama uri memeluk pak Deni “maafin mama ya Pa?” air matanya mengalir tanda ia sangat merasa bersalah, bagaimanapun mereka saling mencintai. “iya ma, maafin papa juga ya?” setelah selesai peluk-pelukannya *dorr! Mobil mereka melaju ke rumah sakit untuk melihat keadaan daksa.
***

Keadaan daksa semakin hari semakin baik, bahkan lusa daksa sudah diperbolehkan masuk sekolah. keluarga uri kembali seperti semula dong tentunya. *gimana gucinya yang pecah?* keluarga uri gak jadi jatuh miskin karena ayahnya difitnah terlibat korupsi atau apalah itu, jadi masih bisa beli guci antik lagi *haha xD
drrrddttt drtttddttt hape Uri bergetar, “siapa jam 10 malem telpon? Gue udah mau tidur!” desah uri kesal, namun matanya langsung melek ketika dilihat nama “EXCEL” terpampang di layar hapenya. “Excel nelpon? Ngapain?” uri mencoba menata detak jantungnya yang semakin lama semakin berlari.
“Halo?” suara orang disebrang ramah.
“hallo? Kenapa kak excel malem-malem nelpon?” uri menyisir rambutnya dan bersiap tidur
“oh udah mau tidur ya? Padahal gue mau ajak loe sepedaan, hehe”
“sepedaan malem-malem gini?” pekik uri *sebenernya hatinya girang, barang kali dia juga bisa PDKT sama excel mengingat kedua sahabatnya yang udah pada punya gandengan*
“oh gamau ya? Yah, padahal gue udah ada didepan rumah loe.” Jawab excel memelas. Uri spechless “oke loe harus turun dalam hitungan kesepuluh! Satu...” uri menutup telpon “what? Gila ini orang” ocehnya dalam hati. Segera dia ambil sweeter dan ia kenakan sambil lari menuruni tangga rumahnya. Di hitungan ke 15 uri baru berada di hadapan excel. “Kak excel mau bunuh uri ya?” uri masih belom bisa menata napasnya, namun segera excel menarik uri duduk di belakang setir sepeda gunungnya. “udah loe gak usah banyak tanya dari pada tar loe gue cium, haha” excel mengayuh sepedahnya. Jantung uri berdebar begitu cepat saking cepatnya sampai ia seakan naik pesawat haha. *ngok? Di jalanan komplek yang sepi excel mengayuh sepedanya semakin cepat sampai uri benar benar berasa naik pesawat dan pas di jalan turun *apaan jalan turun? Pokoknya jalannya menurun gitu, bukan menanjak! :p (?) sepeda excel melaju menembus angin, dan berhenti mendadak. “Gue suka sama loe Uri” bisik excel ketelinga uri. Uri kaget, jantungnya seakan fitnes begitu cepat berdetak. Tubuhnya kaku seperti es, ia masih duduk dibelakang setir sepeda excel dan excel dibelakangnya. Sedikit saja uri menoleh kebelakang mungkin keningnya sudah bertemu dengan mulut excel. “loe mau jadi cewek gue?” tanya excel lagi, sedetik kemudian uri mencium pipi kiri excel dan berlari. *hanya itu yang bisa dia lakukan buat nutupin wajahnya yang merah kaya sate kelinci saking malunya* “kejar gue kalo bisa!!haha” excel menaruh sepedanya dan berlari membuntuti uri, cewek yang sebenarnya sudah lama membuatnya jatuh bangun. Tak lama uri sudah berada di pelukan excel *sengaja larinya pelan biar kekejar haha* “jadi sekarang kita pacaran?” tanya excel lagi, Uri mengangguk malu malu kucing. “kalo kita pacaran beneran nyiumnya bukan di pipi, tapi di” excel tak meneruskan ucapannya, tangannya memegang wajah uri lembut. Dan Uri membiarkan bibir mungilnya bersentuhan dengan bibir Excel. “aku menyukaimu excel” ucapnya dalam hati. ini semua membuat mereka percaya bahwa allah punya rencana :")

the end ^^banyak banget ya? iya sih ini cerpanget gitu CERITA PANJANG BANGET XD thx for readers :) kalo bisa leave coment yaah? makasih xD with love ziiza^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 27 April 2012

Three Angels part III (Believe! God has plans ^^)

maaf udah buat readers nunggu beberapa hari *kesela UN sih hehe* menurut aku part3 paling abis-abisan bikinnya. soalnya gamau kecewain readers tercinta kalo sampe penutupnya unexpect :( maaf kalo jelek ya? mungkin kemampuan saya saat ini sampai disini dulu :) tapi saya janji bakal terus nulis buat unggah pengetahuan saya tentang dunia tulis menulis :) happy read :*


“Saudara daksa harus segera diporasi” kata seorang lelaki paruh baya di depan meja dengan sebuah stetoskop terkalung rapi di lehernya.
“apa kondisinya semakin memburuk dok?” jawab lelaki yang berada diruangan sama dengan si dokter.
“penanganan medis harus segera dilakukan pak! Apa bapak membiarkan anak bapak diam tidak bergerak dan terus merasakan kesakitan akibat tulang selangkanya yang remuk? Gagar otak yang dideritanya tidak begitu parah sehingga keadaan kepalanya sudah mebaik, hanya tulangnya yang harus segera ditangani” dokter mempertegas omongannya
“Pa! Mau gak mau daksa harus segera dioprasi. Daksa anak kita! Mama gak akan maafin papa kalo daksa kenapa-kenapa! Lakukan penanganan medis yang terbaik segera untuk anak saya Dok! Permisi” seorang wanita dengan make up lengkap keluar dari ruangan yang bertuliskan “ruang dokter” di pintunya.
***

“ayah model apa kau ini? Tidak tegas sama sekali. Daksa harus segera dioprasi!” seorang wanita turun dari mobil dengan mulut yang tak henti mengomel.
“kok papa terus disalahin? Semua gara-gara mama. Pulang dari bandara haruskah anak yang menjemput? Ibu model apa itu? Sudah tau waktu itu daksa baru pulang sekolah. Kenapa mama memaksanya untuk menjemput nona besar sepertimu?” Pak Deni mengikuti langkah istrinya masuk kedalam rumah dengan tulisan “RUMAH INI TELAH DISITA” dipintunya.
“waktu itu mama sudah telpon papa, tapi papa malah sibuk! Jangan jangan papa sedang kencan dengan sekertaris papa itu lagi?” kini mereka berdua berada di ruangan yang sama. Mewah, guci antik dipajang dimana-mana, hampir setiap mata yang jatuh dipojok ruangan, disitu pula ditemukan guci dengan ukuran super besar yang tentunya berharga tak murah.
“jangan bawa orang ketiga. Selama ini mama memang tak pernah percaya dengan papa!” Pak Deni menjatuhkan tubuhnya tepat diatas sofa besar berwarna cream yang menambah aksen dinamis di ruang tamu rumah Uri.
“kalau papa tak terlibat dalam acara penggelapan uang kantor, pasti daksa sudah berkumpul bersama kita diruang ini!”
“sudah papa bilang berkali kali, papa tak tahu menahu soal itu ma!” suara keduanya meninggi
“mama malu dengan teman kantor dan teman arisan mama, mereka semua men judge mama sebagai istri koruptor dan ini semua gara-gara papa!”
“sudah kubilang! Aku tidak korupsi!” telapak tangan sedang melayang di udara bersiap mengenai pipi wanita cantik di depannya. *Ya, walau sudah berkepala empat, wajah mama uri tetap cantik* Namun tamparannya tertahan.
“Apa, ha? Mau tampar mama? Oh jadi sekarang papa sudah berani main kasar? Oke! Ini tampar mama!” Bu Diah mendekakatkan wajahnya ke tangan Pak Deni yang masih kaku tak bergerak di udara.
“asssh!” Pak deni kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama.
“pokoknya kalau sampe papa terbukti korupsi uang perusahaan. Mama minta cerai!” Brak!! terdengar suara pintu di tutup keras-keras diujung ruangan.
“oke! Lebih baik kita cerai! Tak usah menunggu sampai aku terbukti menggelapkan uang.” Pak deni keluar rumah dan beberapa menit kemudian diikuti suara mobil yang digas penuh emosi. Diluar sepengetahuan mereka, Uri sedang mengintip dari lantai atas, tak kuasa menahan air mata dan luapan emosinya. “bahkan mereka tak sadar masih ada aku disini” suaranya lemah bergetar.
***

                Hazel berdiri di depan pintu kelas X-2, matanya mencari sang pujaan hati yang berhasil dikecupnya semalam. Namun pandangannya terhalang oleh manda yang kini berdiri penuh keganjenan di depannya. “hei pangeranku yang paling tampan. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” seperti biasa tangan manda langsung bergelayot manja di lengan hazel. “sorry Man, gue buru-buru” hazel bersabar. Yah! Dihari pertama jadiannya, hazel tak ingin mempunyai impress jelek di mata Mini. Mini duduk dibangkunya seperti biasa. Yang tadinya menggelora penuh cinta menunggu pangeran bermobil jazznya, Hazel *?* kini meluap emosinya. “sabar mini sabar. Resiko punya pacar cakep, huh!” suara dari dalam hatinya mencoba menyabarkan diri. Beberapa detik kemudian hazel sudah duduk manis disebelah mini. “sorry ya gue telat” hazel mendekatkan mulutnya dan berbisik ke telinga Mini. “yes oke, gue tau kok loe gak bisa tidur setelah kejadian kemaren kan? haha” mini menggoda diikuti tawa manisnya, kini mulutnya yang mendekat ke telinga hazel.  “eittss! Lu ngapain bisik bisik ditelinga cowok gue? Sono minggir putri abu. Lu gak pantes duduk disebelah pangeran hazel milik manda seorang.” Mini hampir akan meluapkan emosinya yang menggunung, tapi hazel menarik tangganya lembut berniat mencegah semua memanas. Untungnya mini berhasil kendalikan emosinya. Hazel dan mini tetap asik berbisik ria yang malah tawa mereka semakin menjadi. Entah sengaja atau? “awww!” teriak mini sakit sekaligus kaget. Manda berani menjambak rambut mini yang tadinya terkuncir rapi. Hazel berdiri, merengkuh mini ke pelukannya dan segera menariknya ke depan kelas. “sekarang Mini milik gue, dia cewek gue dan gak seorangpun boleh pegang dia. Sekalipun itu loe Manda!” tangan kirinya tetap memeluk mini dan telunjuk kanannya tepat menunjuk manda. “gak peduli cewek atau cowok gue bakal bikin perhitungan sama kalian yang bikin Mini gue terluka! Dan sekarang kalian bisa bilang ke seluruh dunia bahwa mini cuma punya gue!” hazel memeluk mini erat seakan tak mau kehilangan putri manisnya itu, mini speechless *tentu* jantungnya, sarafnya, perutnya, otaknya semua sekaan dimatikan oleh ke charmingan (?)  Hazel yang kini hanya miliknya seorang. “wow!! So sweet!!” teriak cewek cewek penggemar hazel yang ternyata sudah berdiri di depan pintu beberapa detik yang lalu, hanya satu tujuan mata mereka, ya Hazel dan mini yang kini berpelukan mesra di dalam kelas X-2. “You’re Su*k” Brakk, manda menggebrak bangku sebelum akhirnya lari menerobos gerombolan cewek di depan pintu yang masih terbius oleh ketampanan hazel.
***

                Hazel menggandeng tangan Mini erat, yah kini mereka jalan ke parkiran sekolah. “Eciiiee, yang lagi berbunga-bunga ni yee” sudah ada seva yang mensejajari langkah mereka dan segera menyenggol mini manja. “eh seva, mau bareng pulang gak? Sekalian gitu kan searah” tawar mini. “eh ngga usah, gue bareng si adsyah aja. Udah kalian duluan gih” mereka berhenti di depan honda jazz merah. Milik siapa lagi? Hazel tentunya. “ok kalo gitu kita duluan yaah?” tangan hazel melambai di kaca mobil yang ¾ membuka diikuti mobil yang sedikit demi sedikit bergerak menjauhi Seva.
Sedetik kemudian *ciiit* pajero putih mengerim tepat di depan mata seva. “eh Kak Zillan” Seva sok kaget. “mulai sekarang, aku yang berkewajiban anterin kamu pulang. Ayo naik” kaca mobil terbuka dan beberapa detik kemudian keluar suara charming dari dalem mobil. Dalam hitungan detik seva sudah rapi dengan sabuk pengaman melingkar di badannya. Mobil mereka melaju. “kak? Langsung pulang aja ya?” seva membuka suara setelah pajero sport putih telah beberapa ratus meter menjauh dari SMA tempat seva sekolah. “bener ni langsung pulang? Engga nyesel gamau lewatin hari kedua kita ketemu gak bareng sama kak Zillan?” tanya kak zilan menggoda. “uhmm...”  seva hanya memainkan gantungan kunci berbentuk hati kado dari kak veve 5 bulan lalu. “gimana kalo kita ke mall dulu. Kak zillan udah lama gak menapakkan kaki di mall jakarta, kamu mau kan temenin kak zillan?” “uhmmm” seva hanya ber “ehem” ria (?) “oke ehem, artinya iya! Kalo gitu kita cabut ke mall” zillan tancap gas, dan seva hanya tersenyum malu malu disebelahnya.

                Mobil ziilan begitu cepat melaju, kini mereka berdua telah berada di salah satu butik gaun pesta di dalam mall tersebut.
“kak zillan mau ngapain ke sini?” tanya seva penasaran setelah hanya mengatupkan bibirnya.
“mau cariin kamu gaun”
“ha? Ngapain? Ga usah kak, buat apa?” Seva menarik tangan zillan keluar dari toko yang dikelilingi kaca tersebut.
“Nanti malem mama aku ulang tahun, kita adain makan malem kecil kecilan dirumah aku nanti, sekaligus hazel mau kenalin mini ke mama aku. Kamu mau aku dateng kan? Atau kamu juga mau aku kenalin ke mama aku sebagai pacar aku?” kak hazel kembali menarik tangan seva memasuki butik gaun yang tentunya dipenuhi gaun charming disana sini.
“ihh, kak zillan bercanda ih, ulang tahun? Jadi kak zillan beliin aku gaun gitu?” Seva hanya menurut saat Zillan menggandeng tangannya erat memasuki butik
“ iya manis, kamu mau pake gaun warna apa?” zillan menjentikkan jarinya dan datang beberapa pelayan butik membawakan gaun untuk Seva. Seva hanya berdiri kaku.

***

Seva melihat tubuhnya elok di depan kaca super besar dikamarnya. Gaun putih elegan yang tadi dibelikan zillan khusus untuk Seva telah dikenakannya. Gaun selutut dengan manik manik permata menghias dan memberi kesan megan di bagian depan. Rambutnya dibiarkan terurai dengan hiasan bunga kecil warna putih. Tidak hanya itu, rambut khas seva yang biasanya hitam lurus sepinggang masih bau salon *haha* rambutnya tidak lurus lagi, melainkan membentuk mie keriting di bagian bawah. Diarahkannya kedepan, beberapa accecoris seperti kalung, gelang dan sepatu hak tinggi tidak lupa semua telah rapi dipakainya dan deng deng seva berubah menjadi cinderella masa kini.  Suara klakson mobil berbunyi dibawah, “itu pasti kak zillan” pekik seva. Segera seva mengambil tas pegangnya di kasur dan kado untuk mama kak zillan yang sudah terbungkus rapi dengan kertas kado warna perak. Ternyata Adsyah dan mamanya sudah menunggu di depan pintu bersama Zillan yang terlihat sangat sangat maco. Beberapa detik kemudian seva sudah berada di samping zillan yang fokus membawa mobil menuju ke rumahnya.
***

Pesta telah usai, makan malam special bagi hazel dan mini juga berjalan tanpa halangan. Semua senang tentunya *kecuali uri* seva bersiap untuk pulang namun tak dilihatnya kak zillan dimana-mana
“Seva” panggil mama kak zillan
“eh iya tante?” seva mendekat ke mama kak zillan yang cantik dengan gaun merah berselendang bersama ayah kak zillan di sebelahnya.
“sudah mau pulang ya?” tanya mama kak zillan lagi
“iya tante, sudah malam. Kan besok Seva sekolah” seva mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mama papa seorang cowo yang berhasil membuatnya mencar hari ini.
“eh mau kemana kamu? Kamu sudah berdandan cantik hari ini jadi jangan langsung pulang ya? Zillan sedang menunggumu di taman belakang. Cepat temui dia” kata pak Richi ramah. Seva bergegas menemui kak zillan di taman belakang rumah. Lilin lilin putih yang menyala menerangi taman yang remang remang. Seva melihat seperti sosok kak zillan duduk di salah satu bangku taman dengan benda di tangannya. “apa itu?” tanya seva. Oh gitar kesayangan zillan ternyata. Zillan mulai menggenjreng gitar di tangannya saat seva mendekat. Jreng jreng...
“beautiful girl where ever you are, i know when i saw u, u had open the door,u said hello and i turn to go, u make me love again after along long while i’d love again” #Beautiful girl-jose mari chan. Zillan bernyanyi dengan iringan gitar di tanganya. Seva tak berkutik tetap berdiri di depan kak zillan dengan matanya yang sejak tadi tetap tak berkedip. Zillan menyelesaikan lagunya, menaruh gitarnya dan kemudian menggandeng seva ke tengah tengah taman rumahnya yang super luas. Ia keluarkan satu mercon panjang dan menyuruh seva memegangnya.
“kembang api? Seva udah lama gak main ini” seva tersenyum mengenggam kembang api dan diarahkannya keatas.
“sudah siap?” tanya zillan. “hum” seva menganggukkan tangannya dan segera melihat ke angkasa. Tak ia duga bahwa zillan memeluknya dari belakang, tangan kanan zillan memegang tangan seva yang menggenggam kembang api sedang tangan kirinya bersiap menyalakan kembang api. Mereka berdua mengadah ke langit dan jedar jedarr... satu demi satu percikan kembang api melambung indah di angkasa. Semakin lama, percikannya semakin pelan keluar. “ah mungkin sudah mau habis” pikir seva. Namun... JEDAAAR!! Suinnggg... satu lagi percikan kembang api yang benar benar melambung tinggi, Jedaaar!!! Wow! Tulisan “ I LOVE YOU” kini mengembang di angkasa.  ini percikan yang paling beda dari yang lain. Seva tak berkutik “apa kak zillan nembak aku malem ini? Wow ini kembang api pasti dibawa jauh dari jerman. Di indonesia mana ada kembang kaya begini? haha” ia termakan oleh pikirannya. Namun dengan segera zillan menggenggam tangan seva “bolehkah aku jadi temen sekaligus pacar yang baik buat kamu seva?” suara kak zillan memecah suasana. Seva masih diam tak tau apa yang harus ia lakukan. Menghilang dari bumi begitu saja, ingin terbang seperti buih atau mengubur diri dalam tanah? “terima, terima, terima” teriak orang orang yang sepertinya seva mengenal suaranya. Adsyah, veve, hazel dan mini berdiri di depan pintu dengan senyum. “ayo seva! Bilang iya sebelum zillan berubah pikiran! Asal kau tau zillan sedikit plin plan haha” teriak Hazel dari kejauhan. Seva hanya dia sebelum kemudian kata “IYA” keluar pelan dari mulutnya. Zillan memeluknya dan mengecup keningnya di bawah cahaya bulan di malam special ini. Yap Seva dan kak zillan resmi jadian!! Yeay! Gak jomblo lagi dong? *tinggal pengarangnya yang jomblo haha*
Seva turun dari mobil kak Zillan, kak adsyah pulang duluan karena harus mengantar veve pulang. Seva bergegas masuk kerumah setelah dilihatnya mobil kak zillan bergerak menjauh. Tapi ada mobil? Mobil siapa? Seva masuk dan dilihatnya excell diruang tamu sedang ngobrol dengan adsyah dan mamanya. “Uri di kamar kamu Seva” kata kak zillan. “kenapa Uri?” tak ia pedulikan excel, adsyah atau siapapun ia segera menanggalkan high hellsnya dan berlari ke lantai atas. Dilihatnya uri terbaring lemah di kasur ungunya. Seva mendekat, “Uri?” suaranya pelan, seva khawatir. Ia takut kehilangan sosok Uri sahabatnya. “Uri mabuk?” seva marah dan kembali berlari ke ruang tamu. “siapa yang bikin uri gini? Uri anti alkohol dan sekarang dia teler? Loe cel?” seva mendorong excel kebelakang. “seva loe sabar dong! Excel tadi lagi manggung di cave, pas dia pulang dia lihat Uri udah dalam keadaan gak sadar di cave yang sama.” Jelas adsyah dan segera memeluk seva untuk menenangnya adiknya yang kini gemetaran. “gue bawa uri kesini karena gue gak tau rumahnya, yang gue tau loe sahabat dia, jadi gue bawa kesini” excel menjelaskan, baju excel kotor sepertinya uri sempat mengeluarkan isi perutnya saat tadi excel menolongnya. “oke kalo gitu gue pamit” excel pamit dan adsyah mengantarnya kedepan.
***

Rumah uri kembali memanas karena pertengkaran mama dan papanya kembali terulang. Suasana dirumah uri semakin mencekam, banyak barang-barang yang pecah *serem ya?* Uri tak kuat menahan semuanya, ia berlari keluar rumah tak peduli apakah ada barang melayang yang akhirnya harus mengenai kepalanya. Ia tak kuat jika harus mendengar pertengkaran mama dan papanya. Uri mau kemana? Ke rumah sakit kak daksa mungkin tempat yang bisa bikin uri lebih baik.”Tak perlu supir, taksi lebih baik” pikirnya. Sampai dikamar kak daksa, dilihatnya kak daksa yang masih pucat dan terbaring lemah diranjang. Hiks hiks... uri berlari mendekat ranjang kak daksa dan menggengam tangan kakaknya. Ia tumpah air mata yang tak bisa tumpahkan dirumahnya yang kini hanya seperti neraka di mata uri. “Adek?” kak daksa bangun. “kakak? Kak daksa gimana keadaannya?” uri menghapus air matanya. “kenapa kamu nangis? Mana uri kecilku yang kuat?” kak daksa menguatkan uri. Hiks hiks.. uri memeluk kak daksa erat, tangisnya kembali menjadi. Daksa biarkan Uri memeluknya erat Uri sepertinya memang butuh pelukan kakaknya setelah selama ini tidak bisa dirasakan Uri selama daksa di rumah sakit. “mama papa bertengkar terus kak” suara uri pelan, daksa tak menjawab apa-apa. Air matanya menetes. Daksa terlalu lemah untuk memeluk uri, bahkan hanya untuk mengatakan sesuatu.
Suara pintu kamar rumah sakit daksa dibuka. Ada seva, Mini dan Hazel berdiri sayu di depan pintu. Mini berlari memeluk uri karena mini tau uri membutuhkan kembali sosok sahabat yang dulu sangat disayangnya. “mini?” suara uri dalam tangisnya. Mereka berpelukan erat, seva mendekat dan beberapa detik kemudian memeluk kedua sahabatnya yang tenggelam dalam haru. “kita udah baikan uri, jadi kamu harus balik kaya uri yang dulu juga ya?” seva membuka suara. “iya uri, kita juga udah cari penggalangan dana untuk membantu operasi kak daksa agar kak daksa bisa sembuh secepatnya.” Kata mini seraya melepaskan pelukannya. “apa?” uri kaget. “iya uriku sayang tidak banyak, kami hanya berhasil mendapatkan setengah dari seluruh dana yang dibutuhkan. Itupun sudah ditambah dengan uang simpanan kami” suara seva pelan. “aku sungguh merepotkan kalian, maafkan aku” suara uri bergetar, mereka bertiga kembali berpelukan.
“Daksa sudah bisa dioprasi Seva” suara kak zillan memecah suasana. Berdiri kak veve, kak excel disampingnya *kenapa kak excel ikut? Cengoo semua bingung -__-  dan seorang laki laki yang tak seva kenal. “maksut kakak?” tanya seva innocence, suasana hening. “ini pak Desta, dia orang yang menabrak daksa waktu itu. Orang ini berjanji akan melunasi seluruh biaya yang dibutuhkan dalam operasi kak daksa.” Jelas adsyah “ha? Sungguh?” tanya uri dan mini berbarengan, sedang seva hanya diam *saking kagetnya* “Iya semuanya, maaf. Yang kemarin menabrak saudara daksa adalah supir saya. Saya tidak tahu apa-apa setelah polisi datang kerumah saya dan menjelaskan semuanya. Saya berjanji saya akan bertanggung jawab. Bahkan sekarang juga daksa bisa dioprasi jika kondisinya memungkinkan.” Jelas pak Desta panjang lebar, ternyata sungguh baik bapak bapak ini. *haha (?)* “siapa yang lapor ke polisi?” tanya uri penasaran. “Gue Uri” jawab Excel pelan. “waktu itu gue lagi ada acara band di tempat kakak loe kecelakaan, gue gak tau bahwa itu daksa awalnya. Tapi ternyata mobil pak desta malah kabur akhirnya spontan gue potret plat nomor mobil pak desta sama HP gue dan ternyata berhasil. Tadi gue cerita ke adsyah tentang kecelakaan seminggu lalu karena gue merasa gue punya tanggung jawab di masalah ini. Akhirnya kita ke kantor polisi, syukurlah pak desta mau bertangungg jawab. Iya kan? Terang excel panjang lebar sebelum uri  dan yang lainnya bertanya semakin banyak lagi. Pak desta segera mengurus administrasi dan beberapa menit kemudian adsyah, veve, pak Desta, Excel  seva dan kedua sahabatnya sudah berada didepan ruang operasi.
***

Orang tua uri masih bertengkar, oh gosh rumahnya benar benar seperti kapal pecah. Guci guci antiknya pecah dan beling dimana mana. *siapa yang mau bersihin?* tok tok tok... suara pintu diketuk diluar sana. Polisi? Mama uri panik, ia semakin yakin bahwa suaminya pasti ikut campur dalam penggelapan dana perusahaan. *tunggu dulu buk! Polisinya mau jelasin sesuatu nih*
“benar ini kediaman bapak deni?” tanya dua polisi berseragam lengkap, tetap menyeramkan seperti polisi dimana mana *menurut gue semua polisi itu serem :p*
“iya benar” jawab pak deni dengan mata sayu, mungkin lelah setelah berperang dengan istrinya.
“bapak tidak terbukti bersalah, kami sudah mendapatkan beberapa bukti dan kami sudah tau pelakunya. Bapak hanya diminta untuk datang ke pengadilan sebagai saksi besok siang sekaligus mengurus kembalinya rumah anda yang untuk sementara di sita”
“jadi suami saya tidak bersalah?” mama uri berjalan gontai menuju pintu utama rumah mewah tersebut.
“iya, suami ibu tidak bersalah. Kalau begitu kami permisi” mama uri memeluk pak Deni “maafin mama ya Pa?” air matanya mengalir tanda ia sangat merasa bersalah, bagaimanapun mereka saling mencintai. “iya ma, maafin papa juga ya?” setelah selesai peluk-pelukannya *dorr! Mobil mereka melaju ke rumah sakit untuk melihat keadaan daksa.
***

Keadaan daksa semakin hari semakin baik, bahkan lusa daksa sudah diperbolehkan masuk sekolah. keluarga uri kembali seperti semula dong tentunya. *gimana gucinya yang pecah?* keluarga uri gak jadi jatuh miskin karena ayahnya difitnah terlibat korupsi atau apalah itu, jadi masih bisa beli guci antik lagi *haha xD
drrrddttt drtttddttt hape Uri bergetar, “siapa jam 10 malem telpon? Gue udah mau tidur!” desah uri kesal, namun matanya langsung melek ketika dilihat nama “EXCEL” terpampang di layar hapenya. “Excel nelpon? Ngapain?” uri mencoba menata detak jantungnya yang semakin lama semakin berlari.
“Halo?” suara orang disebrang ramah.
“hallo? Kenapa kak excel malem-malem nelpon?” uri menyisir rambutnya dan bersiap tidur
“oh udah mau tidur ya? Padahal gue mau ajak loe sepedaan, hehe”
“sepedaan malem-malem gini?” pekik uri *sebenernya hatinya girang, barang kali dia juga bisa PDKT sama excel mengingat kedua sahabatnya yang udah pada punya gandengan*
“oh gamau ya? Yah, padahal gue udah ada didepan rumah loe.” Jawab excel memelas. Uri spechless “oke loe harus turun dalam hitungan kesepuluh! Satu...” uri menutup telpon “what? Gila ini orang” ocehnya dalam hati. Segera dia ambil sweeter dan ia kenakan sambil lari menuruni tangga rumahnya. Di hitungan ke 15 uri baru berada di hadapan excel. “Kak excel mau bunuh uri ya?” uri masih belom bisa menata napasnya, namun segera excel menarik uri duduk di belakang setir sepeda gunungnya. “udah loe gak usah banyak tanya dari pada tar loe gue cium, haha” excel mengayuh sepedahnya. Jantung uri berdebar begitu cepat saking cepatnya sampai ia seakan naik pesawat haha. *ngok? Di jalanan komplek yang sepi excel mengayuh sepedanya semakin cepat sampai uri benar benar berasa naik pesawat dan pas di jalan turun *apaan jalan turun? Pokoknya jalannya menurun gitu, bukan menanjak! :p (?) sepeda excel melaju menembus angin, dan berhenti mendadak. “Gue suka sama loe Uri” bisik excel ketelinga uri. Uri kaget, jantungnya seakan fitnes begitu cepat berdetak. Tubuhnya kaku seperti es, ia masih duduk dibelakang setir sepeda excel dan excel dibelakangnya. Sedikit saja uri menoleh kebelakang mungkin keningnya sudah bertemu dengan mulut excel. “loe mau jadi cewek gue?” tanya excel lagi, sedetik kemudian uri mencium pipi kiri excel dan berlari. *hanya itu yang bisa dia lakukan buat nutupin wajahnya yang merah kaya sate kelinci saking malunya* “kejar gue kalo bisa!!haha” excel menaruh sepedanya dan berlari membuntuti uri, cewek yang sebenarnya sudah lama membuatnya jatuh bangun. Tak lama uri sudah berada di pelukan excel *sengaja larinya pelan biar kekejar haha* “jadi sekarang kita pacaran?” tanya excel lagi, Uri mengangguk malu malu kucing. “kalo kita pacaran beneran nyiumnya bukan di pipi, tapi di” excel tak meneruskan ucapannya, tangannya memegang wajah uri lembut. Dan Uri membiarkan bibir mungilnya bersentuhan dengan bibir Excel. “aku menyukaimu excel” ucapnya dalam hati. ini semua membuat mereka percaya bahwa allah punya rencana :")

the end ^^banyak banget ya? iya sih ini cerpanget gitu CERITA PANJANG BANGET XD thx for readers :) kalo bisa leave coment yaah? makasih xD with love ziiza^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar